Cerita ini bermula dari seorang petani di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto-
Tak tahan menghadapi serbuan tikus, dia memohon pada Sang Pencipta. Lalu suatu malam,
Sebuah keajaiban terjadi, tikus-tikus yang biasanya kerap beraksi di malam hari hilang begitu saja.
Di sisi lain, ada mitos lain yang berkembang kebalikannya. Pada tahun 1914, candi ini ditemukan oleh-
Karena ingin membersihkan tikus sampai habis, Kromojoyo meminta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, didalam gundukan terdapat sebuah candi.
Menurut Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakertagama, candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke XIII atau abad ke-XIV ini merupakan tempat untuk mandi raja dan upacara-upacara tertentu yang dilaksanakan di kolam-kolamnya.
Tahap pertama, saluran airnya terbuat dari bata merah dan memperlihatkan bentuknya yang kaku. Sedangkan tahap kedua saluran airnya terbuat dari batu andesit dan memperlihatkan bentuknya yang lebih-
Ini berarti pula bahwa menurut Krom, Candi Tikus telah berdiri sebelum kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasannya, yaitu pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 - 1380).
sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com