Sebuah perkampungan terletak di pinggiran pantai yang hilang secara misterius.
Menyimpan sejuta misteri yang sampai saat ini belum terpecahkan.
_Based on a true story_
@bacahorror #bacahorror #bacahoror
Jadi daerah itu sejarah panjangnya hanya di ketahui oleh sesepuh terdahulu. Bahkan kakek saya yang tinggal tak jauh dari daerah itu
Jadi sebelum beliau meninggal beliau sempat di obati oleh dua orang pintar. Yang satu bertugas membersihkan keris yang di miliki kakek
"pak de.. Kenapa tidak pernah kerumah lagi?" sapa ibuku waktu itu.
"anu enduk.. Pak de
Jawab beliau pada masa itu.
Kemudian beliau melanjutkan jalan santainya.
Ibuku waktu itu sedikit terdiam memikirkan. Namun siapa sangka itu adalah terakhir ibuku bertemu beliau.
Lalu yang orang pintar kedua yang mengobati fisik kakekku waktu itu
Sewaktu masih sehat, beliau sering kali mengingatkan ayahku untuk menjauhi daerah itu. Menurut orang-orang jika kita masuk daerah itu kemungkinan bisa tersesat atau pun masuk ke alam mereka.
Mereka adalah BANGSA BUNIAN Itu lah sebabnya kenapa daerah itu bernama kampung BABU, Kampung bangsa bunian.
Pernah suatu ketika disaat ayahku dan ibuku pergi bersama rekannya pergi kerumah kakek untuk menikmati pedesaan dengan meminum kelapa segar karna memang kakek punya kebun kelapa di belakang
Ketika ingin menuju kesana beberapa kali ayahku salah masuki rawa. Rawa itu terhubung langsung ke pintu air
"kalo gak salah disini" ucap ayahku yang berbicara sendiri meyakinkan keraguannya waktu itu.
Ketika hampir sampai di penghujung rawa. Rawa itu buntu tertutup
Hingga kembali ayahku mengayuh kebelakang di bantu aku waktu itu. Hingga sampai ke empat kali. Baru kami menemukan rawa yang sebenarnya. Di sana kulihat pintu air seperti pada umumnya dan di atas pintu air itu ada kursi tempat biasa orang duduk. Lalu kulihat kakek
Sesampainya di sana ayah pun mengikat perahunya lalu para rekan ibuku naik kedaratan. Di bimbing ibuku menuju rumah kakekku mereka pun mendahului aku, ayahku serta kakekku.
Raut wajah kakek seketika berubah mendengar itu.
"lain kali nak.. Kalo mau lewat akses laut jangan lupa baca ayat 4 serta ayat kursi" begitulah pesan kakekku yang sampai sekarang
Kemudian kudengar kakek menambahkan.
"pantas saja lama sekali. Aku sudah menduga ini ulah BUNIAN. Untung saja tidak sampai masuk ke alam mereka" ujar kakek mengatakan kepada ayahku sambil berjalan.
"bangsa bunian itu sama seperti kita ya kek?. Siapa mereka sebenarnya."
Kakek sedikit tersenyum dengan pertanyaanku.
"bangsa bunian itu adalah
Terang kakeku yang waktu itu bahkan belum seluruh cerita.
Makanya sering ada orang hilang di hutan itu sering di kaitkan di sesatkan oleh bangsa bunian. Namun sisi baik dari mereka, mereka bisa membantu jika
Kamudian kakekku pun terhenti untuk bercerita langsung masuk ke
"lahh kakek.. Ketika apa..?" ujarku yang masih penasaran dengan cerita beliau waktu itu.
"nanti kakek sambung lagi" ucapnya sambil berjalan masuk kerumah.
Aku mengangguk setuju karna memang aku juga haus dan mau minum air kelapa.
Sangat damai tidak terdengar riuhnya perkotaan yang terdengar hanyalah suara burung yang bersahut-sahutan.
Aku mencari-cari kesempatan untuk menanyakan perihal cerita yang terhenti tadi. Kakek seolah tidak
"ohh iya nak.. Pulangnya nanti jangan
Ucap kakekku kepada ayah dan ibuku dan mereka hanya mengangguk.
Kami pun mulai berkemas dan berpamitan dengan kakeku serta neneku. Namun kakek mengantarkan kami sampai pintu air.
Dan saat itulah kesempatan aku untuk menanyakan cerita yang sempat terputus tadi.
