, 63 tweets, 11 min read
My Authors
Read all threads
-horror true story-
-urban legend-

JANGAN KELUAR RUMAH JIKA DILUAR MASIH/SUDAH GELAP

(based true story era 70-80an diceritakan langsung oleh Almarhumah ibu saya, saat beliau masih ada)

BAGIAN 1

#bacahorror
#ceritaht
@ceritaht
@bacahorror
Ibu saya, panggil saja mbak Ros. Lahir tahun 1971, disebuah desa kecil yang jauh dari keramaian di pinggiran kabupaten K di Jawatimur. Pada masa itu jarak antara satu rumah kerumah yg lain sangat jauh, dipisahkan oleh kebun dan persawahan. Ketika malam tiba selalu gelap gulita
karena belum ada listrik, rimbunnya pohon bambu mendominasi lingkungan rumah ibu ku, setiap menjelang malam hanya suara krekeeet krekeet gesekan batang bambu yg terdengar jelas memecah keheningan. Dalam rumah yg hanya berdinding bambu ibuku dibesarkan, dicetak menjadi anak yang
mandiri, berani, dan giat. Saat usianya menginjak 6 tahun ibuku sudah memiliki 2 orang adik, dalam usia semuda itu ibuku sering kali jadi sasaran kerepotan orang tuanya, hal hal yg harusnya belum bisa dia kerjakan, harus dilaksanakan karena terpaksa. Hari harinya dimulai seperti
seorang ibu rumah tangga, bangun saat gelap gulita dan tidur tengah malam, karena harus membantu orang tuanya mengurus rumah dan adik2nya. Hingga suatu hari, "ndhuk Ros, emak arep nyang pasar, adik2 e diurusi mak mulih e wengi"(nak Ros, ibu mau ke pasar, adik2 diurus, ibu pulang
malam) karena memang jarak pasar dg rumah cukup jauh, kalau bersepeda saja memakan waktu sejam. Dan saat itu belum memiliki sepeda jadi harus jalan kaki. "iyo mak"(iya mak) jawab ibuku. Saat itu hari masih gelap kumandang adzan subuh juga belum terdengar, dg bertelanjang kaki si
emak(nenekku)pergi menuju pasar, saat itu juga ibu ku segera menutup pintu bethek(anyaman bambu) karena takut, meskipun pintu tertutup, ibu masih bisa melihat suasana diluar rumah karena bethek nya bolong2. Saat itu adik2 ibu masih tidur, ibu dg cekatan mengerjakan satu persatu
aktivitas dapur, saat ibu sedang sibuk menyiapkan untuk sarapan, tiba tiba terdengar suara tangisan, seketika itu ibu berhenti sejenak, apakah mungkin adiknya bangun? karena yg ia dengar suara tangisan bayi, ibu segera ke depan menengok ke 2 adik nya, ternyata semua masih pulas
tanpa rasa curiga, ibu ku melanjutkan kembali untuk memasak, kemudian perlahan lahan terdengar lagi suara tangisan itu, semakin kuat dan dekat diikuti suara kreeket kreeket gesekan batang bambu yg tertiup angin, ibu ku mulai ketakutan, apalagi saat itu air di genthong sudah habis
terpaksa ibu harus ke sumur untuk menimba air, antara takut dan kehabisan air, ibu dg perlahan mebuka bethek belakang, tak langsung keluar, ibu mengintip terlebih dulu, meskipun mengintip namun ibu tak bisa melihat apapun selain tingginya pohon bambu karena diluar sangat gelap
perlahan lahan ibu mendekati sumur dan menimba, sambil menengok kekanan dan kiri ibu berfikir, gelap2 seperti ini anak siapa yg menangis apalagi jarak rumah tetangga yg terdekat sekitar 25 meter dari sini, ibuku mulai parno. Ketika ember sudah terisi hampir penuh tiba2 angin ber
