My Authors
Read all threads
Sebuah pesta pernikahan akan di gelar.
Undangan sudah banyak tersebar.
Namun "siapa yang akan menikah?"

Kisah nyata sepasang suami istri yang memiliki anak seekor buaya.

@bacahorror #bacahorror #bacahoror
Tahun 2008
Waktu itu saya masih berumur 8 tahun dan ayah - ibu saya mengajak untuk pergi ke desa s****** t*** untuk pergi ke acara pernikahan.
Ketika saya melihat isi undangan tersebut tertulis.
Nurhasannah binti muhammad aini dengan H basid bin muhammad.
Bahkan tidak pernah terpikir sekalipun di benak saya waktu itu jika nur berwujud buaya dan basid berwujud ular.
Sebuah pernikahan yang menerjang logika sehat. namun yang namanya pernikahan pastilah ada pesta begitu juga dengan pernikahan ini.
Pagi itu ayah dan ibu mengenakan pakaian layaknya pergi kondangan karna masih anak-anak saya pun mau ikut dan ayah saya melarang karna tempatnya
Sangat jauh. Dulu dari kota kuala tungkal menuju desa tersebut hampir makan waktu 3 sampe 4 jam. Karna memang jalannya memutar tidak seperti sekarang yang hanya di lakukan dalam 2 jam kurang saja sudah sampai.
Karna ngotot mau ikut akhirnya ayah pun menyerah dan mengizinkan saya
Untuk ikut.
Lamanya perjalanan yang telah di tempuh, akhirnya kami pun sampai. Seperti pesta pada umumnya menggunakan tenda namun tidak ada pelaminannya.
Kemudian saya semakin penasaran
"buk.. Katanya pergi acara nikah. Kok pengantinnya gak ada"
Tanyaku kepada ibu waktu itu
Namun ibu tidak menjawab ibu seperti mencari-cari sesuatu. Dan ketika banyak orang bersalaman dengan sepasang suami istri, ibu pun mendekat dan menyalami orang tersebut kemudian bertanya
"nurhasannahnya dimana kak boleh saya melihat". Ucap ibuku kepada orang tersebut.
"ohh iya mari buk silahkan.. Pengantinnya sedang berada dikamar." ucap ibu itu kepada ibuku. Kemudian ibuku masuk dak menggandeng tanganku. Berbeda dengan ayah, ayah justru duduk di luar karna banyak temannya yang juga datang dari kota yang sama hanya untuk pergi ke acara ini.
Kemudian aku dan ibuku pun masuk. Di dalam ternyata sudah ramai orang. Kamarnya di hias seperti kamar pengantin pada umumnya bahkan lebih mewah seperti singgahsana kerajaan yang di buat tujuh tingkat tangga untuk menaiki kamarnya dan hiasannya serba kuning.
Dari sarung bantal serta tirainya semua warna kuning. Kemudian di bawah ada sebuah penghalang seperti kandang kayu. Orang yg ingin melihat tidak boleh melewati kandang kayu tersebut.
Sangat jelas kelihatan di singgasana tersebut terlihat buaya putih dengan moncong panjang
Sedang berbaring dia hanya diam ketika orang di hadapannya sangat ramai melihat dirinya
Kemudian ibuku pun mendekat kepada ibu pemilik rumah tadi
"bagaimana bisa ibuk memiliki anak seorang buaya begini buk"
Lantas pertanyaan itu langsung membuat ibu yang punya rumah terdiam
Matanya seperti menerawang mencoba mengingat apa yang terjadi pada waktu itu semua seolah telah tersusun dan hanya tinggal di utarakannya.
Para tamu yang berada di dalam rumah pun diam dan duduk seoalah ingin tahu juga tentang bagaimana asal mula buaya itu menjadi anaknya.
Dan kisahnya di mulai disini.~
Di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari perkebunan karet tepatnya di B*****L***** sumatra selatan hidup sebuah keluarga yang memiliki tiga orang anak.
Sang ayah yang bernama saini atau biasa di panggil aini dan istrinya asmah serta tiga orang anaknya dani, adi dan fendi mereka hidup seperti orang pada umumnya sang ayah bekerja sebagai penyadap getah karet dan sang ibu mengurus rumah tangga.
Pagi itu saini duduk di kursi depan rumah yang terbuat dari bambu sambil menyantap pisang goreng serta kopi di meja. Setelah memakan beberapa pisang goreng, saini pun memutuskan untuk pergi menyadap getah karet yang memang pekerjaan dia sehari-hari.
"bapak pergi kerja dulu ya buk"
Ucap saini dengan suara agak keras karena istrinya asmah sedang berada di dalam mencuci pakaian.
"iya pak.. Hati-hati." jawab asmah dari dalam rumah.
Kemudian saini pun pergi dan bekerja sebagaimana biasanya.
Mereka pun menajalani hidup sebagaimana biasanya. Rutinitas saini yang bekerja kemudian pulang pada sore hari. Bercengkrama dengan anak setelah pulang kerja seperti keluarga bahagia yang hidup sederhana pada umumnya.
Sampai saat asmah mengandung lagi. Asmah mengandung anak ke
Empat setelah fendi.
Di usia kandungannya yang 4 bulan asmah ngidam seperti ibu mengandung pada umumnya sampai ketika di waktu malam senin.
"pak... Pakk.."
"ada apa buk?. Si dedek mau apa" ucap saini sambil mengelus perut asma.
"ayam bakar pak"
"haa malam begini? Dimana mau carinya buk.?"
Kemudian asma sedikit mengkerutkan dahinya.
"potong saja ayam yang di kandang satu pak. Bapak bakarin di belakang nanti Biar ibu buatin bumbunya"
"iya iya deh kalo gitu" ucap saini sambil berdiri dan mengambil pisau tajamnya.
Setelah itu ayam sudah di sembelih, saini pun merebus air sebentar lalu mencelupkan ayam tadi dan segera mencabuti bulu ayam tersebut.
Setelah itu dia menggali lobang lecil yang di atasnya di letakkan kayu melintang seperti panggangan.
"mana bumbu bakarnya buk" teriak saini dari
Luar rumah. Kemudian tak lama dani pun menghampiri saini sambil membawa mangkuk yang berisikan bumbu bakar yang di buat asmah tadi.
"ini pak bumbunya" ucap dani sambil memberikan mangkuk itu kepada ayahnya.
"lohh kamu kok belum tidur nak?"
Ucap saini sambil mengambil mangkuk itu
"tadi udah tidur sih pak sama adik-adik. Tapi kebelet mau pipis ehh liat ibuk ngulek bumbu, Dani tanyaain katanya buat bakar ayam. Udah selesai pipis, ibuk malah manggil katanya kasih ke bapak."
"yaudah kalo gitu naik kerumah lagi lanjut tidurnya"
"nanti aja ah pak. Dani mau bantu bapak" sambil mengambil ranting ranting pohon yang bertaburan di tanah.
"besok kamu mau sekolah nanti kesiangan nak."
"enggak kok pak cuman sebentar"

