Cerita ini bukan aku sendiri yg ngalamin, ada beberapa narasumber, tapi bakal aku jadiin satu dan jadi orang yg sama biar ga bingung.
Thread horror story
@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #ceritaht
@InfoMemeTwit
Pikiranku menerawang jauh, mengingat-ingat kejadian waktu itu, beberapa tahun yg lalu.
-----------
Flashback 7 tahun yg lalu
-----------
Ya aku indekos disebuah rumah yg pemiliknya adalah kakek dan nenek berumur sekitar 60 tahunan, rumah kuno dari kayu model joglo. Tujuan ku kos saat itu karena sekolahku yg lumayan jauh dari rumah, aku masuk sebuah SMA favorit terkenal, makanya aku semangat meskipun-
Aku kaget karena melihat anak kecil berkaus putih lusuh, memakai celana pendek berwarna gelap, wajahnya pucat, berkulit bersih dan berambut lurus cepak. "Ndelok opo kowe nduk?" (lihat apa kamu nak?) terdengar suara keras dan meninggi-
"Wes tak wanti-wanti kowe ket awal melbu rene, ojo katek ndelok utowo nang karangan mburi, kok dengkal" (sudah saya peringatkan kamu dari awal masuk sini, jangan sampai melihat atau kebelakang pekarangan-
Aku tetap tidak bergeming sedikitpun karena selama yg kutahu kakek adalah seorang yg ramah dan banyak senyum, berbeda dengan kali ini, "kulo...kulo" (saya... saya).
Tak terasa aku sudah terlelap tidur, aku bertemu anak kecil tadi dalam mimpiku, dia terlihat menangis dan murung, dia melihatku dan berjalan kearahku kemudian menarik tanganku untuk mengajakku bermain.
Saat aku berwudhu kulihat tanganku ada beberapa luka dan ada lumpur di siku, kuingat-
Dimalam berikutnya aku bermimpi lagi bertemu dengan anak laki-laki ini, bahkan berminggu-minggu setiap malam aku memimpikannya bermain bersama dia, sampai aku tahu namanya, ya namanya Juna.
Aku bersama anak-anak kos sedang berbincang santai di teras rumah ditemani gorengan dan teh hangat, kami bercanda dan membahas seputar sekolah dan guru.
"Mei wingi nyapo toh kok mbah ngamuk nang kowe?"
(Mei kemarin kenapa sih kok kakek marah sama kamu?), aku menjelaskan seadanya.
(serius mei? Kita ga pernah tau kalau ada pekarangan di belakang, malah ga pernah dikasih tau sama sekali) celetuk salah seorang teman ku.
"Yo duwe mei, anak e lanang tapi jarene sih mati pas umur 10 tahun jenenge Juna", (ya punya mei, anaknya laki-laki tapi katanya sih meninggal waktu umur 10 tahun namanya Juna).
Yg datang ke mimpiku dan main bersamaku belakangan ini, dia juga anak laki-laki berumur sekitar 10th an dan namanya Juna" batinku.
Disini rasa penasaran ku dimulai, ada apa sebenarnya disana? Aku memang bisa melihat,
Tak terasa sudah larut malam kami satu per satu mulai masuk kamar tak terkecuali aku, akupun terlelap dalam tidurku hingga aku bermimpi..
Juna datang dan mengajakku bermain seperti biasa, disitu aku hanya diam karena aku merasa ada yg Juna sembunyikan.
"mbak ayo loh numpak sepeda" (mbak ayo dong naik sepeda).
"Kok meneng ae sih mbak, ayo tala dulinan" (kok diem aja sih mbak , aya dong main), sambil merengek Juna menarik-narik lengan bajuku.
Juna mencoba membujukku untuk bermain lagi karena dia juga bingung bercerita atau tetap menyembunyikannya saja.
(mbak udah tau kamu anak nya mbak Rohman kan? Mbak ingin kamu bicara jujur).
"Iyo mbak, aku arep cerito" (iya mbak aku mau bercerita), mata Juna berlinang air mata sambil meraih tanganku agar aku tidak-
Disitu Juna bercerita tentang apa yg menimpa dia.
....cerita tentang Juna....
Juna adalah seorang bocah kelas 4 SD, dia sangat nakal karena memang orang tuanya yg memanjakannya, maklum dia anak satu-satunya, karena kenalakannya dia sering bermain sendiri dan tidak-
Hari minggu adalah hari yg pas untuk bermain.
Juna bermain dipekarangan belakang rumah, dia hendak mencuci sepedanya di dekat sumur, karena memang tidak ada kran air ataupun PDAM saat itu, dia hanya mengandalkan ember.
"nyapo to buk bengok-bengok? Di parani ae, paling arek e turu di kamar e" (kenapa sih teriak-teriak bu? Hampiri saja paling anaknya tidur di kamarnya) sahut kakek rohman.
"Wes ayo pak golek i nang tonggo, bek e ta nang omah e kancane cah kuwi"
Di jalan saat mereka mencari juna, kakek rohman bertemu pak RT, "pak kok kelihatannya-
"Ini pak RT, juna dari tadi saya cari-cari belum ketemu, sudah cari kerumah temennya dan ke tetangga tidak ada yg tau keberadaan teguh" jawab mbah rohman,
"kalo begitu kami akan bantu cari pak, saya akan kumpulkan warga dahulu"
Pat RT memukul kentongan agar warga berkumpul, setelah warga berkumpul mereka mencari juna bersama, hingga sore menjelang tak ada warga satupun yg menemukan juna, nenek sita makin panik, bagaimana tidak, anak semata wayangnya hilang.
"sebentar lagi adzan maghrib, mari kita shalat jamaah dulu, nanti setelah shalat kita berkumpul lagi untuk mencari juna lagi, kita akan mencari ke desa tetangga" ajak pak RT.
Saat timba turun ke permukaan air, terasa ada yg menghalangi, kakek rohman pun memeriksa menggunakan petromax untuk menerangi.
"ono opo pak, ndi juna?" (Ada apa pak? Mana juna?) tanya nenek sita, kakek rohman tak menjawab dan masih menatap juna yg sudah membiru dan terbujur kaku.
"Buk sadar buk, sadar" ucap kakek rohman sembari menepuk-nepuk lembut pipi istrinya, tak lama nenek sita pun bangun.
"tenang ae buk, juna ga nang ngendi-ndi" (tenang saja buk, juna-
Malam itupun kakek rohman dan nenek sita menguburkan juna secara diam-diam di sumur dimana juna meninggal, sumur tersebut di tutup dengan pasir dan semen, lalu ditutup lagi dengan kayu, kakek rohman memutuskan untuk mengatakan kepada warga bahwa juna-
Lama tak terdengar berita tentang kakek rohman maupun nenek sita, warga mulai cemas hendak berkunjung kerumah kakek rohman.
Pintu rumah kakek rohman yg terbuka membuat warga masuk kedalam untuk memeriksa.
Mereka takut terjadi apa-apa, warga menemukan kakek rohman dan nenek sita duduk di depan sumur dengan banyak makanan, kue, serta minuman-
"pak rohman bu sita, ini ada apa ini?" Tanya pak RT,
kakek rohman dan nenek sita pun kaget karena warga memasuki pekarangan rumah tanpa izin dari mereka.
"Lapo koen kabeh rene?"
Pak RT dan warga yg tidak tau menahu pun kebingungan apa maksud mereka. "Sssseee..be...narnya, iii.....ttuuu kuburan juna pak RT" sahut dimas dengan-
kakek rohman yg naik pitam segera berlari ke arah dimas, namun dihalangi dan ditahan warga lain, "jangan ikut campur kamu" ancam kakek rohman.
Seluruh warga pun di usir oleh kakek rohman,"maksud kamu tadi apa sih dimas? Kenapa kamu bilang itu adalah kuburan juna?
Oke lanjut...
"iya memang pak RT, saat pencarian juna waktu itu, saya sempat kerumah pak rohman untuk memberi mereka makanan, pasti mereka tidak sempat masak dan belum makan,
sampai saya masuk ke halaman belakang, disana saya melihat mereka sedang mengubur seseorang di sumur,
awalnya saya ragu apa iya itu juna, saya pun pergi dari sana karena takut pak" jelas pak dimas.
"kalo memang seperti itu, mari kita bicarakan ini baik-baik, agar juna juga bisa dikuburkan dengan layak" ajak pak RT,
semua warga pun setuju.
