Kisah cinta saya enggak semulus apa yang dimiliki Isyana; yang bisa bertahan 12 tahun pacaran sampai ke jenjang lamaran. Saya banyak patah hati sampai akhirnya ketemu dambaan hati. Tapi, saya punya cerita cinta yang cukup romantis, milik adik saya: Satriya Besari. Mau baca? 
Tahun 2001, Satriya Besari sedang ospek sekolah di SMAN 22 Bandung, ketika matanya tak sengaja menangkap sosok gadis beratribut sama konyolnya: topi bola dan pita warna-warni. Sang gadis menatap balik. Satriya tahu, itu adalah cinta pada pandangan pertama.
Tapi, tidak bagi sang gadis. Apalagi, gadis bernama Tine Agustine itu termasuk banyak yang suka. Selain cantik, ia juga cerdas. Dan Satriya kutu buku yang lebih berkutat dengan pelajaran dibanding pertemanan. Beruntungnya, Tine senang cowok pintar dan ini peluang untuk Satriya.
Setelah perjuangan panjang, mereka jadian. Dan selama jadian, kebayang Satriya seprotektif apa. Tiap pulang sekolah, dia mengantar Tine, meski cuma naik angkot. Padahal rumahnya jauh. Rumah kami di Bandung Kota, Tine di Banjaran (Kabupaten). Oh ya, mereka pun pernah masuk sebuah
kuis sains yang sempat nge-hits di akhir 90-an, Kuis Galileo. Cuma anak pintar terpilih yg mewakili sekolahnya. Meski kalah, tapi mereka dan dua kawannya berhasil membanggakan SMA. Nah, karena sudah dekat antar keluarga, Ibu menyarankan lulus sekolah mereka tunangan. Tapi mereka
menolak. Satriya dan Tine ingin kuliah dulu. Terbukti, lulus SMA, Satriya dan Tine lolos UMPTN (sekarang SBMPTN). Mereka diterima di UNPAD. Satriya Geologi-MIPA dan Tine FKG. Selama kuliah, lagi-lagi Ibu beberapa kali meminta mereka lamaran. Mereka tetap menolak. Kata mereka,
mau sukses dulu. Terbukti lagi. Selulus kuliah, Satriya di terima di PT. Antam (perusahaan pertambangan), disusul oleh Tine yang buka praktik sebagai dokter gigi. Pada tahun 2013, setelah 12 tahun pacaran, akhirnya mereka menikah. Lihat cara Satriya memandang Tine. Hangat sekali.
Sekarang mereka sudah dikaruniai dua anak, Arcell dan Attar. 12 tahun pacaran, 6 tahun pernikahan (dan masih berjalan), menyenangkan sekali melihat mereka tumbuh dan tua bersama. Saya tahu, saya tidak seberuntung mereka. Baru menikah ketika sudah kepala tiga. Tapi saya percaya,
kita memiliki jalan masing-masing untuk mencapai kebahagiaan. Ada yang mudah, ada yang sulit. Tidak perlu iri dengan pencapaian orang lain. Bahagia mereka milik mereka. Bahagiamu milikmu. Tidak ada hidup yang sempurna; justru ketidaksempurnaan yang akan jadi cerita. Semangat 🤗