hembus sangat kencang sampai menggoyangkan rimbunan bambu, suara daun dan batang yg bergesekan membuat nyali ibu menciut, lagi lagi terdengar sayup2 tangisan bayi itu, secepat kilat ibu berlari kedalam rumah dg susah payah sambil membawa timba air tadi. Meskipun takut ibu tidak
gentar sama sekali. Hanya berharap agar hari lekas terang. Tak lama kemudian dari kejauhan terdengar adzan subuh, ibu sedikit lega karena itu menandakan matahari akan segera muncul, menanti itu ibu kembali tertegun, apa yg sedang terjadi? bayi siapa itu? seharian ibu memikirkan
hal ini, hingga saat sore menjelang ibu sedang memandikan adik2nya di dekat sumur belakang dan berharap emak segera pulang, saat itu matahari sudah condong ke barat, gelap sedikit menyeruak, dg telaten beliau memandikan adik2nya sambil bersenda gurau, tak dirasa hari mulai gelap
tiba2, angin berhembus sangat kencang, lagi2 diikuti suara gesekan bambu dan dedaunan kering diaekitar sumur, ketakutan menerpa tubuh kecil ibu, merinding sekujur tubuhnya, dg cepat ibu menyudahi sesi mandi, menutupi tubuh ke 2 adiknya dg jarik(kain batik) dan menggiring nya
untuk masuk ke dalam rumah, saat sampai tepat didepan pintu belakang, sayup2 ibu mendengar suara tangisan itu lagi, namun kali ini berbeda, suaranya tampak melas sekali dan mirip bayi yg haus dan lapar, sesenggukan dan lembut sekali tangisan nya, hingga ibu merasa iba namun dia
tak tau harus berbuat apa, karena tangisan itu tak jelas apakah manusia atau bukan, sedangkan ibu dirumah sendirian. Dalam hatinya terpendam rasa takut yg amat sangat namun disisi lain sangat penasaran dan kasihan, karena dia merasa tak kuasa ibu bertekad menunggu emak dan bapak
nya pulang, untuk menceritakan hal ini. Saat ibu dan adik2nya sudah didalam rumah, ibu menunggu sambil makan seadanya,berharap emak lekas pulang, namun nihil hari sudah malam tak juga terdengar suara emak, saat ibu beranjak ketempat tidur menyusul adiknya, lagi2 terdengar suara
yang sama, ibu mulai merasa ini tidak beres, kenapa setiap hari gelap selalu terjadi seperti ini?? awalnya ibu berfikir mungkin itu suara anak tetangga, namun janggal sekali, jarak rumah mereka jauh, dan tangisan ini terasa dekat sekali, hanya terdengar saat gelap pula, karena
ketakutan ibu segera memejamkan mata, meskipun telinganya tetap waspada mendengar suara2 diluar, tiba2 braaak terdengar suara orang membuka bethek, dg cahaya lampu teplok yg remang sekali ibu mengintip dari balik selimut, ya itu emak sudah pulang, ibu sangat lega dg sigap ibu
menyambut, "mak, kene leren dhisik, bapak kok ora melu mulih ngopo mak?"(mak sini istirahat dulu, bapak kok g ikut pulang kenapa mak?) kataku, "bapak nang kutho lek ora sesuk ya mben mulih e, ngopo kok moro2 nakokne bapak? dengaren"(bapak ke kota kalau g besuk ya lusa pulangnya
kenapa tiba2 nanyain bapak? tumben) emak balik bertanya, dg ragu2 mbak Ros berkata "mak, aku wedi nang omah dewe, lek lungo ojo suwe2 ya mak"(mak aku takut dirumah sendiri kalau pergi jangan lama lama) emak menjawab "lho kha dengaren tho , wong kowe iki kendhel kok moro2 wedi?