"Mau apa kalian kemari? Lebih baik kalian pergi" teriak kakek rohman. "Tujuan kami kemari baik pak,
belum sempat pak ustadz menuntaskan perkataannya, "cukup, aku tidak mau mendengar lagi kata-kata kalian, sekarang juga pergi, aku tidak mau kalian ikut campur" pinta kakek rohman sembari menggebrak meja.
....cerita juna selesai...
"Mbak bantu ya, biar kamu bisa tenang disana, tapi mbak ga janji, soalnya orang tuamu itu memang tertutup" jelasku kepada juna. Juna masih menangis tersedu lalu menghilang, aku masih memikirkan bagaimana caranya aku menyampaikan-
"Nek, lagi apa?" Sapaku kepada nenek yg sedang di teras rumah, "santai saja nduk sini duduk" pinta nenek sita.
Ya sekarang aku sudah tau bagaimana caraku menyampaikan pesan itu kepada orang tua juna, dengan cara aku mendekati nenek sita dengan-
Nenek sita yg baik dan lemah lembut, begitulah aku mengenalnya selama ini, berbeda dengan mbah rohman yg tegas, keras dan sangat tertutup.
"Kowe ero teko ndi juna?" (Kamu tau juna darimana?) tanya nenek sita yg saat itu kaget.
Sampai "aku tau kebiasaan juna nek" sambil melirik juna yg disebelah ku, aku meminta juna memberiku sedikit penglihatan, tentang apa saja yg bisa menbuat nenek percaya.
Nenek sita yg mendengar itu semua mengangguk, menangis dan memelukku, "jika memang juna ada disini, tolong suruh juna untuk datang ke mimipi nenek ya mei" pinta nenek padaku, aku-
Keesokan harinya nenek sita dan kakek rohman bertengkar hebat, nenek sita bersih keras agar sumur itu dibongkar agar juna bisa dimakamkan dengan layak, namun kakek tidak setuju, kakek rohman pun marah kepada kami,
Aku juga pindah kos, di kos ku yg baru juna tetap datang, "mbak kos e apik, nggen e aman, tapi tetep ati-ati yo" (mbak kos barunya bagus, tempatnya aman, tapi tetap berhati-hatilah) pinta juna padaku.
Hingga suatu hari juna datang ke mimpiku dia tersenyum "maturnuwun ngge mbak, juna sayang mbak mei" ujar juna sembari memelukku, aku terbangun tak terasa air mata menetes deras-
Benar saja, seminggu, sebulan, dua bulan hingga empat bulan juna tak pernah lagi datang ke mimpiku, aku yg rindu pada juna, penasaran akhirnya aku iseng main-main ke kos lama ku, rumah kakek dan nenek.
"buk, itu rumah kakek rohman kenapa sekarang rata dengan tanah?" Tanyaku kepada ibu penjaga warung.
"Ini pesan dari nenek sita untuk dek mei" ujar pak RT sembari memberikan ku sebuah surat.
------
FLASHBACK SELESAI
------
Setelah selesai sholat Ashar aku pun melanjutkan perjalananku lagi menuju kampung halaman ku.
Ya,setelah lulus kuliah aku bekerja di ibu kota, dan saat ini aku akan pulang karena sangat rindu dengan keluarga terlebih dua minggu lagi adalah hari kemenangan orang muslim
Aku menunggu ojol (ojek online) pesananku, sembari duduk di depan masjid, perjalananku menuju rumah memakan waktu sekitar 45 menit. "Dengan mbak mei" sapa ojol yg sudah di hadapan ku. Aku tercengang kaget, bukan, bukan karena bapak ojol yg datang tiba-tiba.
"i...ii..yyyaaaa pak sssaaa...yaaa" jawab ku terbata-bata dengan mata masih menatap sosok ini,
aku yg kebingungan antara mau naik atau tidak, aku tidak mungkin membatalkannya.
padahal aku hanya ingin mengalihkan perhatian sosok tersebut agar mau aku ajak komunikasi dan pergi dari motor, sosok itu sangat menyeramkan.
Aku pun berhasil memancing makhluk ini ke kamar mandi,
"untuk apa kamu disana?" Tanyaku,
"aku hanya ikut bapak itu, waktu itu dia lewat ditempatku, aku tak sengaja terbawa olehnya" jawabnya,
"pergilah, jangan menganggu manusia" pintaku.
"rupanya kau makhluk jahat ya, baiklah aku akan membakarmu" ancamku,
aku pun mulai berdoa memohon kepada Allah agar bisa memusnahkan makhluk ini.
"Aaaaah, ampun,, ampun, baiklah aku akan pergi" teriaknya-
"Alhamdulillah, untung saja makhluk itu bukan jin yg kuat" batinku,
akupun bergegas keluar masjid dan menghampiri bapak ojol yg sudah menunggu lumayan lama,
"sudah pak, mari, maaf ya pak tadi lama" ujar ku sembari menaiki motor.
"oh alhamdulillah pak mungkin bapak memang butuh istirahat, memangnya dua hari yg lalu-
"Saya anter penumpang kedaerah terpencil, yg melewati hutan kecil mbak, pulang dari situ terasa beratnya bahu saya" jawab pak ojol.
Tak terasa akupun telah sampai di depan rumah, aku memberikan helm dan uang kepada bapak ojol.
Setelah masuk rumah, sepi tak ada orang, ayah dan ibu ku belum pulang dari ladang, orang tua ku seorang petani, memiliki sawah sendiri, di desaku sangat susah mencari buruh tani, karena kebanyakan dari mereka sudah-
Rumah ini masih sama seperti terakhir saat aku meninggalkannya setahun yg lalu, tak ada yg berubah, hening, sepi, nyaman dan sejuk, sebelum, aku melihat sekelibat bayangan hitam-
"ah sudahlah mungkin mereka hanya ingin menyambutku" batinku.
Setelah masuk kamar Akupun meletakkan tas dan sepatuku, lalu bergegas ke kamar mandi (kamar mandi ada di dalam kamarku) sekedar mencuci kaki, tangan dan cuci muka. Setelah selesai aku merebahkan badan,
KRIIEEEEEEEKK.. suara pintu berderit, pintu yg sedang dibuka seseorang,
"buu,,, yah" panggilku, karena kupikir itu pasti orang tuaku yg datang dari ladang, kulihat sekelebat bayangan dua-
Aku mendengar aktivitas dua orang sedang mengobrol, gemericik di kamar mandi juga, "ah mungkin ayah dan ibu ku tidak mendengar suaraku" batinku.
Kubuka pintu kamarku, aku melihat ke arah dapur, gelap, lampu masih mati, kulihat ke arah pintu utama rumah ini tertutup padahal aku yakin, suara tadi setelah-
Aku berjalan menuju dapur, kosong, tak ada siapapun disana.
Kuperiksa kamar mandi, kering sama sekali tak ada tanda ada orang yg masuk apalagi menyiram air walau setetes.
Aku terdiam "ah apalagi ini,baru pulang sudah di ganggu"
"Assalamualaikum, nduk wes teko kowe?" (Assalamualaikum, nduk kamu udah datang?) salam ayahku dengan membawa kantong kresek di tangan kirinya, sedang tangan kanannya untuk menyambut tanganku yg hendak menyalami beliau.
"ibu mu ga ikut pulang, nanti ada 1000 hari nya mbah mu kan, jadi bantu-bantu disana, nyoh (ini) makanan buat nanti buka?" Jelas ayah sembari meletakkan kantong kresek tersebut ke atas meja.
"adane ga wero adekmu ae Mei, arek iku lek ga kluyuran yo ora urip hehe" (kayak ngga tau adikmu saja mei, anak itu kalo ga berkeliaran mungkin ga hidup hehe) jawab ayahku sembari tertawa terbahak-bahak.
Kedua orang tuaku tak mempunyai kemampuan ini, aku menganggapnya ini bukan kemampuan, bukan gift, bukan juga istimewa, tapi bagiku ini adalah "penyakit" yg harus disembuhkan, meskipun sudah berkali-kali aku mencoba menghilangkannya.
Setelah selesai berbuka Aku dan ayahku pun bersantai di teras rumah, sembari mengunggu adzan isya dan untuk sholat tarawih.
"Ayub, arep nang ndi kok mlayu-malyu?" (Ayub, mau kemana kok lari-lari?) Tanya ayahku kepada mas Ayub (saudara mbak santi) yg membuatnya Berhenti,
"arep nang cak Darmo iki pakdhe, Santi kumat",
"ayah, mbak santi kenapa? Sakit apa kok sampe dipanggilkan pak darmo sih" tanyaku, pak darmo adalah paranormal di desa ku.