Kemudian ranting tadi terkumpul banyak dan saini mulai menghidupkan api untuk memanggang ayam
Yang sedari tadi sudah di siapkannya. Tak lama ayam yang tadi pun sudah selesai di panggangnya kemudian saini pun naik kerumah sambil mengandeng dani anaknya tersebut.
Di lihatnya dani seperti menahan kantuk.
"ini buk ayam bakarnya" sambil memberikanya kepada asmah.
"Makasih ya pak"
Asma melihat dani yang lesu seperti seorang yang tengah mengatuk tersebut langsung menyuruhnya kekamar untuk segera tidur.
"gak cicipin ayam bakarnya dulu dan.?. Kasian tadi udah nemenin bapak bakarnya."
"besok pagi aja nanti ibuk tinggalin ayamnya biarkan dia
Tidur pak. Besok dia mau sekolah" dani yang mengantuk pun juga tidak ada selera mau makan. Lantas langsung merebahkan badannya di kasur yang di sebelahnya sudah ada adik-adiknya.
Lalu asmah yang sedari tadi makan ayam panggang tersebut tanpa disadari habis tanpa menyisakan sedikit pun.
"yaampunn ibuk.. Katanya mau tinggalin buat dani besok pagi" ucap saini sambil menggelengkan kepalanya.
"ya gak tau pak. Ibuk aja gak sadar bisa mengabiskan ayam itu
Sendirian" ucap asmah.
"yaudah buk.. Besok beli aja di pasar kalo dani nyariin ayam bakarnya. Sekarang ibuk tidur lagi"
" iya pak.." ucap asma sambil melangkah ke kamar yang diikuti saini.
Di malam mereka tertidur,
Saini bermimpi bertemu seseorang yang wajahnya sangat ia kenali.
Ternyata seseorang tersebut ialah sinampar kakek dari saini. Beliau sudah meninggal lamanya dan berasal dari kalimantan.
"cukk kakek boleh pinjam kamu gak.?"
Maksud di pinjam
ialah ingin di ajak kakekny tersebut ke alam lain.
Namun pada saat itu saini menolaknya.
" saya gak mau kek.. Asmah tengah mengandung. Kasian asmah dan anak saya."
Kemudian sang kakek terus aja memaksa saini Hingga paginya saini pun terbangun.
Saini tidak menceritakan tentang mimpinya tersebut kepada asmah. Karna menurutnya mungkin itu hanyalah bunga tidur disaat dia merindukan kakeknya.
Hari pun berganti hari. Mimpi saini masih saja sama seperti sebelumnya namun pada akhirnya kakek saini tersebut tidak lagi ingin
Meminjam saini.
Di dalam mimpi, kakek saini tersebut kemudian merubah permintaannya.
" jika kau tidak ingin ikut aku. Kalo begitu aku meminjam putrimu saja nanti aku akan kembalikan" ujarnya
Namun di dalam mimpi itu saini hanya mengangguk karna dia sadar jika dia tidak mempunyai
Seorang anak perempuan.
Tanpa di sadarinya jika anak yang di kandung asmah bisa jadi seorang perempuan.
Setelah mimpi itu.. Saini masih saja tidak menceritakannya kepada asmah. Hingga suatu ketika dimana umur kandungan asmah sudah menginjak 9 bulan namun tanda - tanda asmah
Yang ingin melahirkan belum juga muncul. Sampai suatu ketika di malam harinya kali ini asmah yang bermimpi.
Dimimpi, asmah seperti berjalan di pinggiran sungai. Lalu dia bertemu dengan seseorang dan orang itu mengatakan.
"kamu akan melahirkan anak kembar namun kamu harus
Mengiklaskan salah satunya"
Sontakk membuat asmah kaget dan tiba-tiba seseorang yang mengatakan tadi hilang dan asmah tidak sempat melihat wajahnya karna posisinya yang membelakangi asmah.
Seketika asmah pun terbangun dan langsung menangis.
"lohh lohh.. Kenapa buk. Kenapa menangis.?" ucap saini mencoba menenangkan istrinya itu.
"ini loh pak.. Ibuk mimpi katanya kita harus mengiklaskan salah satu anak kita." ucap asmah sambil senggugukan menangis.
Saini pun mencoba berfikir dan mulai mengingat mimpinya lima
Bulan yang lalu.
"katanya anak yang di kandungan ini akan kembar pak." tambah asmah.
" jangan langsung percaya buk.. Percayakan semua sama yang di atas. Besok kita akan ke rumah nyi lastri untuk cek kandungan"
Asmah hanya mengangguk dan mulai mengusap airmatanya.
"sudah ya jangan di pikirkan lagi. Ibuk lanjut lagi tidurnya."
Tambah saini dan kemudian asmah pun kembali tidur.
Pagi harinya. Saini tidak brangkat bekerja untuk menyadap karet. Dia dirumah karena takut sewaktu waktu istrinya akan melahirkan.
Mereka pun pergi kerumah nyi lastti untuk memeriksa kandungan yang sudah cukup lumayan besar bahkan seharusnya sudah waktunya melahirkan.
Karna dulu untuk cek kandungan itu susah jika harus ke puskesmas karena tidak mempunyai alatnya jadi mereka pergi ke tempat nyi lastri karena salah satu dukun beranak di daerah itu. Setelah namanya nyi lastri mengurut asmah akhirnya selesai.
"yaa. Memang benar.. Anak ibuk memang kembar." ucap nyi lastri
" alhamdulillah.. Gimana kondisinya nyi? Ucap saini yang bertanya kepada nyi lastri.
"Sehat sehat aja kok Nginap aja malam ini. Siapa tau nanti pas mau melahirnya saya tidak perlu datanf jauh jauh begitu juga dengan
Ibuk" ujar nyi lastri yang sudah terbiasa dengan orang yang sudah 9 bulan mengandung.
Saini pun mengiyakan usul nyi lastri tersebut.
"kalo begitu saya pulang dulu mengambil keperluan istri saya saat jika terdesak ingin melahirkan"
Ucap saini.
Kemudian siang itu saini pun pulang
Kerumah mengambil perlengkapan asmah seperti baju dan kain-kain lainnya. Lalu mengajak anak-anaknya ikut sekalian dan rumah di biarkan kosong untuk malam nanti.
Hingga mereka pun menginap di rumah nyi lastri.