" kek lanjutannya gimana tadi yang kakek ceritain?" ucapku yang penuh penasaran.
Jadi waktu itu ada pernah terjadi kebakaran hutan. Orang orang berbondong membawa ember dan terjun kebeberapa sungai kecil untuk memadamkan api tersebut. Karna dulu pemadam kebakaran sangat sulit mengakses jalan masuk kesini. Para warga memadamkan
Wajah mereka memiliki garis tegak antara bibir dan hidung lalu kedua alis yang saling menyambung.
Ya mungkin karna rumah mereka terbakar makanya mereka ikut membantu." ucap kakekku yang melanjutkan setengah kisahnya tadi.
" oh iya nak.. Nanti kalo pas di jalan mau keluar dari rawa kalo nemu apa-apa yang aneh. Baca yang bapak sarankan tadi ya Dan jangan hiraukan. Sampaikan kepada istrimu juga nanti."
Ucap kakek yang berpesan kepada ayah.
Kemudian ayahku
"iya-iya pak. Saya mengerti."
Lalu sampailah di pintu air. Ketika sampai air laut justru baru mulai naik atau pasang dan bukan surut seperti yang di katakan kakek tadi.
"yahh kata bapak air mau surut.. Ini kan baru mau pasang pak. Padahal kami masih
Karna alasan dari kakek menyuruh kami pulang lebih cepat bukan karena pasang surutnya air tentunya punya alasan tersendiri.
Kami pun mulai menaiki perahu
Waktu masih di rawa. Kami hanya mengayuh perahu dan mesin sengaja tidak di hidupkan karna takut kandas jika kipas terkena ranting di dasar rawa.
Ucap ayahku menyampaikan pesan dari kakek.
"memangnya kenapa pak."
"turuti saja kataku"
Kemudian ibuku hanya mengangguk.
Tak lama setelah lumayan jauh dari pintu air. Terlihat di atas antara pepohonan
Ketika tepat berada di bawah segerombolan kera itu. Mereka berteriak sangat riuh. Bahkan aku waktu itu sampai tutup telinga. Anehnya mereka tidak
Sampai akhirnya kami pun keluar dari rawa itu. Dan menuju laut lepas ayahku mulai menghidupkan mesin perahu dan perahu pun melaju hingga sore harinya pada jam 4 sudah sampai di pelabuhan kota.
Ketika saya sedang minum kopi bersama teman. Saya sengaja membuka percakapan yang membahas tentang daerah itu.
"kalau begitu besok temani aku ketemu dengan orang itu ya."
Ucapku yang waktu itu masih penasaran.
Kemudian keesokan harinya tepatnya pada pukul 2 siang, kami pun bertemu sesuai janji Dan langsung menuju rumah bang rizal.
Ternyata bang rizal pada waktu itu sedang berada di depan rumah menyiapkan
"assalamulakum bang"
"waalaikumsallam. Ehh rehan(nama samaran) ini sama temannya siapa.?"
"putra bang" ujarku yang langsung menyalami tangan abang itu.
"ada keperluan apa ni han?"
"gak ada perlu apa-apa sih bang. Cuman teman saya ini mau bertanya
Ucap temanku.
Kulihat bang rizal raut wajahnya,sedikit berubah dan dia mulai duduk.
Dia menghela napas.
"sebenarnya abang juga kurang begitu tau tentang daerah itu. Namun abang tau alasan kenapa nama itu adalah kampung babu. Karna babu yang di maksud
"apakah selama abang melakukan pemotretan gambar disana tidak pernah tertangkap gambar bangsa itu bang?"
"tidak. Sama sekali tidak pernah. Namun pernah ketika saya datang kesitu. Mereka seperti mengadakan haul besar. Yang mengharuskan
Ucap bang rizal yang mengajak kami ke tempat itu.
Kami pun menerimanya dan memulai perjalanan.
Jika melewati jalan darat tentunya akan melewati rumah kakek.
Namun sayang kini rumah kakek sengaja di hancurkan dan kebun kelapanya telah di jual untuk pengobatan kakek semasa dia sakit
Ketika aku melewatinya lagi kulihat hanyalah bagian dapur yang tidak di hancurkan namun di halaman
Di hadapan bekas rumah kakek itu terdapap tugu pahlawan. Ternyata dulu daerah ini ikut andil dalam menyelamatkan kota kuala tungkal dari tentara belanda.