"santet?" Aku mengulangnya, ayah menangguk, "wis suwi nduk sak jek e mari nikah" (sudah lama nduk, semenjak setelah menikah) jawab ayahku,
akupun mencoba "melihat" apa yg sebenarnya-
....DUKUN SANTET TOYO....
Mbak Santi adalah teman ku saat bermain, meskipun usia ku dengannya terpaut dua tahun, mbak santi adalah kakak kelasku waktu sekolah SD dan SMP.
Suatu hari aku melihat Dina, sedang bermain-main dirumah mbak santi, dina adalah anak seorang dukun, yg rumahnya memang sebelahan
Dina yg sering bermain dirumah mbak santi pun sudah terbiasa keluar masuk kemanapun yg ia suka, termasuk kamar mbak santi, ia kadang tertidur dikamar mbak santi, dan menganggap kamar-
Mbak santi sama sekali tak keberatan, malah terhibur karena adanya dina, ia merasa punya adik dan juga teman, karena memang mbak santi anak tunggal. Sampai waktunya tiba, mbak santi menikah dengan teman satu kerja nya, suaminya tersebut-
Mbak santi ingin suaminya tinggal dirumahnya saja agar dekat dari pabrik tempat mereka bekerja. Dina yg masih suka bermain dirumah mbak santi pun tetap saja keluar masuk kamar dengan sesuka hati, akhirnya-
Disinilah bencana itu datang, "Din, mbak kan wis nikah, pean ojo melbu metu ngono ya di kamar e mbak, ono mas Andri pisan kui loh, ra sungkan ta pean?" (Din, mbak kan sudah menikah, kamu jangan keluar masuk kamar mbak seperti itu ya, ada mas andri juga-
Dina hanya diam dan berlalu pergi, mbak santi pikir dina sudah mengerti karena dia sudah dewasa, namun salah. Dina mengadu kepada bapaknya, "mbak santi medit, atas e aku arep dolan ae ora oleh" (mbak santi pelit, aku mau main aja ga-
Pak Toyo tak terima anaknya diperlakukan seperti itu, hingga ia mulai berpikir untuk menyantet mbak santi.
Pak toyo adalah dukun yg terkenal kejam, siapapun yg bersinggungan dengan keluarganya akan dibuat sengsara lewat santetnya.
*sumber air disini bukan sumur melainkan pipa besar yg ditutup, dengan cara mengebor untuk mendapatkan sumber mata air.
"buntuen banyune sing kono, cek mili rene yo dek(sodek)", (tutup aliran air yg itu, biar mengalir kesini yo dik) perintah pak toyo kepada sodik.
"Koen lek di kongkon ojo mbantah ae, koen iku mek babu, ero opo? Yo kudu nurut jeragan e ta",
sodik pun hanya mengangguk karena takut, pak toyo pun meninggalkan ladang,
"wooo wong murko" (huuu orang serakah) gumam sodik.
Pak sonto yg baru tau sawahnya mulai kering karena tak dialiri sawah pun akhirnya menanyakan hal-
"Pas kepetuk di kene cak, kuwi sawah ku kok mbok sumpet banyune loh, deloken kae sawahku garing, okeh sing mati"
(kebetulan ketemu disini mas, itu sawahku kenapa kamu tutup aliran airnya? Liat itu sawahku kering, banyak padi yg mati) protes pak sonto.
(siapa juga yg menyentuh sawahmu? Aku saja sibuk dengan sawahku sendiri, ngapain juga ngurus sawahmu mas!!) kilah pak toyo.
Semenjak kejadian itu, sawah pak santo selalu kekeringan meskipun di aliri air, selalu gagal panen, bahkan sebelum jadi padi sudah mati.
Matanya merah, hidungnya masih tersumbat kapas yg basah dan kotor, wajahnya penuh lubang yg terdapat ulat, mulutnya tidak tertutup, menganga, membentuk huruf O, dengan liur yg menetes, sangat mengerikan, makhluk ini lah yg dikirimkan pak-
Aku tidak tau pasti bagaimana cara si setan ini membuat sawah pak sonto bermasalah, karena saat aku tanya, setan ini hanya teriak-teriak dan memekakkan telingaku saja.
Tak hanya satu dua orang saja tetangga ku yg terkena santet pak toyo, masih banyak lagi, namun mereka hanya sakit biasa atau-
Kakek ku pun juga pernah waktu itu di santet pak toyo.
Meskipun kakek sudah memohon maaf karena tau sifat pak toyo, tetap saja kakek "dikerjain" pak toyo.
"Kakek mending kerumah mbah siyem aja, tinggal disana dulu sampai benar-benar sembuh-
Rumah mbak siyem (kakak dari kakekku) memang jauh karena harus menyebrangi lautan, itulah,, santet pak toyo akan musnah jika orang yg disantet nya menyebrangi lautan, akhirnya kakek ku berangkat dengan paman, sesuai dengan saranku, tak memakan waktu lama,
Ringtone HP ku berdering,
Aku : hallo..assalamualaikum
Kakek : Waalaikumsalam, nduk iki (ini) aku
Aku : oh ngge kek, gimana kek? Sudah sembuh?
Aku : nggepun kek alhamdulillah, kakek teng mriku mawon riyen, pun keseso mantuk (ya sudah kek alhamdulillah, kakek disitu saja dulu,
Kakek : iyo nduk, paling seminggu neh aku bali (iya nak, mungkin seminggu lagi aku pulang)
Aku : ngge kek
Kakek : yawis ngunu ae, sampekno salam ku nang ayah karo ibumu yo, assalamualaikum (ya sudah gitu saja, sampaikan salamku kepada ayah dan ibumu ya,
Aku : siap kek, Waalaikumsalam
Tuutt...tttuutt...tttttuuuuut
Sebenarnya masih banyak lagi korban-korban lainnya warga diluar desaku, saat ini giliran mbak santi. Malam pun tiba, Dina diam-diam memasuki pekarangan rumah mbak santi, pipa air tersebut berada di-
Dina berusaha membuka pipa tersebut lalu melempar bungkusan putih tersebut ke lubang pipa sesuai perintah bapaknya.
Samar-samar aku melihat isi dari bungkusan putih itu beberapa helai rambut dan bunga-bunga setengah kering.
"Andri, Nang ndi bojomu? Kon metu, dayoh e wis akeh sing teko kae" (Andri, kemana istrimu? Suruh keluar, tamunya sudah banyak yg datang itu) tanya bu Mina ibu mbak santi.
Bu mina mengangguk pergi menemui beberapa warga yg baru datang.
"kok malah ketawa sih dek" ujar mas andri sembari membuka tirai kamarnya, mas andri tercekat kaget, melihat istrinya duduk di atas lemari setinggi hampir tiga meter,
"astagfirullah, lapo se penek'an di kunu pean iki?"
"di...kamar yub" jawab mas andri lirih sembari menunjuk ke arah kamarnya.
"San, santi, ayo acaranya mau dimulai" teriak mas ayub memanggil mbak santi.
mas andri tergopoh-gopoh hendak ingin memberitahukan kepada mas Ayub mengenai apa yg ia lihat,
"loh dek" ucap mas andri kaget,
"ada apa sih mas kok keliatannya kaget gitu" tanya mbak santi yg bingung.
mbak santi pun keluar dengan menggandeng suaminya, mas andri masih heran dan merasa ngeri dengan kejadian tadi, tapi kenapa sekarang istrinya baik-baik saja seolah kejadian tadi sama sekali tak pernah terjadi.
Acarapun dimulai dan lancar,
"mas kenapa sih kok liatnya gitu amat? Aku cantik kan? Hehe" canda mbak santi kepada suaminya,
"iya kamu cantik dek" jawab mas andri.
"apa? Masak sih mas? Mboten (tidak) kok mas, aku kemarin cuma ambil jilbab trus Ayub manggil aku, ya aku keluar mas" jelas mbak santi.
"mungkin mas aja yg kecapean ya dek jadi ngayal yg ngga-ngga" jawab mas andri, ia tak mau membuat istrinya kepikiran hal lain selain bayi yg dikandungnya.
mas andri pun terbangun dari tidurnya, mencari mbak santi tak ada di sampingnya, mata mas andri menyapu seluruh isi ruangan, sebelum, mas andri melihat mbak santi berjalan dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok, seolah akan menembusnya.
Teriak mas andri sembari berlari ke arah mbak santi, dengan tangan mengganjal kening mbak santi agar keningnya tak terus-terusan terbentur ke tembok,
"istighfar dek" pinta mas andri, perlahan mbak santi menoleh ke arah mas andri.