Setelah satu minggu lamanya tidak juga asmah melahirkan.
Bahkan nyi lastri termasuk heran. Apa karena yang di kandungan asmah itu anak kembar makanya belum juga melahirkan meskipun sudah sembilan bulan.
Hingga akhirnya merekapun pulang lagi kerumah karena asmah tidak juga melahirkan dan saini merasa masih ada kaitannya dengan mimpi
Yang mereka alami.
Sampai pada akhirnya usia kandungan asmah pun menginjak sebelas bulan yaitu tepatnya pada awal juni 1991.
Lalu enam hari setelahnya asmah bermimpi jika dia melahirkan seorang perempuan dalam keadaan banjir. Sontak ketika dia terbangun betapa terkejutnya dia.
Karna dia mengalami pendarahan dan langsung berteriak.
"aaaa bapakkkk tolongg ibukk"

Saini yang tidur di sebelah asmah langsung terbangun dan di lihatnya asmah sudah mengeluarkan darah dan langsung keluar rumah menjemput nyi lastri.
Sesampainya di rumah nyi lastri saini pun langsung mengetuk pintu rumah nyi lastri.
"nyii.. Nyi lastri.. Buka pintunya.."

Kemudian tak lama nyi lastri keluar.
"ada apa pak saini malam malam begini gedor rumahku" ucap nyi lastri yang masih dalam keadaan ngantuk.
"istriku nyi.. Istriku mau melahirkan.."
Kemudian nyi lastri langsung tercekat dan masuk kedalam dan langsung mempersiapkam diri menggunakan krudung seadainya dan langsung bergegas kerumah saini.
Di kamar asmah yang sedari tadi tidak bisa melakukan apa apa hanya terbaring di
Kamar. Sampai ahkirnya nyi lastri datang. Di lihatnya asmah dan mengintruksikan asmah untuk segera tarik nafas lalu dorong. Beberapa kali asmah melakukan tidak seorang bayi pun keluar dan perutnya masih membesar. Hingga akhirnya, nyi lastri pun hanya membersihkan darah dari asmah
Dan memutuskan untuk tinggal dirumah asmah karna asmah yang sewaktu waktu bisa saja melahirkan.
Kejadian asmah sewaktu pendarahan itu pun selalu di ingat saini. Dia menulis tanggalnya untuk selalu mengingatnya. Karna dia yakin pasti ada kaitannya kenapa bisa sampai 11 bulan sang istri mengandung.
3 hari setelahnya yaitu tanggal 9 juni 1991 malam hari, asmah kembali merasakan sakit di perutnya.
"aduuhhh sakitt.. Pakkkk." teriak asmah dari dalam kamar.
Ketika itu saini dan keluarga sedang duduk di ruang tamu.
Mendengar jeritan dari asmah saini pun langsung menghampiri kamar
Ternyata nyi lastri sudah lebih dulu datang dan langsung membantu asmah.
"pelan-pelan buk.. Tarik napass.. Laluu doronggg" ucap nyi lastri.
Asmah pun mengikuti dan akhirnya anaknya pun lahir. Setelah itu nyi lastri menunggu apakah masih ada anak yang akan lahir lagi.
Di lihatnya asmah sudah tidak merasakan sakit lagi. Dan perutnya juga sudah tidak membesar. Kemudian nyi lastri membersihkan bayi itu lalu kembali lagi ke dalam kamar.
"anaknya laki-laki buk."
Asmah mengucap syukur begitu pula dengan saini.
"katanya anak saya kembar nyi?.
Kenapa
Sakit di perut saya sudah berhenti?"
Ucap asmah yang merasa sedikit khawatir karna memang nyi lastri juga pernah mengatakan jika dia akan memiliki anak kembar. Dia hanya takut apa yang di mimpikannya itu benar adanya.
Kemudian nyi lastri memberikan bayi itu kepada saini dan
Mengecek kandungan asmah dengan diurutnya sedikit.
"tidak ada anak lagi di dalam kandungan ibuk. Mungkin belum rezeki ibuk untuk dititipkan anak kembar" ucap nyi lastri.
Kemudian raut wajah asmah sedikit bersedih namun dia tahan karna baginya meskinpun yang lahir hanya satu
Namun dia tetap bahagia. Saini pun mendekat kepada asmah.
"tak apa buk. Yang penting anak kita lahir dalam keadaan selamat dan ibuk juga selamat." hibur saini kepada asmah.
Asmah pun kembali tersenyum dan anak itu di beri nama roni oleh saini.
Setelah kelahiran anaknya itu. Kemudian saini memutuskan untuk pindah, dan menuju desa G***** yang berdekatan dengan sungai. Bahkan pekarangan dari rumahnya tersebut besebrangan dengan sungai.
Karna tinggal di dekatan sungai, saini pun merubah fropesi dulu dia menyadap karet
Kini dia menangkap ikan dengan cara menjaring karna mengikut kebiasaan warga yang tinggal di sekitan sungai ini.
Lama kejadian sewaktu asmah melahirkan itu itu, asmah sering kali bermimpi mendengar suara yang mengaku sebagai anaknya.
Awalnya asmah tidak bisa melihat siapa sosok itu karna yang dia lihat hanya gelap.
"ibu.. Ibu.. Aku ini anakmu."
Begitu terngiang di telinganya. Namun asmah hanya mendengarkan dan tidak menjawab satu patah katapun.
Pagi harinya asmah tidak menceritakan itu kepada saini. Dia hanya berpikir jika itu hanyalah mimpi tidur biasa.
Namun siapa sangka, mimpi itu berkaitan dengan kejadian yang asmah alami dulu.
Anehnya, asmah hanya mengalami mimpi itu ketika malam senin dan malam jumat.
Karena sudah terlalu sering di mimpikan oleh sosok yang mengaku anaknya itu.
Di malam jumat setelah satu bulan kejadian. Ketika di mimpi asmah pun mencoba ingin berbicara dengan suara yang sosok tidak bisa dia lihatnya itu.
Ketika suara yang memanggil asmah dengan sebutan ibu
Terdengar, asmah pun menjawabnya.
"siapa kau.. Kenapa memanggilku ibu tunjukan ragamu di hadapanku"