lha kui enek adikmu 2 kok sih wedi?(lho kok tumben sih, orang kamu itu pemberani kok tiba2 takut, lha itu ada dua adikmu kok masih takut?) ibu menyahut "mak, ket sadurunge subuh isuk maeng, angger peteng aku krungu bayi nangis suarane melas, gek gek duk anak e uwong tho mak?(mak
dari sebelum subuh pagi ini, setiap gelap aku dengar suara bayi nangis, suaranya memelas, jangan2 bukan anak manusia mak?) emak terdiam sejenak tanpa ekspresi apapun, mbak Ros heran dan menunggu emak menjawab, "wes ndhuk sesuk wae nek bapak mu teko ceritakno saiki mak e kesel"
(udah nak besok aja kalau bapakmu datang ceritakan sekarang emak capek) jawab emak, nampaknya raut wajah emak sedang menyembunyikan sebuah jawaban namun emak enggan membahas ini sekarang, dari sorot matanya nampak berfikir keras tentang ini, hingga tiba saatnya emak akan tidur
tiba tiba, "owweeekkk oweeeekkk oweeekk" suara itu lagi terdengar, kali ini ternyata tak hanya aku, emak mendengarnya hingga tiba2 dia terbangun, menoleh kearahku mengira bahwa si bungsu yg bangun, karena memang si bungsu masih umur 2 th saat itu. Emak berkata "ndhuk opo kui sing
mok omongne mau?"(nak apa itu yg kamu bicarakan tadi) tanpa menjawab mbak Ros mengangguk, benar2 mencekam, suara tangisan itu melengking memecah keheningan malam, suasana rumah yg hanya diterangi lampu teplok membuat kami semua hanya saling menatap, lalu emak berkata "wes saiki
ayo gek turu, ndonga o mugo2 pak e sesuk muleh yo"(dah sekarang ayo cepat tidur berdoalah semoga besok bapak pulang ya) mbak Ros mengangguk, dg hati yg tak karuan Mbak Ros berusaha tidur, namun telinganya masih mendengar bayi itu menangis seolah2 meminta digendong dan haus, tapi
mbak Ros tak bisa berbuat banyak. Saat tengah malam, si bungsu menangis karena mengompol, mbak Ros hendak membangun kan emak, namun tiba2 dia sadar emak tidak ada disampingnya, karena khawatir bungsu bangun, mbak Ros berinisiatif mencari emaknya, dari kejauhan ia melihat cahaya
lampu teplok, namun sangat redup karena jauh, dg perasaan takut dan waspada mbak Ros mendatangi cahaya itu dg mengendap endap, semakin didekati cahaya itu semakin jauh, tak terasa kaki mbak Ros menginjak greng(kumpulan duri pohon bambu)mbak Ros kaget, karena secara tak sadar dia
sudah berada dibawah rimbunnya pohon bambu, seketika mbak Ros bersimpuh menangis, dan cahaya itu hilang diantara pohon bambu, dalam kekalutan mbak Ros terus menangis, mau lari pun tak sanggup kakinya serasa menancap di sana, lemas lunglai seketika. Tiba2 ada seseorang menarik
lengannya, "ayo ngadek gek balek"(ayo berdiri trus pulang) tanpa melihat itu siapa Mbak Ros tau kalau itu suara emaknya, dg terseyok2 Mbak Ros berjalan dg setengah diseret oleh emaknya, "braaak" suara emak menutup bethek, "gek piye tho kowe ki kok iso teko kono nyapo, iki tengah
wengi peteng ndedet"(bagaimana tho kamu ini kok bisa sampai sana ngapain? ini tengah malam gelap gulita) sambil menangis sesenggukan mbak Ros menceritakan apa yg dia alami, dari si bungsu mengompol hingga kenapa dia bisa berada di sana. Seketika raut wajah emak berubah yg tadinya
jengkel menjadi was was dan khawatir. Lalu emak menyuruh mbak Ros untuk membasuk tangan kakinya dg air genthong berharap mbak Ros segar kembali dan segera tidur, kali ini emak merengkuhnya supaya tidak lagi tanpa sadar keluar dari rumah, sungguh aneh kejadian malam itu, hingga ke
esokan harinya, yg diharapkan pun tiba. Bapak yg lama dinanti akhirnya pulang, saat itu sudah hampir sore, bapak disambut oleh ke 3 anaknya "pak, kesel ora? kene tak pijiti"(pak capek tidak sini aku pijit i) kata mbak Ros, "heleh dengaren mesti nduwe karep yo"(alah tumbn pasti
punya harapan tho) Mbak Ros tersipu malu mendengar jawaban si bapak, mbak Ros kembali berkata "iyo pak, tapi bapak ojo nesu ya, kesel2 tak waduli"(iya pak, tapi bapak jgn marah ya, capek2 aku malah mengadu) bapak menjawab "iyo ora nesuk bapak, waton ora njaluk aneh2"(iya bpk gak