Mas andri melihat dibawah kaki mbak santi terdapat bangkai-bangkai tikus yg menyisakan tulang serta kepalanya, mas andri tercengang kaget.
"santi lapo le?" (Santi kenapa ndri?) tanya pak Eko ayah mbak santi,
"kumat maneh ta ndri?" (Kambuh lagi kah ndri?) Sahut bu mina, mas andri mengangguk sembari membopong mbak santi.
AAAAAAAAHH teriak mbak santi, sembari mencakar-cakar wajahnya, memukul-muluk perutnya.
"iyo ndri" jawab bu mina.
Mas andri mengejar mbak santi dan berpapasan dengan mas Ayub juga bu mina, "santi mlayu rono buk, yub ayo ewangi aku nguber" (santi lari kesana buk,
Mas ayub mengangguk sembari menyusul mas andri yg sudah mendahului nya.
Mbak santi lari kerumah warga dan melukai banyak orang.
"Tolooong tolong.." teriak salah satu warga, mas andri dan mas ayub pun segera berlari menuju sumber suara berasal.
"mau ngejar santi pak, santi lari dan melukai beberapa warga" jawab mas andri,
"ya sudah ayo kita kesana" ajak pak darmo.
Deretan rumah warga sudah tertutup karena takut akan hadirnya mbak santi yg-
"Itu santi" teriak mas ayub yg melihat mbak santi di sebelah rumah warga, santi mencakar-cakar wajah pak Mukmin, pak mukmin yg ketakutan sudah terkapar pingsan,
"woi setan,, keluar kamu dari badan santi" perintah pak darmo.
"hihihi,, " ya, dia si kuntilanak, tapi bisu.
Pak darmo kualahan karena memang yg dihadapinya itu makhluk-makhluk yg sangat jahat, ilmu pak darmo sendiri tak jelas entah ilmu putih atau hitam, sepertinya dua-duanya ia pelajari,
Pak darmo membuat pagar sementara di tubuh mbak santi, meskipun tidak akan bertahan lama, setidaknya mbak santi bisa lebih tenang, dan untung saja kandungan mbak santi baik-baik saja. "Aku akan kerumah guruku, aku akan meminta bantuan" ucapnya
"bu, pak, dan mas andri, usia kandungan mbak santi sudah dekat dengan masa persalinan, setelah saya periksa, lebih baik segera dilakukan operasi caesar, ini demi kebaikan ibu-
"Baik dok kalo memang itu yg seharusnya, lalukan saja, kami ingin yg terbaik untuknya" jawab mas andri.
Setelah itu pun mbak santi melakukan lahiran sc, dan alhamdulillah bayi nya lahir dengan selamat.
Selama dirawat dirumah sakit kedua orang tua-
Karena takut jika tiba-tiba kesurupannya kambuh dirumah sakit, terlebih pak darmo belum pulang dari tempat gurunya.
Beberapa hari telah berlalu, mbak santi pun diperbolehkan pulang, mas Andri , bu mina dan pak eko sangat-
Mbak santi pun terlihat normal, bukan terlihat, dia memang normal saat itu, ia tak pernah mengingat kejadian apa yg telah menimpanya, keluarganya pun tak mau memaksa agar mbak santi mengingat kejadian menyeramkan itu.
"Dek, mas pulang" ucap mas andri yg hendak masuk kamar,
"ya Allah, dek opo-opoan seh pean iki" (ya Allah dik, apa-apaan sih kamu ini" teriak mas andri sembari merebut anaknya dari-
Mas andri yg tau bahwa yg di depannya bukanlah istrinya melain kan makhluk-makhluk kiriman pak toyo (sampai kejadian ini keluarga mbak santi belum tau jika ini ulah pak toyo), mas andri mengambil anaknya dari istrinya karena mbak santi akan mencekik bayinya.
"Mek iku tog saiki sing iso di usahano" (cuma itu saja sekarang yg bisa di lakukan)
"Wis to pak opo salah e di coba? Ero dewe kan wis pirang wong sing ngobati santi? Rung ono sing iso" (sudah lah pak apa salahnya di coba? Tau sendiri kan sudah berapa orang yg ngobati santi? Belum ada yg bisa) jelas bu mina meyakinkan suaminya,"kamu setuju kan ndri?"
Mas andri yg tak tega melihat istrinya seperti itu hanya bisa pasrah, sembari melihat anaknya yg masih bayi, tak terasa air mata mas andri menetes.
Sesuai saran pak darmo, setiap sore menjelang magrib pun mbak santi harus di kurung dalam jaring, agar sukma mbak-
---------
__________
"Wis adzan nduk, ayo budal teraweh" (sudah adzan nduk, ayo berangkat tarawih) ajak ayah membuyarkan penglihatanku, penglihatan yg sangat menyedihkan, aku tak tega menyaksikan teman ku seperti itu, aku dan ayah segera-
Sepulang dari masjid aku meminta ayah agar menemaniku untuk melihat kondisi mbak santi, "yo ayo tak terno" (ya mari ayah antar) jawab ayah.
Setelah sampai di depan rumah mbak santi aku merasa kaget, ternyata disana sudah banyak-
Banyak orang pintar yg memasang dan memagari rumah ini, justru sama sekali tak meringankan mbak santi, malah membebani hal-hal seperti ini, aku yakin keluarga mbak santi pasti merasa hawa rumahnya tidak enak.
Bagaimana tidak,energi mereka saling bentrok
"Ayo gek melbu" (ayo cepet masuk) ajak ayah sembari menepuk bahuku, aku mengangguk, berjalan hati-hati di antara kerumunan warga tak kasat mata ini, di dalam sayup-sayup aku mendengar suara orang mengaji, TOK TOK TOK...
Pintu rumah perlahan terbuka, "Waalaikumsalam, wah kedayoan tamu agung iki" (Waalaikumsalam, wah kedatangan tamu agung ini) ucap pak eko, "mari masuk" lanjut pak eko.
Aku masih berada di depan pintu tak peduli dengan basa-basi ayah dan pak eko.
"Pak, mending mbak santi pergi dari kampung ini, pergi sejauh-jauhnya, jangan pernah kembali kerumah ini lagi, kalau bisa mbak santi melewati lautan, karena santet pak toyo akan menghilang tak akan mempan lagi, mbak santi di obati pun tidak akan-
Aku pun berlari pergi, tak kuat menahan bau yg sangat menyengat tersebut, kepala ku terasa pusing, perutku mual karena benturan energi-energi warga tak kasat mata, aku tak bisa berlama-lama disana.
"Mboten pak, mei ke masjid aja, mei mau menetralisir energi jahat yg mei bawa dari rumah mbak santi" jawabku.
Setelah sampai masjid aku mengambil wudhu dan-
Keesokan harinya saat sahur, aku bertemu dengan ibuku, melepas rindu dan saling bertukar cerita. "Ayahmu wis cerito mambengi nduk, mugi ae santi ono oleh e yo" (ayah mu-
"Ngge Aamiin buk" jawabku sembari menata makanan dan piring yg ada di meja makan.
"Mbak.." sapa wahyu yg baru keluar dari kamar mandi,
"waduh muleh jam piro joko e iki?" (Waduh pulang jam berapa anak-
"Bar latihan karate langsung muleh kok, jam 1 hehe, tak delok mbak mei wis turu" (setelah latihan karate langsung pulang kok, jam 1 hehe, aku liat mbak mei udah tidur) jelasnya.
"Mana oleh-olehnya" lanjutnya. "Oalah nyopo iku mek ono karepe-
Akupun berjalan menuju kamar untuk memberikan sesuatu kepada adikku lalu menyerahkannya, "wuiih kereen mbak" mata wahyu berbinar melihat satu set alat lukis yg selama ini ia inginkan, wahyu sangat pandai-
Sore pun tiba, aku menghabiskan waktu hanya dengan menonton tv kartun yg sejak aku SD hingga sekarang masih ada,
"Mbak aku mau ngomong, mumpung ibu belanja" bisik wahyu, "apa? Cerita aja" jawabku dengan wajah tetap menatap tv.
akupun menoleh ke arah wahyu, sembari mengecilkan volume tv, aku melihat wajah wahyu menengang, seolah tak nyaman dengan kejadian yg ia alami.