"Aku anakmu bu.. Kakek memberiku nama nurhasannah. Ibu melahirkanku sewaktu mengalami pendarahan tempo lalu"

Asmah pun terkejut mendengar apa yang dikatakan sosok itu.
"kenapa.. Kenapa kau tidak pulang nak.." ucap asmah sambil menangis pelan.

"ibu jangan khawatirkan aku. Nanti ketika aku pulang, aku akan dtang lagi mencari ibu"
Dan seketika suara itu lenyap dalam waktu lama.

"nakk.. Nakk..."
Teriak asmah memanggil lalu kemudian dia terbagun.
Asmah pun menagis
"ada apa buk.. Mimpi aneh ya?"
Tanya saini kepada asmah yang melihat asmah terbangun dalam keadaan menangis.

"anak kita pak.. Diaa. Diaa masih hidup." ucap asmah sambil menangis senggugukan.

"masih hidup.? Maksud ibuk siapa?"

"nurhasannah pak"
Saini semakin bingung. Karna dia tidak memiliki anak perempuan apa lagi yang bernama nurhasannah.

"istigfar buk.. Ingat.. Kita tidak punya anak yang bernama nurhasannah." ucap saini.

"ada pak.. Katanya yang menamainya nurhasannah adalah kakek."
Saini terkejut mendengarnya
Ternyata mimpinya sewaktu dulu bertemu kakeknya itu ada kaitannya tentang yang di alami asmah.
"terus katanya dia lahir sewaktu ibuk pendarahan sebelum roni di lahirkan." tambah asmah

