Seorang anak baru saja turun dari mobil jemputan sekolah.
Setelah merapikan diri dan barang bawaan, dia menghempaskan badannya di samping Ibunda.
Dahinya berkerut.
"Mih, kamu yang bener dong kalau ngajarin aku. Anak-anakmu yang lain juga."
"Apa maksud perkataanmu, anak muda?"
Sang anak menarik nafas panjang smbl menyerahkan buku penghubung.
"Nih baca aja semua di buku pengadu ini."
Penuh penasaran, wanita itu membuka halaman terakhir yg bertuliskan catatan guru tentang sikap siswa di sekolah.
Ujarnya setelah menelaah setiap kata yang tersurat.
Anak SD itu tegak terduduk dan mendekatkan muka ke ibunya,
"Beneran cuma itu?! Mommy yakin? Kemampuan literasimu bagus?"
"IH EMANG KENAPA SIK?"
"Ceritanya panjang dan membingungkan buat aku. Pokoknya kan Mommy yang ajarin aku. Mommy harus bertanggung jawab. Jangan sampai anakmu yang lain kayak aku."
Anak lelaki itu merepet dengan muka serius.
"Tapi mungkin juga karena orang tua lain kurang memberi wawasan juga sih. Ini membingungkan bener lho."
"Kan tadi aku bilang ke temanku, 'Kamu ga bisa mikir ya? Ga ada otakmu? Pakai dong otakmu buat berpikir.' Trus aku dipanggil Bu Guru. Katanya itu tidak baik. Bisa menyakiti hati teman. Kamu kan yang ngasih tau aku, otak itu buat mikir? Bener kan?"
"Bu guru tanya, ada nggak kata lain yang bisa dipakai buat gantiin 'otak'. Aku bilang pakai 'logika' aja boleh ga? Mommy aku juga itu yang ajarin. Bener nggak Mommy? Kata Bu Guru, boleh. Ya udah aku bilangnya, 'Suradi, kamu nih ga ada logika!' gitu"
"Tapi itu juga salah. Teman-teman nanya Bu Guru apa artinya. Mereka semua nggak ngerti. Bu Guru bilang, aku juga ga boleh pakai itu karena hati teman tersakiti. Tuh kan ajaranmu ga ada yang bener. Huh."
Dari belakang, anak lelakinya yang lain berteriak,
"Kamu ga bisa cuma salahin Mommy. Masalahmu itu banyak. Logikamu ga fokus!"
"Resign ajalah aku jadi Ibu."