"oh itu..?" Kataku sembari menunjuk kursi tamu yg berada di belakangku,
"dia hanya usil ga jahat, tapi bahaya juga kalo dia suka kamu" imbuhku,
"ya itu mbak, pertama aku bisa liat ya dia yg aku liat, trus lama-lama aku bisa melihat-
"Lama-lama juga terbiasa kok, sudah pokoknya kamu harus tetap beribadah jangan pernah ninggalin sholat, ngaji juga yaa" pesan ku padanya,
TOK TOK TOK,,
"Mbak mu ada kan?" Tanya pak eko,
"mbak pak eko nyari mbak ini loh, duduk pak" ucap wahyu.
Kulihat setan yg mengikuti pak eko tak berani masuk kerumah ku, mereka menunggu diluar rumah,
"Monggo di unjuk rumiyen pak" (silahkan diminum dulu pak) ujarku menawarkan pak eko segelas air mineral yg memang sudah disiapkan dimeja,
"wis nduk, aku rene mek takon, opo bener jaremu iku?
(Sudah nduk, aku kesini cuma mau memastikan, apa benar katamu kalau pak toyo yg menyantet santi?) tanya pak eko.
"Dina, tanya saja kepada dina pak, dia yg akan menceritakan semua nya, tapi bapak bawa beberapa warga untuk menemui dina" jelasku.
Dina adalah gadis lugu dan polos, meskipun dia sudah berumur 17 tahun sifatnya seperti anak kecil, ia selalu-
Apapun yg menjadi keinginannya harus terpenuhi, jika ia merasa tidak senang selalu bercerita kepada bapaknya.
"Dina, sini.." panggilku yg saat itu kulihat dina sedang bercengkerama dengan temannya di depan masjid,
"Buat kamu, mbak boleh tanya ga? Tapi dina harus jawab jujur ya?" Ucapku sembari memengang kepala dina. "Tanya apa aja boleh kalo mbak mei"
"ya udah ayo ikut mbak"
aku mengajak dina ke dalam masjid, dimana pak eko dan beberapa warga sudah menunggu.
Aku : dina, kamu masih main dirumah mbak santi ga?
Dina : ngga mbak udah lama, mbak santi ga ngebolehin aku (sambil memakan coklat yg aku beri)
Dina : mbak santi marah karena aku main ke kamarnya
Aku : mbak santi ga marah din, cuma nasehatin kamu aja, biar kamu tau mana yg baik mana yg buruk
Dina : oh, jadi mbak santi ga marah sama aku?
Aku : ngga kok, kamu tau mbak santi sakit?
Disini pak eko dan beberapa warga mulai geram.
Aku : kok kamu tau din?
Dina : ya tau lah kan dina yg disuruh bapak "mendem pasangannya" (naruh media santet)
Aku : kamu taruh dimana? (Meskipun aku sudah tau, tapi disini aku ingin semua keluar-
Dina : di sumber air samping rumahnya hehe
(jawab dina sama sekali tak merasa bersalah)
"Biadab encene toyo" (ucap pak eko) sembari bangun dari duduknya. Dina yg melihat pak eko marah menyebut nama bapaknya pun segera-
"takut mbak" ucapnya lirih, aku tersenyum dan menggeleng kepada dina agar ia tenang.
"Jangan emosi dulu pak eko, sebaiknya mbak santi cepat-cepat dibawah pergi dari desa ini" ucapku. Malam itu pun berakhir, kami semua pulang kerumah-
"mbak.. kok aku ketok ono wong di obong yo" (mbak..kok aku melihat ada orang dibakar ya) ujar wahyu yg masuk ke kamarku.
"Maksudnya apa sih yu?" Tanyaku bingung,
"waktu itu aku pernah bermimpi kalau temenku kecelakaan mbak, dan itu benar-benar terjadi" ucapnya.
Wahyu menggelengkan kepala, "mboh" (tidak tau).
Setelah beberapa hari aku mendengar bahwa santi telah pulang kerumah suaminya, lebih tepatnya ke kampung halaman orang tuanya, yg menyebrangi lautan.
"Sing nyantet aku toyo kan?" (Yg menyantetku toyo kan?) tanya kakek, akupun menaggguk,
"pasrahkan saja sama Allah kek, pembalasan yg adil adalah dari Allah" ucapku.
"Pak toyo mbak, yg kebakaran pak toyo" sahut wahyu yg tiba-tiba bangun dari-
Wahyu berlari keluar rumah, aku dan kakek mengikuti wahyu dibelakangnya,
"astagfirullah" aku melihat para warga menyeret pak toyo dengan kondisi yg mempirhatinkan, pak toyo di amuk warga.
"Obong ae dukun asu ngene iki" (bakar saja dukun anjing ini)
"Ojo ngerusuhi tangan, opo mane iki wulan poso wulan bejo" (jangan mengotori tangan apalagi ini bulan puasa bulan baik) teriak kakek mencoba menghentikan warga,
"ga iso, anak ku mati gara-gara toyo, anakku di santet toyo
Beberapa warga yg sudah membawa minyak tanah dan bensin segera mengguyurkan ke tubuh pak toyo, aku segera menyuruh wahyu agar menarik kakek dari sana,
Ya, pak toyo dibakar warga, tepat di malam takbir yg esoknya adalah hari kemenangan.
Tangis keluarga pak toyo kian menjadi, saat jenazahnya sudah gosong, mengeluarkan-
Polisi pun datang untuk meminta keterangan dari warga yg terlibat.
..... kisah dukun santet toyo selesai....
......KUBURAN BERPINDAH TEMPAT.....
"ojo ngelucu lah yu" jawabku dengan santai dengan masih menatap foto mbak santi,
"tenan, aku ga goro mbak, wis pirang wulan iki gumer kabeh-
(Serius, aku ga bohong mbak, sudah beberapa bulan ini viral di warga sini), ucap wahyu meyakinkan ku,
"oh,, piye? Se ceritani mbak" (oh, gimana? Coba ceritakan pada mbak) ujarku dengan masih melihat gawaiku, karena tak terlalu serius menanggapi omong kosong adikku.
"ya udah kalo ga mau cerita" ancamku,
"iya aku tak cerita, temen dan warga yg tau mbak, aku belum pernah ketemu juga-
Sore itu teman-teman wahyu bermain bola dilapangan desa, sedang asik main tiba-tiba bola terlempar ke arah pekarangan samping pabrik kertas,
"ayo ambil sana" pinta Gandi kepada Romi,
"aduuh kok aku sih" jawabnya,
Dengan berat hati romi pun mengambil bola tersebut, selain malas berjalan jauh, pekarangan disana memang gelap meskipun hari masih terang.
Setelah romi sampai ia segera mencari bola kesana kemari, karena memang rumput disana tinggi.
Ya, kuburan yg hanya satu, romi yg kaget pun teriak "asu... ket kapan ono kuburan di kene" (anj*ng, sejak kapan ada kuburan disini), romi pun berlari ke arah teman-temannya yg sudah menunggu.
Romi yg masih pucat dan ngos-ngosan masih diam tak menjawab.
"hahaha dari kapan ada kuburan disana? Mimpi kamu ya?" Sahut Galih.
"Iko delok en, opo ga kuburan su..!!!" (Tuh liat, apa bukan kuburan njing..!!) teriak romi.
"sudah ayo pulang, besok beli bola baru, dan lapor ke pak RT, bapakmu Son, biar di usut ini kuburan siapa" jelas romi.
Malam hari beberapa orang yaitu pak Sultan, pak Rosid, dan pak Anto meronda keliling RT 1, untuk memastikan keamaan, gang I, gang II, gang III semua aman, terkahir mereka berkeliling di gang IV, gang yg akan terhubung-
Di gang IV terdapat kolam lele, dimana saat akan melewati RT 2 pun harus melewati jalan yg bersebelahan dengan kolam tersebut, mereka bertiga berjalan menyusuri jalan dan melewati kolam lele, karena setelah kolam masih banyak rumah, suasana yg gelap karena penerangannya
"Sik to kebelet aku tak ngoyoh, mumpung di kolam ono jeding e" (sebentar ya aku kebelet mau kencing dulu mumpung di kolam ada kamar mandinya) kata pak Rosid.
Kedua temannya menunggu dibawah pohon jambu monyet yg memang ada sebuah kursi panjang disana.
"aduh...sikilku(kakiku)" dilihatnya ada batu yg dililit kain hitam yg saat ia senter i adalah kuburan,
"jangkrik, asu tenan!! kuburan e sopo di kene iki?" (Sial, anjing bener!! kuburannya siapa sih disini)
"Sid lapo koen?" (Sid kenapa kamu?) tanya pak sultan yg mendengar teriakan pak rosid.