Saini pun mencoba menenangkan asmah.
"udah buk.. Serahkan semua kepada yang di atas. Jangan
Langsung percaya buk". Ucap saini lalu kemudian asmah pun berhenti menangis.
Cukup lama hening dan saini terlihat melamun.
"ada apa pak. Apa ada yang bapak pikirkan" ujar asmah yang melihat saini begitu bingung dengan lamunannya.
"gak ada apa-apa kok buk.. Bapak cuman teringat sewaktu kakek datang ke mimpi bapak" ucap saini. Mendengar itu asmah pun memandang saini dengan harap saini akan melanjutkan kisahnya.
"kakek sinampar pernah mengatakan jika dia ingin meminjam bapak untuk ikut bersamanya.
Namun bapak menolak untuk ikut. Sampai pada akhirnya kakek bilang mau meminjam putri kita. Dan bapak hanya mengangguk karena bapak pikir kita tidak punya anak perempuan. Dan setelah itu dia mengatakan jika suatu saat akan dia kembalikan" ucap saini mengakhiri kisahnya.
Mendengar itu asmah hanya bisa pasrah dan berserah tentang bagaimana dan apa yang sudah terjadi pada anak yang seharusnya dia lahirkan ke dunia itu justru tidak ada didalam keluarganya.
"6 juni 1991. Bapak sudah mengingat tanggal dimana waktu itu ibuk mengalami pendarahan.
Dan tanggal itu adalah tanggal kelahiran dari nurhasannah putri kita."
Asmah hanya mengangguk meskipun di hatinya dia merasa kecewa jika dia tidak memilik anak perempuan dan ketika sudah hampir memiliki malah kejadian seperti ini.
Waktu pun berlalu Begitu cepat.
Asmah dan saini menjalani hidup sebagaimana biasanya semenjak dari mimpi itu, asmah sudah tidak lagi bermimpi bertemu dengan suara yang mengaku anaknya itu hampir sudah 9 tahun lamanya.
Ketika di tahun 2000 tepatnya pada bulan awal januari
Di malam senin,
Saini pun bermimpi. Dia bermimpi bertemu dengan kakeknya namun dilihatnya waktu itu, sang kakek sedang mengendong seekor anak buaya.
"saini.. Sesuai janjiku. Akan aku kembalikan anakmu. Tapi aku kembalikan dalam wujud seperti ini (sambil menyodorkan anak buaya
Yang di gendongnya) apakah kau menerimanya?"
Saini yang melihat itu hanya bisa diam dan tidak bisa berkata-kata kemudian saini menerima dan mengendong buaya tersebut. Buaya tersebut nampak tidak ganas atau pun liar justru ketika di gendong saini dia menjadi diam.
Ketika ingin bertanya perihal anaknua itu, tiba-tiba sang kakek menghilang dan meninggalkan kebingungan terhadap saini. Sampai akhirnya saini pun terbangun. Di lihatnya jam sudah pukul 5 subuh ketika menoleh ke samping asmah sudah tidak ada di di sebelahnya.
Ternyata asmah mempersiapkan makanan di dapur untuk bekal saini pergi melaut menangkap ikan.
Saini pun beranjak dari tempat tidurnya mencuci muka dan mulai sholat subuh meskipun telat.
Setelah itu dia ke dapur untuk mengambil perbekalan sekalian sarapan.
Saini tidak mau menceritakan perihal mimpinya. Karna dia melihat asmah begitu ceria pagi ini dan dia tidak ingin merusak senyum asmah jika dia harus menceritakan tentang mimpinya tersebut.
Ketika sudah sudah sarapan saini pun pamit.
"bapak pergi melaut dulu buk" ucap saini
Sambil menyodorkan tangan kanannya dan kemudian di sambut asmah yang langsung mencium tangan saini.
"hati-hati ya pak" ucap asmah kepada saini.