Lama masuk akhirnya kami pun sampai di rumah sesepuh yang di katakan
Kulihat rumahnya seperti bangunan jaman dulu dengan jendela kayu khas orang jadul.
"assalamualaikum.. Mbahh.. Mbah nang.."
Ucap bang rizal sambil mengetok pintu.
Tak lama keluar kakek tua dengan tanjak di kepalanya.
Ehh ada nak rizal.. Ayo nak silahkan masuk"
Ucap kakek tua itu sambil melangkah naik kerumah yang diiringi bang rizal aku dan temanku.
"ehh gak usah repot-repot mbah kami gak lama kok" ucap bang rizal sambil duduk.
Lalu tak lama, mbah nang pun keluar dengan membawa rokoknya. Namun dia tidak membawa minuman apapun.
"hehe maaf mbah jadi mengeropotin. Sebenarnya saya kesini karna adik-adik ini." ucap bang rizal sambil menunjuk kami. Aku pun seolah mengerti dan langsung menyalami tangan mbah nang.
Kami hanya mengangguk.
Kemudian
"mbah akan mulai ketika daerah ini masih terhampas pasir putih nan indah dan kisahnya di mulai disini".
"jauh sebelum adanya pemukiman. Daerah ini dulu hanyalah hamparan pasir putih dengan pantai yang langsung mengarah ke laut cina selatan.
Ketika mbah nang bercerita,
"ini dek.. Di minum tehnya"
"iya bu de.. terima kasih"
Ucap bang rizal dengan senyuman segannya.
"sebelumnya mohon maaf mbah. Apa ada kaitannya tentang asal mula daerah ini dengan awal terbentuknya kota kuala tungkal?"
Mbah nang hanya tersenyum.
"semuanya pasti akan berhubungan nak.
Lalu bang rizal memandang rehan mengisyaratkan untuk meminta maaf.
"ohh begitu mbah.. Mohon maaf kalo begitu silahkan lanjutkan mbah."
"lalu setelah kota kuala tungkal lahir, kota itu menjadi pusat perdagangan dengan pelabuhan minimalis. Pedagang-pedagang kecil dulu hanyalah menggunakan perahu untuk menjajakan hasil kebunnya hingga akhirnya
Hingga waktu itu kampung melayu pun sudah tidak ada lagi di huni bahkan bisa di katakan kampung melayu itu telah hilang, Karna para penduduk hampir semuanya mengungsi. Lama setelah kampung melayu kosong para pelaut
Mbah nang kemudian memuntungkan rokoknya di asbak kemudian menyesap teh yang sedari tadi telah di tuang di dalam cangkir.
"huufftt.. Ini sebenarnya tidak harus saya ceritakan nak." ucap mbah nang waktu itu.
"loh kenapa mbah.?"
"mbah takutnya kalian para kaum muda tidak mau lagi
"enggak kok mbah.. Lanjut aja mbah.. Kami juga mengerti kok" ucap tehan yang membujuk mbah nang untuk melanjutkan ceritanya waktu itu.
Kemudian mbah nang pun melanjutkan ceritanya.
"setelah beratus-ratus tahun daerah itu kosong hingga waktu terjadi
Kampung dari daerah itu sudah tidak lagi terlihat. Yang terlihat hanyalah pohon bakau yang rimbun. Menurut pengakuan dari warga dusun *****r karna yang berdekatan di daerah ini. Bahkan pantai
Jadi waktu itu jalan darat dari kota kuala tungkal menuju jambi tidak ada. Tentunya orang menggunakan akses laut yang pasti akan melewati daerah ini.
Namun anehnya meskipun hanya beberapa kasus kerusakan mesin secara tiba-tiba
Lama berdiam sambil mengisap rokok dan menyesap teh, bang rizal kini akhirnya ikut bicara setelah mbah nang selesai bercerita tadi.
Pertanyaan itu membuat mbah nang
"ohh jadi waktu acara itu nak rizal ada.?"
Bang rizal hanya mengangguk.
"acara itu sebenarnya bukan menyembelih kambing setiap akan di gelar. Namun setiap tahunnya mengalami penurunan.
Dan pada tahun ketiga baru yang di sembelih adalah kambing. Namun setelah kambing akan kembali lagi seperti pada tahun pertama.
Alasannya kenapa begitu saya juga
Mendengar itu bang rizal seperti ingin mengatakan sesuatu.
"pasti nak rizal menanyakan kenapa setelah hewan itu di sembelih akan ada yang kesurupan satu orang?"