"Rinio ono kuburan iki" (kesini ada kuburan), pak sultan dan pak anto pun mendekat ke arah pak rosid,
"loh gendeng, kuburan e sopo iki sid?" (Wah gila, kuburan siapa ini-
Mereka bertiga saling bertatapan dan menelan ludah, sebelum, mereka lari tunggang langgang.
Keesokan harinya saat warga kerja bakti hari minggu, "yah, aku kemarin main bola di lapangan, ada kuburan di pekarangan samping pabrik" ucap soni kepada ayahnya.
"sumpah yah, ayo kesana kalo ga percaya" tantangnya,
Pak anto yg mendengar pun "pak RT di kolam juga ada kuburan, masih baru pula" sahut pak anto,
"kok semua pada ketemu kuburan sih" tanya pak RT bingung.
"iya pak, sultan sama rosid juga lihat" kata pak anto tak mau kalah, "ya sudah nanti selesai kerja bakti kita lihat ke TKP masing-masing ya" ajak pak RT.
Warga pun ikut berbondong-bondong menyaksikan kuburan siapa, ditakutkan ada tindak kejahatan lalu mayatnya dikuburkan dengan sembarangan.
"Sekarang ke kolam lele ya pak !!" Ajak pak sultan antusias, semua warga berjalan ke arah kolam lele.
"disini kemarin pak sumpah" kata pak rosid,
"saya malah kesandung disini, itu bekas rumputnya masih ada"
"Sial.. kok bisa ilang sih kuburannya" kata pak sultan, beberapa warga ada percaya ada yg tidak,
"sebenarnya kemarin waktu saya rapat dengan pak Lurah, ada juga pak Warno (ketua RT 3) juga menceritakan hal yg sama, beberapa warga disana juga menjumpai kuburan yg-
"Apa itu kuburan nya bisa pindah-pindah ya pak" ucap seorang warga, pat RT hanya menggeleng kepala,
"entahlah,, selama kita saling tidak mengganggu biarkan saja, bukannya kita memang hidup berdampingan?" Warga mengangguk setuju,
______
"Sampai sekarang pun masih ada kok mbak yg ketemu sama kuburan itu, hiii ngeri banget ya mbak" ucap wahyu,
"haha lecek(penakut)" ledekku, wahyu hanya diam memasang wajah cemberut nya.
"Assalamualaikum mei.." terdengar suara dari luar, aku pun membuka gagang pintu untuk melihat siapa yg berteriak memanggilku.
"Loh Nadya, kok nangis, ayo masuk sini" pinta ku sembari memapah nadya, nadya teman ku saat di bangku sekolah
Aku mengambilkan air mineral dan memberikan kepada nadya, dia menangis sesenggukan tak berhenti.
"Aku kesini mau cerita mei, aku denger kamu pulang makanya aku kesini, sebenarnya udah lama banget aku mendem ini sendiri, sekarang aku-
"Ibu ku mei,, dia di pelet kata orang pinter, tapi aku ga percaya, sampai, semuanya udah terlambat, bantu aku mei",
kulihat wajah nadya, matanya bengkak seperti sering menangis terdapat kesedihan yg teramat,
.......LINTRIK (pelet pengasihan)......
Ibu Maya (ibu nya nadya) adalah seorang janda berumur 52 tahun, Nadya adalah salah satu teman ku yg hidupnya selalu tercukupi karena-
Setelah sekian lama ibu maya menjanda, akhirnya setahun yg lalu ibu maya-
Meskipun usia bu maya terpaut jauh dengan Dewo yg berusia 29 tahun, mereka tetap melakukan pernikahan, awalnya nadya dan kakaknya (mas Rio) tidak mengizinkan ibunya menikah karena usia mereka terpaut cukup jauh,
Dengan berat hati pun nadya dan mas rio mengizinkan ibunya menikah lagi, mereka berdua merasa aneh, karena ibunya yg selama ini sangat sayang dengan kedua anaknya,
Di minggu pertama pernikahan ibunya semua baik-baik saja, tak ada yg perlu di khawatirkan, sampai,
"Rio, mana adikmu? Ibu mu ngomong!!", ucap bu maya dengan ketus,
"adek masih ke toko buk
"Mulai sekarang kalian pikiran aja sendiri, kalian udah besar, ibu mau fokus ngurus ayahmu (dewo)" jawab bu maya,
"ayah?, kalau dia jadi ayah harusnya kerja-
"Kamu jangan kurang ajar ya rio, kamu harus sopan sama ayahmu,
"kenapa mas? Buk?" Tanya nadya yg baru datang.
"Kebetulan kamu udah datang nad, ibu mau jual toko yg di perempatan Pattimura" jelas ibu maya,
"kenapa dijual buk?" Tanya nadya,
"Investasi barang klenik maksud ibu?" Sahut rio dengan nada sewot,
"bukan urusan kalian, ibu ga minta izin kalian, ibu cuma ngasih tau aja, jadi mulai besok kamu (Rio) ga perlu urus toko itu lagi" kata bu maya sembari-
"Ga bisa kayak gini terus mas, selama ini ibu udah jual semua aset milik bapak, mas tau kan toko itu satu-satunya sumber mata pencarian kita yg tersisa, kalo toko itu di jual, pemasukan kita dari mana?" Tanya nadya panjang lebar.
Malam itu nadya tak bisa tidur, dia hanya memandangi langit-langit kamarnya, berharap semua kembali seperti dahulu saat ayahnya masih ada, tak terasa air matanya menetes,
"Daripada ga bisa tidur mending shalat malam dulu" pikir nadya,
dia membuka kamar menuju musholla yg melewati kamar ibunya, samar-samar nadya mendengar suara perempuan bersenandung,
"ibu? Malam-malam seperti ini bernyanyi?" Tanya nadya-
Pintu kamar bu maya yg terbuka sedikit mempermudah nadya untuk melihat di dalamnya, mata nadya terbelalak melihat seorang wanita membelakanginya, mengenakan pakaian khas noni belanda, rambut nya pirang, dan ikal.
"oh itu? Dia Emma, kamu mau kenalan sama dia ga?" Kata Dewo mengagetkan nadya,
nadya segera menoleh ke arah dewo yg tersenyum kecil dengan membawa keris kesayangannya ditangannya.
Nadya segera beranjak pergi ke kamarnya dan mengurungkan niat untuk sholat malam, ia memaksakan matanya untuk terpejam agar tak lagi mengingat hal yg baru saja terjadi.
Saat itu dewo berada di taman samping rumah, rio segera menghampiri dewo, sebelum rio berkata
"ada yg bisa dibantu rio?" Tanya dewo.
Ya, dewo mengetahui kedatangan rio meskipun dewo-
Rio yg keheranan pun berpikir macam-macam tentang dewo, dia sangat yakin ada yg tak beres dengan si dewo,
dia bukan orang sembarangan, sempat terlintas dibenak rio untuk mengurungkan niatnya berbicara dengan dewo.
"kamu mau larang saya untuk menjual toko itu?" Tanya dewo yg masih tak merubah posisi.
"Iya, tolong urungkan niat mu, toko itu satu-satunya penghasilan kami" jawab rio dengan lantang.
"kamu nurut aja, saya paling ga suka sama pembantah" imbuhnya sembari menepuk bahu rio,
rio yg tak terima pun berniat mengejar dewo.
leher nya masih sangat sakit, ia segera masuk ke dalam rumah,
"astagfirullah, mas kenapa lehermu?" Tanya nadya.
"ngaca sana" pinta nadya,
rio segera menuju etalase kaca yg tak jauh dari tempatnya berdiri,
lehernya memerah membekas seperti cengekraman tangan, benar saja ia tadi merasa tercekik.
rio menggeleng "rumah ini udah ga aman nad" kata rio lirih,
nadya manggut setuju, "dewo mesti nggowo setan jahat melbu rene mas" (dewo pasti memasukkan setan jahat kerumah mas) kata nadya.
"aku ikut mas, aku ga mau dirumah sendiri, takut sama Emma" kata nadya lirih,
"sopo?" (Siapa?) tanya rio.
Mereka berdua pun segera menuju rumah yg rio maksud, jarak yg lumayan jauh, memakan waktu sekitar 4 jam menggunakan motor.
"mas omah e adem ayem" (mas rumahnya dingin tentram) puji nadya,
rio tak menghiraukan kata-kata adiknya itu, wajahnya sangat serius, ia ingin masalah ini segera selesai.
"bisa aja kamu gung" jawab rio,
setelah mereka duduk dan agung kembali dengan membawa minuman dan kudapan "monggo" kata agung.