Kemudian saini pun melangkah keluar dan mulai menuju sungai yang berada di seberang pekarangan rumahnya tersebut.
Hari itu. Asmah yang biasanya mengerjakan hal hal yang biasa di kerjakan oleh ibu rumah tangga pada umumnya di buat heran.
Karna dari pagi hingga siang hari terlihat seseorang mondar-mandir melewati rumahnya. Seperti ingin mencari sesuatu namun tidak mau mendekat.
Karna asmah merasa takut dia pun menutup pintu. Dan hanya mengintai dari balik jendela. Dia tidak berani membukakkan pintu sampai saini pulang.
Hingga pada siang hari tepatnya pukul jam 2 siang, Saini pun pulang hari ini saini lebih cepat pulang dari biasanya. Karna hasil tangkapannya hari ni melimpah sehingga perahu yang digunakannya untuk menjaring telah penuh dengan ikan. Dia pun pulang dengan membawa
Beberapa ikan untuk di makan sendiri karna sebelum itu dia sudah menjual ikannya ke pasar sebelum sampai kerumah.
"assalamualikum.. Bapak pulang.."
Ucap saini sambil mengetuk pintu.
"walaikumsallam" ucap asmah dari dalam sambil menuju pintu lalu membukanya.
"tumben bapak pulang cepat hari ini" Tanya asmah kepada saini.
"alhamdulillah buk. Hari ini hasil tangkapan bapak lumayan banyak. Nih uang hasil dari menjual ikan tadi" sambil menyodorkan uang dari sakunya
Kemudian asmah pun mengambil uang itu dan menyimpannya.
Saini pun duduk di depan teras rumahnya. Asmah masuk dan membuatkan kopi untuk saini.
Ketika saini duduk di depan, orang yang tadi mondar-mandir di rumahnya itu lewat lagi saini pun memperhatikan orang tersebut kemudian tak lama orang itu bergegas pergi.
"ada apa dengan orang
Itu" gumam saini di dalam hati.
Tak lama asmah pun keluar dengan membawa secangkir kopi.
"ini pak di minum dulu" ucap asmah sambil menaruh kopi di lantai tepat di depan saini.
"terima kasih ya buk. Ohh iya tadi itu siapa ya buk. Lewat depan rumah kita. Ketika bapak pandang
Dia bergegas pergi." tanya saini kepada asmah.
"ibuk juga gak tau pak. Justru orang itu dari pagi mondar-mandir melewati rumah kita. Seperti ada yang dia cari namun tidak berani mendekat." ucap asmah sedikit mengadu kepada saini.
"semoga saja bukan niat buruk terhadap kita buk".
Ucap saini menenangkan asmah dari rasa takutnya.
Tak lama saini duduk di depan teras, orang yang tadi itu pun datang menghampiri rumah saini namun tidak sendiri. Dia berdua dengan seseorang yang di lihat dari pakaian seperti orang pintar di lihat batu cincin di tangannya.
"assalamualaikumm" ucap orang tersebut sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan saini.
"waalaikumsallam" ujar saini sambil menyambut tangan oran tersebut kemudian diikuti orang satunya lagi.
"sebelumnya saya minta maaf jika membuat bapak ataupun istri bapak merasa
Terganggu dengan anak murid saya ini" sambil menepuk pundak orang yang satu lagi yang dia katakan sebagai muridnya itu.
"sebenarnya saya lah yang menyuruhnya untuk melihat apakah bapak ada di rumah atau tidak namun dia malu untuk bertanya secara langsung" ujar orang tersebut.
"ohh begitu.. Lalu nama bapak siapa? Dan ada tujuan apa ingin menemui saya." ucap saini kepada orang tersebut.