marah, asalkan tidak minta aneh2) mbak Ros berkata "aku ora nyuwun pak, aku mung arep wadul"(aku gak minta pak cuma mau mengadu), lalu dari belakang emak menyahut "iyo pak, tulung ya lek iso tuntasno bengi iki, mumpung malem jum'at legi"(iya pak tolong kalau bisa tuntaskan malam
ini, mumpung malam jum'at legi)
*menurut kepercayaan di daerah kami malam jum'at legi adalah malam yg baik untuk berikhtiar*
bapak yg notabene e adalah seorang tetua/orang pintar sudah tidak kaget lagi jika emak tiba2 berkata demikian pasti ada yg tak beres, lalu emak mencerita-
kan semuanya, dg tenang bapak berkata "ya cobo mak ngko bengi jabang bayi iki nangis maneh opo ora, yen isih nangis tak parani, tak golek i sampek temu"(ya coba mak nanti malam jabang bayi ini masih nangis lagi apa gak, kalau masih ku datangu ku cari sampai ketemu) bpk menegaskan
"yen anak menungso kudune nangis ora mung yen wengi utowo peteng, awan o yo nangis mergo ngelak lan luwe, trus nek anak uwong mundhak dino kudune suarane mundhak lirih mergo gak mangan g ngombe ws 3 dino iki"(kalau anak manusi harusnya menangis tak hanya malam atau gelap saja,
siangpun ya nangis karena haus dan lapar, trus kalau anak orang makin hari harusnya suaranya makin lemah karena tak makan tak minum sudah 3 hari ini) pernyataan bapak masuk akal dan membuat mbak Ros serta emaknya penasaran, lalu emak menyuruh bpk istirahat dulu sebelum bersiap2
untuk malam itu. Sudah beberapa jam bapak tertidur hari mulai gelap, saat sayup suara itu tiba2 terdengar lagi emak segera membangun kan bapakk, "pak pak tangi pak, kae lho rungokno, bayine nangis meneh"(pak bangun pak,itu lho dengerin bayinya nangis lagi) dg sigap tiba2 bapak
bangun dan terduduk, seperti orang sedang bersemedi, emak menatap tajam sambil meraih mbak Ros mendekat, "husst rungokno tenanan teko ngendi Suarane"(dengarkan dg benar dari mana suaranya) kata bapak, mbak Ros menjawabnya "soko nggonku kapann kae ngetutne ublik mlaku dewe nang
ngesor papringan pak"(dari tempatku kapan hari ngikuti lampu teplok yg jalan sendiri dibawah rimbunan bambu) bapak terbelalak menatap mbak Ros, "lho enek cahyane? koyone barang iki perlu ditulung ndhuk, ayo siapke oncor mak e nang omah ae njogo anak2, Ros meluo bapak ndhuk"(lho
ada cahayanya? sepertinya benda ini perlu ditolong nak, ayo siapkan obor, emak dirumah saja menjaga anak2, Ros ikut bapak nak) mbak Ros kaget namun tak mampu menolak, setelah semua siap dg hanya berbekal obor bapak dan mbak Roa melangkahkan kaki keluar rumah lewar bethek belakang
dalam dada mbak Ros berdegup kencang, seakan tak percaya bahwa anak seusianya harus ikut campur dalam urusan ini, setiap langkahnya mbak Ros hanya tertunduk karena takut tak mampu melihat sekelilingnya yg seolah oleh mengepung dan mengawasi nya. Sepanjangan jalan bapak mengajak
mbak Ros berbicara untuk menghilangkan rasa takut, setelah 50 meter bapak berkata "husst menengo reneo nyedhak bapak, rungokno tenan ya ndhuk suoro kui tekan ngendi"(husst diam,kesini dekat bapak, dengarkan dg benar nak suara itu dari mana) sambil digandeng tangannya oleh bapak
mbak Ros mendongakkan kepala, melihat sekeliling dan memasang telinga, suara tangisan itu terdengar sayup2, merintih menangis, tiba2 melengking sejadinya, bapak kaget mundur pelan pelan, lalu meyakinkan mbak Ros untuk menuntun nya ke arah tangisan itu, dg tangan berada di ke dua
pundak mbak Ros, bapak berjalan mengikuti dibelakang nya, meski takut mbak Ros berniat untuk menyudahi semua ini, hingga tanpa sadar sampailah ia ditempat dimana tempo hari kakinya tertancap tak mampu bergerak tepat dibawah rimbunan pohon bambu dg dua bambu besar bersilang saling
menghimpit, lalu bapak maju dg memasang telinga "nang kene yo ndhuk, wes menengo ng kene diluk ae, pak e tak ndelok opo nang kono kui"(disini ya nak, dah diam ya, disini sebentar bpk mau liat apa disana itu) mbak Ros mengangguk meski takut sekali karena suara itu dekat sekali dg