"ada masalah apa bro? Cerita lah" kata agung, rio pun menceritakan semua kepada agung.
"santai bro, ayo aku anter ke kamar, kamu di kamarku aja, biar adikmu istirahat dikamar mbak" jawab agung,
"apa ga ngerepotin mbak nya nanti?" Tanya nadya,
(ngga bakal, soalnya mbak kerumah mertua nya) jawab agung.
Sekitar jam 1 dini hari, ayah agung datang, agung pun menceritakan semua kepada ayahnya,
"pun sakniki monggo shalat sareng, shalat tobat, shalat hajat,
(Mari sekarang kita shalat berjamaah, shalat taubat dan shalat hajat, agar Allah memberi kita pentujuk) ajak pak kyai kepada mereka bertiga (agung, rio dan nadya).
"Nad leher ku puanas" bisik rio kepada nadya,
nadya segera melihat leher kakaknya itu, dan benar saja bekas itu terlihat menghitam, makin lebam.
"reaksi gimana pak? Minta tolong pakai bahasa indonesia aja ya pak, saya tidak terlalu paham bahasa jawa halus" kata rio sopan,
pak kyai tersenyum manggut.
"lintrik?" Tanya nadya mengulang,
pak kyai manggut, "lintrik ini ilmu pengasihan, siapa saja yg di pelet dengan lintrik akan terbayang-bayang wajah orang tersebut, dan dibuat tergila-gila menyukai orang itu"
"Jadi maksudnya, ibu di pelet dewo pak?" Tanya nadya,
"betul, dan dewo sendiri yg melalukannya, tidak hanya pelet lintrik, tapi ibu kalian dibuat bertekuk lutut menuruti semua perkataan si dewo ini dengan pelet lainnya, dewo ini bersekutu dengan banyak iblis,
"Lalu yg mencekik saya ini siapa pak?" Tanya rio,
pak kyai tersenyum, "itu jin lain, yg sama-sama jahatnya, dia bisa mengontrol pikiran manusia-
"Wujudnya seperti apa pak?" Tanya rio lagi,
"perempuan, setinggi 3 meter, berkuku panjang, seluruh badannya melepuh gosong, tanpa rambut dia masih diluar, ga berani masuk kedalam rumah sini" jawab pak kyai dengan tenang.
"itu jin yg bersemayam ditubuh ibumu, jin itulah yg sebenarnya menyukai dan tertarik kepada dewo" jelas pak kyai.
"selalu mengaji dirumah, jangan pernah tinggalkan ibadah, ajak ibu kalian juga, dan berikan ini kepada ibu kalian" jelas pak kyai sembari memberi air mineral dan sebuah kertas yg sudah dilipat.
"air ini diminumkan atau di campurkan ke minuman yg ibu kalian minum, jangan sampai habis, selalu isi dan tambah air dibotol ini, jaga agar selalu penuh, sementara kertas itu taruh di bawah bantal ibu kalian" jelas pak kyai.
"tidak, ini hanya agar jin noni belanda itu tidak betah berada di dalam tubuh ibu kalian, harusnya lintrik juga dilawan dengan lintrik yg lebih kuat, tapi itu musyrik, tetap mohon dan berdoa kepada Allah"
Esoknya rio dan nadya pun pamit pulang, mereka tak sabar untuk melakukan apa yg dipinta pak kyai,
"mas, bahu ku berat banget" keluh nadya,
"ya didepan nanti kalau ada warung, kita istirahat disana, kamu kecapean nad" ucap rio, nadya manggut.
"nad kok pucet temen se, moto mu koyok panda, ireng ngono" (nad, kamu pucet banget, sekitar matamu juga hitam kayak panda) kata rio.
dia melihat wajahnya di cermin seperti bukan dirinya, terkesan ngeri dan tatapannya kosong.
mata nadya berkaca-kaca, ia tau akan terjadi sesuatu yg tak ia inginkan,
"lawan, jangan takut, selalu dzikir, baca ayat kursi sesering mungkin, pikiran jangan pernah kosong" pinta-
Tak mau kalah dengan nadya, rio juga merasa perasaannya tidak enak, lehernya yg masih sakit, meskipun semalam sudah diberi "minuman doa" dari pak kyai, sakit itu datang dan pergi tiba-tiba, ia merasa panas dan perih di tempat bekas lehernya yg lebam.
"Sadar ga sih mas, kita lewatin jalan ini udah berkali-kali loh" kata nadya,
"iya nad, aku tadi juga mikir gitu,
"Aku dari tadi mau ngomong tapi ketahan mulu mas, rasanya aku males banget mau ngomong, mulutku rasanya lengket, ditambah lagi badanku lemes banget" jawab nadya.
"oyot mimang?" Tanya nadya mengulang,
"iya, kita berhenti aja dulu kita doa ya" kata rio menghentikan motornya di sisi jalan.
"Jadi oyot mimang ini maksudnya kita di puterin disasarin, terus-terusan dibuat bingung dengan-
"sampe kapan gini terus mas?" Tanya nadya,
"kata alm bapak dulu sih kalo kena oyot mimang kita harus nengok ke atas langit, tapi tetap kita berdoa dulu ya" ajak rio.
"wes ayo lanjut, mariki sorop" (udah, ayo jalan lagi, bentar lagi mau maghrib) ajak rio,
Nadya manggut dan mengenakan helm.
Sekitar satu jam setengah mereka sudah sampai di depan rumahnya,
"kondisimu gimana? Udah enakan belum?" Tanya rio.
Nadya mengendikkan bahu "mboh rasane ga karuan awak" (ngga tau lah, rasanya badanku ga nyaman) jawab nadya,
"Dari mana aja kalian?" Tanya bu maya, rio tak menjawab hanya menyalami tangan ibunya lalu masuk kamar tanpa berkata sepatah kata pun.
Seusai shalat isya rio memikirkan bagaimana caranya agar minuman ini terminum oleh-
Rio teringat kondisi terkahir nadya yg tidak sehat, ia segera menghampiri nadya ke kamarnya,
"nad, udah tidur?" Tanya rio, nadya terbaring di tempat tidurnya.
Rio mengajaknya bicara namun ia tetap diam, rio memperhatikan mata nadya denga seksama.
Mata nadya menghitam, full hitam,
"nad, jangan bercanda ah" kata rio mencoba menenangkan-
"Nad, please sadar, jangan buat aku takut, nad, nadya, istighfar dong nad" teriak rio sembari mengguncangkan badan nadya,
Rio mundur berusaha keluar dari kamar nadya, nadya terus mengejar rio dengan tangan siap mencekik leher rio, rio segera jongkok dan membenamkan wajahnya karena ia sangat ketakutan.
rio masih ketakutan ia ragu dan tak menjawab pertanyaan adiknya itu,
nadya yg kebingungan segera menghampiri kakanya.
"Jangan!!! jangan..!!!" Pinta rio,
"iNi beneran kamu kan nad? Kamu ga mau nyelakain aku kan?" Tanya rio.
"Apaan sih? Ya ngga lah ngapain aku nyelakain mas rio? ini nadya mas, siapa lagi coba?" Tanya nadya,
"kamu dari mana?" Tanya rio,
"Serius lo barusan keluar? Trus tadi siapa nad?" Tanya rio lagi,
"ya mana aku tau mas, emang kenapa?" Tanya nadya balik
"tadi aku kira kamu kesurupan nad, mas bener-bener takut, tapi alhamdulillah kalo kamu baik-baik aja"
Nadya manggut,
"mas gimana? Airnya udah dikasih ke ibu belum?" Tanya nadya,
"belum lah nad, aku bingung gimana caranya, kamu tau ga gimana caranya?" Tanya rio.
"Ya udah siapain airnya nanti coba aku yg kasih ke mama" kata nadya,
"nunggu si dewo keluar rumah aja mas, biar aman ga resiko" jawab nadya, rio pun setuju.
"Buk, ayah kemana?" Tanya nadya,
"biasa, urus kerjaan, ketemu sama client nya" jawab bu maya,
nadya manggut,
"ngga, kamu ngasih apa-apa kan itu di minuman ibu?" Tanya nya.
"Kasih apa buk? Ngga ada, ya udah ngga apa-apa kalo ibu ngga mau minum" kata nadya lalu pergi menghampiri rio,
"wes ndang, wong e metu" (cepetan dilakukan,
Setelah rio berhasil meletakkan kertas tersebut, ia segera pergi dari sana,
"aaakkkhh, sakit banget nih leher" kata rio bermonolog,
ia segera mencari cermin,
"Mas, aku udah masukin air nya ke dalam botol minum nya ibu" kata nadya kegirangan,
"bagus deh nad" jawab rio seadanya, ia masih fokus ke lehernya.