"perkenalkan nama saya sattar dan ini anak murid saya udin. Sebenarnya kedatangan saya kesini hanya ingin menyampaikan pesan" ucap orang tersebut yang membuat
Saini penasaran.
"pesan dari siapa.? Dan maksud tujuannya apa?"

Kemudian sattar pun duduk lalu menghidupkan rokonya kemudian menghisap panjang rokok itu lalu di hembuskannya.
Sebelum sattar berbicara, tiba tiba asmah keluar dari rumah dan melihat udin dengan tatapan sinis.

"dia orangnya pak yang mondar-mandir sambil mengawasi rumah kita" ucap saini sambil menunjuk udin.
"ibuk jangan salah paham dulu. Mereka tidak berniat jahat kok" ucap saini.
"maafkan anak murid saya buk. Biarkan saya menjelaskan satulah sebentar. Udin minta maaf dulu sama ibuk asmah" ujar sattar sambil menyuruh anak muridnya itu.
Udin pun berdiri kemudian meminta maaf kepada asmah dan saini sekaligus.

"buk buatkan minum untuk tamu kita ini" perintah
Saini kepada asmah. Kemudian asmah pun masuk membuatkan kopi 2 cangkir kemudian keluar lagi dan meletakkan nya di hadapan mereka masing-masing.

"diminum dulu kopinya"
"iya pak terima kasih"
Ucap sattar.
Asmah pun ikut duduk di sebelah saini sambil berbincang tentang asal sattar
Yang mana sattar ini berasal dari pulau kalimantan. Dan salah satu pendiri padepokan silat di kota j**** setelah menempa ilmu dari tanah kelahirannya.
Beliau memiliki batu semacam penghubung dengan dunia ghaib yang dia dapat sewaktu bertapa untuk menyempurnakan ilmunya.
Setelah lama berbincang kemudian saini pun kembali menanyakan perihal pesan yang ingin di sampaikan sattar tersebut.
"ohh iya pak kata bapak tadi mau menyampaikan pesan. Pesan dari siapa ya?"

Sattar pun menyesap kopi lalu terdiam sejenak.
"saya mendapatkan pesan dari seseorang dari alam gaib melalui batu ini. namun saya tidak tau namanya namun saya begitu mengingat wajahnya" ucap sattar sambil menunjukan cicin yang di gunakannya.
Karna batu yang dia dapat sewaktu bertapa tersebut telah di buat menjadi cincin
Oleh sattar.
"bisa ambilkan saya kertas dan pensil?" ucap sattar kepada asmah.
Asmah pun mengangguk dan langsung masuk kedalam. Lalu asmah keluar membawa barang yang di minta oleh sattar itu.
Sattar pun mengambil dan memberikannya kepada udin.
Kemudian dia berdiri lalu
Seperti membaca mantra dan menepukkannya ke udin.
Sepontan udin pun langsung kesurupan dan mulai mencoret coret kertas tadi. Tampak seperti acak namun sangat jelas. Setelah gambar sudah mulai selesai, sattar memegang kepala udin dan langsung mengeluarkan sosok yang
Merasuki udin tersebut. Kertas yang penuh coretan tadi seperti mengambarkan seseorang dan tampak jelas.
"ini.. Apakah bapak mengenalinya?"
Ucap sattar sambil menunjukannya kepada saini.
Saini pun terkejut melihatnya. Karna gambar itu mirip sekali dengan kakeknya sinampar.
"ini.. Kakek saya pak. Memang malam tadi beliau dtang ke mimpi saya dan memberikan sesuatu."
Ucap saini kepada sattar.
"mungkin mimpi bapak ada kaitannya dengan pesan yang di sampaikan dengan saya ini.
Beliau mengatakan jika saya harus mencari seseorang yang tinggal beseberangan
Dengan sungai ini" ucap sattar sambil menunjuk sungai yang berada di seberang pekarangan rumahnya itu.
"lalu beliau mengatakan jika dia ingin mengembalikan apa yang dulu pernah di pinjamnya. Dan saya melihat beliau mengendong seekor buaya putih dengan moncongnya yang panjang."
Ucap sattar kepada saini.
Kemudian saini teringat dengan mimpinya dimana sang kakek memberikannya seekor buaya.
"beliau pernah datang kemimpi saya pak. Sebelumnya beliau ingin membawa saya dan saya menolaknya. Lalu tak lama beliau mengatakkan jika saya tidak mau ikut maka dia
Akan meminjam anak perempuan saya. Karna sadar saya tidak memiliki anak perempuan saya hanya mengiyakan perkataanya." ucap saini sambil menceritakan temtang mimpinya 10 tahun silam. Hingga saini menceritakan tentang kandungan asmah yang aneh karena mengandung selama 11 bulan
Serta malam pendarahan asmah sebelum melahirkan anaknya roni.
Kemudian sattar kembali menghidupkan rokoknya dan mulai menyesap kopinya lalu mengatakan
"sepertinya buaya putih itu adalah anak bapak yang telah di pinjamnya"