Ucap mbah nang yang sedikit menunjuk bang rizal waktu itu.
Bang rizal pun mengangguk dan tidak bisa lagi berkata apa-apa dengan wajah yang sedikit merah padam.
Ucap mbah nang dengan bibirnya sedikit tersenyum.
Seketika aku bergetar menatap senyumnya waktu itu kemudian menyenggol rehan yang berada di
"hehe maaf mbah udah bertanya sejauh ini."
Ucap bang rizal yang kemudian hanya di balas senyuman oleh mbah nang.
Tanpa terasa waktu hari pun sudah mulai
"baiklah mbah. Terima kasih sudah mau berbagi cerita kepada kami mohon maaf mbah bila saya atau pun
"ohh iya silahkan.. Nak rizal.. Lain waktu berkunjunglah lagi kerumah mbah." ucap mbah nang yang tersenyum tulus bahkan matanya sampai terpejam.
"hehe insyaallah ya mbah..
Kami pulang dulu. Assallamualaikum."
Kami pun melangkah keluar rumah lalu menghidupkan motor dan mulai berjalan menuju kota.
Di dalam hati aku masih terpikir apa sebenarnya yang tidak aku ketahui tentang daerah itu. Sempat terpikir untuk membuka mata batin hanya untuk melihat apa yang ada di
Mulai dari
Sebisa mungkin aku mencoba menghubungi beliau, Dan akhirnya di respon. Dan kami memutuskan bertemu di salah satu
Keesokan harinya tepatnya setelah sholat magrib beliau sudah menghubungiku, Katanya dia sudah mulai perjalanan ke kota dan aku pun mengiyakannya.
Namun kulihat tidak ada beliau disana. Aku dan rehan pun duduk di tempat paling sudut. Setelah memesan kopi, kami masih menunggu kedatangan beliau.
"ahh kamu put.. Orang gila begitu di percaya.. Hahaha"
Ledek rehan kepadaku.
"hustt mulutmu han, Mungkin dia masih di jalan, bentar lagi pasti sampe."
Ucap rehan dengan nada meledek.
Terlihat dari pintu masuk kedai, seseorang dengan kumis tipis mengenakkan belangkon jawa, ujung kain belangkonnya panjang hingga hampir sampai ke pinggangnya. Dia menghampiri kami
Rehan yang tadinya tertawa kini diam membisu. Kemudian beliau mengucap salam
"emm sebelumnya maaf nih dek udah telat. Maklum mas kesini pakek sepeda." ucap beliau yang diiri dengan duduk di kursi.
"haa mas kesini menggunakan sepeda?"
Beliau mengangguk.
"kenapa tidak bilang mas. Saya kan bisa jemput mas walaupun jauh."
Ucapku.
Namun dia hanya tersenyum tipis.
Ucapnya sambil menepuk pundak rehan.
Wajah rehan merah padam terlihat sedikit berkeringat.
Ucap rehan yang sedikit gemetar.
Kemudian beliau bangkit dari kursinya untuk memesan kopi.
"bagaimana dia bisa tau cuk"
Bisik rehan pelan kepada ku.
"kan udah aku bilang han. Beliau ini bukan sembarang orang"
Tak lama beliau kembali. Aku dan
"oh iya sebelum itu perkenalkan nama mas. Afdol.." ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"saya putra mas. Dan ini teman saya rehan" ucapku sambil menyambut uluran
"sebenarnya bukan tanpa alasan mas kesini menggunakan sepeda. Karena mas dapat gelar dari kakek mas dulu beliau menggelarkan mas dengan nama JAGAD KELANA itulah mengapa mas sebenarnya mau berjalan kaki saja karna memang sudah kebiasaan kemana-mana
Ucapnya waktu itu.
Aku hanya mengangguk meskipun aku tidak tau apa arti dari gelar nama beliau tersebut.
Kami pun bercerita cukup lama beliau banyak menceritakan tentang kasus-kasus hilangnya anak mulai dari hilang di gunung ******i sampai di sungai yang
"dulu mas pernah bertapa di daerah itu. Dulu sebelum tempat itu menjadi salah satu wisata hingga ramai seperti sekarang."
Ucapnya yang memulai percakapan tentang daerah itu.
Apa saja yang mas di lihat di tempat itu?"