"Tapi kan ini bukan sakit medis nad, apa bisa?" Tanya rio,
"namanya juga usaha mas, daripada kayak gitu, senggaknya nanti dikasih salep atau obat pereda nyeri" ucap nadya, rio manggut.
Bu maya dan dewo sering adu mulut,
Malam itu rio berinisiatif untuk menelpon agung,
"Astagfirullah, kok ga cerita dari awal kemaren bro? Aku kesana aja ya sama ayah" kata agung dalam telepon.
"Thanks banget gung, kamu udah bantu dan sampe bela-belain kesini, maaf banget gung kondisiku-
"ngga masalah, aku malah seneng kok bisa bantu, malam ini InshaAllah aku kesana sama ayah" ucap agung mengakhiri obrolan.
Sekitar jam 11 malam, agung, ayahnya dan seorang lagi pak suryo pak lik nya agung datang,
"wakeh yo ingon-ingon e lik?" (Banyak banget kan peliharaan nya lik?) tanya agung ke lik suryo.
"Wes wes, setan alas ngendi ae ono iki" (wah wah, jin hutan dari mana aja ada disini) ucap lik suryo,
"mana adikmu?" Tanya pak kyai ke rio,
"di dalam pak" jawab rio sembari menunjuk kamar nadya.
"Mas, njenengan melbet mawon ningali adik e, kersana lare niki kulo sing nangani"
pak kyai manggut dan menuju kamar nadya bersama agung.
Lik suryo mengambil daun bidara dari tas nya membaca doa lalu menekan dahi rio dengan jempolnya,
"dileher rasanya ada yg jalan gitu lik" jawab rio, lik suryo segera menempelkan beberapa daun bidara di leher rio.
"Aaaaaaakkkkkkhhh, sakit lik, puanaas" teriak rio, kebetulan saat itu bu maya dan dewo sedang pergi menemui-
"tahan, tahan, istighfar, terus bertakbir, lawan dan jangan mau kalah" kata lik suryo memberi arahan.
Sedangkan di sisi lain pak kyai dan agung memeriksa kondisi nadya,
"yah, setan ngelamak iki ga duwe unggah-ungguh,
(Yah, setan kurang ajar ini, ga punya sopan santun, masa anak ini dibuat sampe ga bisa makan, ga bisa bicara kayak gini, udah lah ya, ayo dibakar aja) ucap agung antusias.
"heh, setan, metuo, opo tak obong?"
(Hei setan, keluar atau aku bakar?) Perintah agung sembari menunjuk nadya,
nadya menggeleng, "ga, aku di kongkon gawe arek iki mati pelan, cek nelongso sek"
"wes ga usah kakean omong gung, budaaalll"
(udah ga perlu banyak bicara gung, gaspoll) perintah pak kyai kepada agung.
"gung jupuk en 7 bidara e, uleg'en, blonyo ono di sikil e"
(gung ambil 7 daun bidara, tumbuk lalu oleskan ke kaki nadya)
perintah pak kyai yg masih memejamkan mata dan melanjutkan membaca doa.
"Alhamdulillah wes metu dhemit e" (alhamdulillah udah keluar tuh setan) ucap agung.
Setelah beberapa lama nadya pun tersadar,
"nad, gimana keadaanmu?" Tanya rio buru-buru-
"sakit semua badanku mas, laper banget" jawab nadya,
"ya udah aku ambilin makan, tunggu sini, disini ada beliau-beliau ini yg membantu kita nad" jelas rio.
"Maturnuwun sanget ngge pak"
(terimakasih banyak ya pak) ucap nadya, mereka bertiga manggut,
Sebulan setelah itu, bu maya cerai dengan dewo, bu maya merintis usaha lagi mulai dari nol.
Sedangkan dewo yg mengetahui bu maya kaya lagi, ia mulai mendekati bu maya lagi, bu maya tak pernah terbujuk rayuan si dewo sampai hal yg buruk menimpa bu maya.
Bu maya sama sekali tak bisa bergerak dan berbicara,
"Gimana lagi nad? Mas juga bingung" kata rio yg juga meneteskan air matanya,
"ini pasti karena dewo bangs*t itu, dia yg buat ibu kayak gini mas,
"Nad, agung udah pindah keluar jawa dia susah di hubungi, pak kyai udah setahun yg lalu wafat, sedangkan aku ngga tau nomer nya pak suryo nad" jelas rio,
"jadi apa kita tetap diem? Biarin ibu kayak gini mas?" Tanya nadya,
......flashback nadya selesai........
"iya nad, dewo yg udah lakuin, mau tau ga dengan cara apa?" Tanyaku,
"apa mei?" Tanya nadya balik,
"maaf ya nad, dewo pake media pembal*t ibu kamu" jawabku.
"Bener-bener baj*ng*n si dewo, mei, tolong mei, aku ga mau ibu ku kayak gini terus"
"boleh tanya ga aku nad?" Ucapku, nadya manggut.
"Nenek mu masih ada?" Tanya ku,
"ada mei, kenapa?" Jawabnya,
"alhamdulillah nad, sekarang ayo kerumah nenekmu" ajakku,
"hah? Sekarang mei? Mana mungkin mei? Ini udah malem" kata nadya.
nadya menggeleng, "nenek ku di Jakarta mei, ikut tante, kami udah kama lost kontak karena tante takut nenek ku ngasih warisan ke ibu" jawab nadya.
"emangnya kenapa sih mei kok harus ketemu nenek?" Tanya nadya,
"karena (maaf) kita butuh air seni (next sebut aja air keramat ya) nenekmu nad" jelasku,
"buat apa mei?" Tanya nadya yg kaget.
"Apa ga ada cara lain mei?" Tanya nadya,
"cara lain?"
"Ibu nya dewo masih ada ga nad?" Tanyaku,
"setahu ku sih udah meninggal lama mei, ibu dulu pernah cerita" jawab nadya,
"nad tapi kamu tau kan alamat nenek mu itu?" Tanyaku.
"Jelas aku ngga mau ibu menderita mei, tapi besok aja ya kita berangkat? Aku harus ngomong ke mas rio dulu dan prepare buat besok mei"
"Oke nad, kamu istirahat yg cukup, jangan mikirin macem-macem ya" pesanku,
"iya mei, makasih ya, besok aku jemput kamu, dan pesenin pesawat buat flight besok ya" kata nadya, aku manggut.
Singkat cerita aku dan nadya udah dapetin air keramat nenek nadya
(aku ga bakal bahas gimana dapetinnya karena YBS ngga mau ini di publish, ini masalah keluarga mereka).
"nadya tolong kamu baca surat Al-kahfi ya, dan untuk bang rio, mei minta tolong abang adzan dan iqomah berulang kali sampai proses ini selesai" pintaku.
tubuh bu maya mengejang hebat, bu maya berteriak histeris, lalu memuntahkan isi perutnya.
"tolong fokus lanjutin ngajinya nad, jangan terpengaruh" kataku,
nadya dan rio melanjutkan tugasnya, kudengar suara mereka bergetar menahan tangisannya.
"Makasih banget ya mei, kamu udah mau bantu" kata rio, aku manggut.
"hallo nad, gimana kondisi ibumu?" Tanyaku,
"alhamdulillah mei, kamu kesini ya, aku udah minta mas rio jemput kamu, bentar lagi mungkin nyampe" pintanya.
benar saja selang beberapa menit rio datang dan kami menuju rumah mereka.
Setelah aku sampai dirumah nadya, aku melihat seorang wanita duduk di kursi roda.
di belakangnya ada seorang perempuan seumuranku,
ya itu nadya dan yg berada di kursi roda adalah bu maya.
Nadya segera menghampiriku dan memelukku, ia meneteskan air mata,
aku menggeleng, "nad ini semua atas izin Allah, kita harus bersyukur dengan cara selalu berbuat baik dan rajin ibadah, karena Allah masih ngasih kita kesempatan dan kesehatan" kataku.
"ciee,, ada yg ngakuin perasaannya" goda nadya ke rio, aku menghampiri bu maya,
"gimana keadaan bu maya sekarang?" Tanyaku,
"Jauh lebih baik mei, terimakasih banyak ya, semoga Allah membalas kebaikanmu" ucap bu maya.
(Sekali lagi aku bilang ya, si mei ini bukan penulis, tapi mei adalah teman si penulis)
Wassalam
Good night