Oh jelas. Jadi gini...
A thread.
Oleh karena itu, yg akan gue bahas bukan tipe kepribadian. Tapi respons perilaku anak sebagai sample dari kepribadian saat dewasa.
Ada 11 parenting style. Gue nulis pelan-pelan jadi mohon bersabar 😊🙏🏻
Anak diberikan kesempatan utk berkembang sesuai kemampuannya, dianggap setara dan punya peran penting di keluarga, loved & accepted, didorong utk menerima tantangan tapi juga dibimbing utk mengatasinya.
The most ideal style of parenting nih!
Ortu juga mendorong anak utk memperbaiki kesalahan & mengembangkan kapasitas. Membimbing anak utk punya kontribusi.
Ini ortuku ❤
Gak takut nyoba dan gagal. Melihat dunia sebagai tempat yg ga mengancam karena feel secured & loved.
Anak hidup dgn berbagai kemudahan melalui layanan, materi, atau hal-hal yang sifatnya non-emotional.
Contoh: dibeliin barang mewah, punya banyak pelayan. Kalau kata orang sekarang tuh spoiled bgt. Tapi bikin anak bosenan, pasif, gak dekat sama ortu 😭
Tipe ortu yg "mama papa aja yg berusaha, kamu tau beres aja". Jadi gak membiarkan anak berupaya, terlalu memanjakan. Bisa juga karena gak percaya sama skill anak!
Jadi pemalas dan prefer ngandelin/ngerepotin orang 🙃
Anak bagaikan baginda raja yang semua-muanya diiyain, dituruti, dan dipenuhi permintaannya. Ortu manut aja, jadi anaknya demanding dan impulsif 🤦🏻♀️
Can't say no. Mikirnya, nurutin anak = membahagiakan anak. Padahal kan ndak gitu ya.
Kalau gak diturutin, ada aja lakonnya. Ya ngambek lah, ya ngancem lah, ya murka lah... jadi harus banget keturutan :(
Bedanya:
2. Anak gak minta tapi di-supply terus dan sebenarnya belum tentu butuh
3. Anak minta lalu diturutin dgn anggapan biar anak gak drama
Persamaan? Tujuannya. Maksud hati pengen nyenengin, tapi caranya gak bikin anak punya kepribadian yg tangguh 💁🏻♀️
Anak seperti halnya (maaf) hewan yg akan dilatih. Orang tua terus menerus memberikan arahan (atau bahkan perintah) yg sifatnya mutlak. Apapun yg terjadi, anak mesti nurut.
Biasanya dengan dalih:
"In1 y4n9 t3rb4ik uNtuK k4mU"
Dan biasanya juga, ada kata "HARUS"
Contoh: "Pokoknya kamu harus nurut. Kamu harus pakai ini, kamu harus begini. Setelah itu begini. Inget ya!"
Siap, Ndan.
1. Submisif: nurut, patuh banget, penakut
2. Rebel: dari penolakan verbal, berontak secara nyata (overt defiance)
3. Passive-resistance: memendam, mengabaikan, berontak secara licik (covert defiance)
1. "Iya ma/pa" trus ya udah patuh aja
2. "Ih apaan sih ngatur-ngatur mulu!" Jadinya marah-marah dan kabur.
3. "Iya ma/pa" tapi diam-diam punya rencana jahat terhadap ortunya kayak di sinetron
Begitulah kira-kira 🤷🏻♀️
Anak bagaikan runner yg harus berlari dengan finish line yg ditetapkan ortu. Tapi pas udah di finish line, ortu gak puas dan masih minta anak utk terus naikin standar kemampuan.
YHA LELAH DONG, MAMAH. Sedi :(
"Nah gitu dong anak papah" - saat juara 1
"Kamu kok bisa-bisanya ga juara 1?!" - saat kalah
Standar tinggi (bahkan ketinggian) dan cenderung sulit puas. HADEEEEHH!!1!!1!
Bisa burnout dan "menyerah". Atau malah jadi sakit fisik (kronis/komplikasi) :((
Anak dituntut untuk mengemban tanggung jawab yg cukup besar. Misalnya mesti kerja, ngurus kerjaan rumah tangga yg selayaknya dikerjakan orang dewasa, ngurus adik/nenek kakek dan tanggung jawab lainnya.
Nulisnya aja w capek apalagi dibesarkan begitu :(
Jadi, anak gak keurus dan malah dibebankan hal-hal yg gak seharusnya diemban.
Ketika dewasa bisa jadi sulit sosialisasi dgn yg seumuran dan merasa segala hal adalah tanggung jawabnya 😥
Y gmn y.
Antara ada dan tiada. Hadir tapi kayak gak sepenuhnya hadir. Secara fisik, ortunya ada. Tiap hari serumah dan ketemu. But emotionally unavailable.
Jangankan memenuhi kebutuhan, didengar aja mungkin menjadi sebuah kemewahan 😭😭😭😭
Dan parahnya, gak menyediakan waktu untuk anak sehingga "yang penting gue masih bisa ngasih makan, tempat tinggal, biaya sekolah" jadi hal lumrah :(
Saking jarangnya interaksi, bisa aja jadi merasa asing satu sama lain 💔 yadoh sedih bgt
Painfully self-isolating. Gimana ya jelasinnya... segala yg ditunjukkan anak akan di-counter oleh ortu. Entah itu kebutuhan, emosi, atau sekadar kehadirannya.
Sebagaimana penolakan, sakitnya terasa dalam dan tajam 😔
Ortu merasa anak adalah beban sehingga gak bisa menerimanya. Penolakan bisa berbentuk isyarat implisit atau bahkan eksplisit.
Oiya, sensitif terhadap penolakan juga saat dewasa. Pedih beb 😭😔
Lagian kenapa harus di-unroll ketika lau semua bisa baca dari twitnya langsung sih? Herman saya 🤔
Identik dengan penghukuman, kekerasan, dan hal-hal yang sifatnya akan membuat anak merasa gak berdaya. Dikit-dikit dihukum, diberikan kekerasan fisik atau verbal... sudah tentu pasti ini parenting style yg gak sehat sama sekali 😔
Konsepnya si anak udah kayak pasien abadi. Ortu khawatir melulu sama kesehatan anak. Perhatiannya fokus pada kondisi tubuh dan organ tubuh anak.
Mirip dengan Munchausen Syndrome by Proxy tapi ini versi parenting style alias lebih mungkin bertahan lebih lama.
Jadinya sering dilarang utk main di luar, gak dibolehin ikut kegiatan, dipingit di rumah agar anaknya gak kecapean, gak kenapa-napa 🤷🏻♀️
Agak malesin memang ya kalau temen diajak nongkrong, alasannya "ga dibolehin sama ortu" 😂
Anak diperlakukan sebagai objek seksual. Anak didorong utk memiliki perilaku seksual seperti orang dewasa, seperti menjadi pekerja seks, pernikahan di bawah umur, dan sebagainya.
Kan kasihan ya beb sejak kecil udah begini 😭
Perkosaan, pencabulan, pemaksaan perkawinan... mungkin banget terjadi karena parenting style begini 😥
Intinya, ini merusak self-concept anak terkait seksualitasnya bahkan hingga dewasa 💔💔
Jadi silakan dibaca dulu ya 😊 terima kasih semoga bermanfaat ❤