Pertanyaan dariku membuatnya sedikit memandang langit-langit. Dia seperti
"dulu di daerah itu adalah sebuah kerajaan ghaib yang mana istananya berada di sekitaran laut"
"kerajaan ghaib?" ucapku yang
Beliau hanya mengangguk dan mulai melanjutkannya.
"waktu saya bertapa di situ. Saya hanya berada disekitaran pemukiman kampung. Tentang bangsa bunian itu benar adanya dan kampungnya itu di huni oleh mahkluk bunian tersebut.
Sekilas jika hanya orang biasa yang
Pasarnya mereka juga ada berada tepat di pinggiran pantai sementara istananya berada cukup
Bukankah kalian pernah mendengar dulu jika kapal disana sering terjadi hal-hal ganjil jika akan melewati peraiaran daerah itu bahkan ada yang mengatakan jika kapal yang melintas di situ bisa
Ucap beliau sambil bertanya kepada kami.
"iya mas.. Saya juga pernah mendengarnya dari almarhum kakek saya" ucapku.
Beliau mengangguk beberapa kali dan melanjutkan ceritanya lagi.
"kemungkinan mereka masuk ke alam mereka dan biasanya mahkluk bunian
Siapa raja mereka saya tidak begitu mengetahuinya karena jika ingin mengetahui siapa rajanya tentunya harus keistana untuk melihat siapa yang berada di singasana raja. Namun yang hanya saya tahu pengawal dan pasukan dari kerajaan mereka itu
Ucap beliau yang kemudian mulai menyesap kopinya.
Aku jadi teringat ketika aku pergi ke kampung kakek yang melewati akses laut yang mana ketika pulangnya kami bertemu pasukan kera yang berteriak riuh waktu dulu.
Dulu ketika saya berkunjung ke kampung kakek melewati akses laut. Kami sempat bertemu pasukan kera yang berteriak seperti mas ceritakan. Waktu itu almarhum kakek sempat mengingatkan jika bertemu hal aneh bacalah ayat 4 dan ayat kursi. Alhamdulillah mereka
Ucapku yang menjelaskan kepada mas afdol tentang kejadianku waktu itu.
"apa yang di ajarkan almarhum kakekmu itu memang benar. Ayat 4 itu antara lain surah alfatihah, al-ikhlas, al-falaq, dan an-nass.
Al fatihah adalah pembuka dari semua ibadah setiap sholat jika tidak membaca surah al fatihah bukankah tidak sah.
Lalu al ihklas ini menegaskan tentang
Al-falaq ini berarti waktu subuh, namun inti dari surah ini adalah perintah agar kita sebagai umat manusia senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT. Menghadapi segala keburukan yang tersembunyi.
Ucap mas afdol.
Aku pun mengangguk mengerti tentang penjelasan beliau.
"emm oh iya mas memangnya makhluk bunian itu seperti apa apakah wujudnya sama seperti manusia pada umumnya"?
Ketika mendengar itu, aku sedikit terkejut lalu menelan air kopi sedikit tersedak.
"apa mas.. Berjalan terbalik? Maksudnya posisi kakinya terbaik gitu?"
"ya begitulah. Dengan wajah yang setengah hancur. Kadang sering saya suruh main jauh-jauh
Ucap mas afdol sedikit tertawa kecil.
Tanyaku yang semakin penasran.
"ya gak ada sih. Palingan banyak kunti yang berterbangan dari pohon ke pohon. Gak ada takutnya lagi sih kalo udah ketemu gituan.
Dulu sempat beredar tentang salah satu acara stasiun
Katanya aura disana terlalu kuat dan juga para sesepuh desa yang berada sekitaran daerah itu tidak bertanggung jawab jika ada orang yang hilang. Karena jawaban dari sesepuh itu akhirnya tidak jadi. Dan berita itu pun
Aku hanya mengangguk dan tidak menambahkan apapun karna memang cerita tentang di batalkannya acara uji nyali itu hanya beredar dari mulut ke mulut yang mana sudah hampir semua orang
Mas afdol kembali menyesap kopinya dan memuntungkan rokok yang sedari tadi ada di tangannya.
Sebelumnya kami menyarankan agar mas afdol tidur di rumahku dulu dan pulang besok pagi. Namun beliau menolak dan mau pulang malam itu juga.
Akhirnya setelah banyaknya informasi yang saya dapatkan tentang daerah itu saya memberanikan diri untuk mengulasnya. Jujur meskipun ada sedikit keraguan ketika harus
Akhir kata.
Wasallamualaikum wr.wb 😊