tempatnya berdiri, didepan 2 bambu besar itu bapak menunduk seperti sedang membaca doa, mulutnya komat kamit tanganya bersatu, tiba2 angin berhembus kencang, hingga rimbunan bambu itu bergoyang, suaranya keras sekali "kreeket kreeeket" bergesekan, daun2nya berjatuhan, tiba2 bapak
menghentakkan satu kakinya dan angin tiba2 berhenti, bapak berucap "aku mung pengen eruh wujudmu, lek koe perlu ditulung, saiki tak tulung tak uculi soko jiret mu"(aku cuma ingin tau wujudmu, kalau kamu perlu ditolong skrg ku tolong, ku lepas jeratannya) tiba2 dari celah 2 bambu
yg saling berhimpit terlihat sebuah bungkusan kain putih sebesar telapak tangan muncul begitu saja, dg hati hati bapak mengambil nya, lalu meletakkannya diatas telapak tangan, sungguh luar biasa baunya amat busuk seperti bangkai, namun mbak Ros menahan diri, sampai akhirnya bapak
mengajak mbak Ros pulang serta membawa bungkusan itu, setelah sampai rumah, mbak Ros segera masuk sg membawa obor, bapak menyusul dibelakangnya, kemudia menyuruh emak menyiapkan air diwadah dan ublik, kemudian bapak duduk, berkata "mak mari ngene ewangono aku gramut barang iki"(
mak habis ini bantu aku merawat benda ini) setelah diletakkan dimeja, bungkusan itu nampak jelas terpapar cahaya lampu teplok, kain kafan putih dg isi entah apa yg jelas baunya busuk sekali, bapak menambahkan "ora usah muni reno2 pancen enek e barang iki koyo ngene butuh dutulung
(jgn bicara macam2 memang barang ini seprti ini adanya perlu ditolong. Dengan hati2 bapak membukanya, mata kami semua terbelalak kami tercengang, karena ada janin bayi yg sudah membusuk dan gepeng karena terjepit didalam kain mori itu, kemudian bapak menjelaskan bagaimana bisa
ini terjadi, "nang papringan mau bayi iki wadul bapak yen dibuang wong tuane, mati digugurne"(di rimbunan bambu tadi, orok ini mengadu ke bapak kalau dibuang orang tuanya, mati digugurkan) mbak Ros yg belum paham hanya diam mendengarkan sedang emaknya menangis haru dan kasihan
"mesakne mak, ayo ditulung di ramut dikubur sg sak mestine, masio bayi iki mati mati mung ragane, nyawane isih urip nggolek dalan muleh sing sak mestine, butuh dongane wong tuwo"(kasihan mak ayo ditolong di rawat dikubur dg layak, walaupun orok ini mati, mati hanya tubuh nya,
nyawanya masih hidup mencari jalan pulang yg semestinya, membutuhkan doa orang tua) akhirnya bapak memandikan dan memproses orok tsb dg sebagaimana mestinya orang meninggal dunia. Karena bapak percaya, janin yg meninggal sebelum dilahirkan juga akan tumbuh seperti bayi2 lain yg
lahir dg selamat ke dunia, jika janin itu laki2 saat menginjak usia anak2 dia juga akan minta disunat dan dibelikan baju, biasanya akan membertahu lewat mimpi atau gangguan2 semacam yg dialami mbak Ros waktu itu. Mbak Ros merasa lega karena misteri tangisan itu sudah terungkap
meskipun saat itu masih kecil namun mbak Ros mengingat kejadian itu dg jelas selain itu pengalaman pertama nya juga karena sudah biasa hidup mandiri ditengah keterbatasan. Jadi apapun yg terjadi padanya mbak Ros bisa mengingat dg baik. Oke reader sekian dulu thread bagian 1
karena akan ada thread bagian 2 dan seterusnya, mengangkat kembali kisah2 legend yg pernah diceritakan oleh Almarhumah ibu saya, boleh minta Alfatekah buat ibu saya?? khususon ibu Rosmiatin ya.. pasti ibu seneng banyak yg mendoakan.. terimakasih reader see u soon
oiya mohon maaf kalau banyak typo dan penulisan yg kurang pas, sungguh itu tidak disengaja, disini saya menceritakan dari pandangan ibu saya kadang2 juga keceplosan dari sudut pandang saya sendiri jdi membuat bingung, terimakasih sudah membaca, salam dari saya mama dua anak 🤗🤗
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with NNJouvina

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!