"bagaimana bisa pak.? Kenapa berwujud buaya" ujar saini
Yang sedikit terkejut.
Asmah yang mendengarkan apa yang dikatakan sattar tadi hanya bisa terdiam namun setelah itu dia pun mulai berbicara.
"jika memang itu anak kami. Saya harap dia bisa datang ke pekarangan rumah ini. Saya akan tetap menerimanya" ujar asmah kepada sattar.
Saini yang mendengar itu pun tidak bisa membantah karna jika asmah menerima dia pun harus juga menerima walau pun dia tau bakal jadi omongan para tetangga. Karna tidak mungkin rasanya seorang manusia bisa memilik anak seekor buaya.
"baiklah buk. Nanti malam saya akan menyampaikan
Pesan ini semoga saja dia bisa datang." ucap sattar dan langsung memuntungkan rokoknya ke asbak.
Setelah itu sattar pun pamit untuk pulang karna mengingat hari yang sudah mulai petang.
Sebelum pergi sattar menyampaikan pesan kepada saini "besok bapak saya sarankan tidak usah
Melaut dulu. Bisa saja buaya itu datang yang disebut sebagai wujud anak bapak itu."
"baiklah pak. Terima kasih sudah menyampaikan pesan ini. Ucap saini kemudian sattar pun pamit dan mengucapkan salam.
Tak lama setelah sattar pergi saini pun melamun dan di sadarkan oleh asmah.
"kenapa pak.. Jangan di pikirkan.. Kita terima saja jika itu anak kita"
Ucap asmah sambil menepuk pundak saini.
"bapaknya hanya terpikir tentang bagaimana tanggapan tetangga jika kita menjadikan buaya
Itu sebagai anak kita."
Ucap saini yang tampak sedikit murung.
"semoga ada hikmahnya pak. Kita terima saja takdir ini" ucap asmah sambil meyakinkan saini sambil tersenyum. Lalu saini memandang asmah dan membalas senyumnya.
Petang pun berganti malam.
Tidak ada yang aneh di malam yang saini lewati begitu pula dengan asmah.
Hingga pagi hari mereka menjalankan rutinitas seperti biasa. Namun kali ini saini tidak pergi melaut. Dia membantu pekerjaan asmah untuk meringankan beban asmah sedikit.
Sesekali saini mengitari sungai melihat-lihat apakah buaya yang di katakan sattar kemarin akan datang. Hingga siang hari, dia tidak juga menemukan apa-apa. Dia pun memutuskan pulang kerumah untuk makan siang. Sesampainya di rumah saini langsung menuju dapur. Di lantai beralaskan
Tikar anyaman, sudah terletak lauk dan nasi yang siap untuk segera di santap.
"gimana pak. Ada nemu?"
"gak ada buk. Bapak udah telusuri sungai namun tidak menemukan buaya. Sungai itu kan memang tidak di huni buaya selama bapak mencari ikan juga gak pernah ketemu"
Ucap saini yang mulai tidak percaya kepada pesan sattar semalam.

"yaudah kalo gitu pak. Makan dulu"

Asmah pun mengambil piring dan memberikannya kepada saini juga anak-anaknya.(jadi cerita ini hanya fokus kepada sainj dan asmah maaf jika anaknya jarang timbul)
Setelah makan saini pun beristirahat sementara asmah duduk di teras rumah.
Lalu pada pukul 3 sore asmah seperti melihat ada sesuatu yang mendekat ke arah pekarangan rumahnya.
Dia berjalan pelan dengan langkah kecilnya.
Asmah tidak memperhatikan dengan jelas dia hanya melihat
Rerumputan di pekarangan itu bergerak.
Kemudian dia pun mulai mendekat, di lihatnya seekor buaya putih dengan moncong panjang sejenis buaya muara.
"pakkkk cepatt kesinii... Dia datangggg" teriak asmah sambil memperhatikan buaya itu.
Saini yang mendengar itu pun tercekat dari
Tidurnya dan langsung bergegas keluar.
"mana buk"
"itu pak.. Nurhasannah sudah datang" ucap asmah terdengar seperti haru namun tidak menangis.
Melihat buaya itu awalnya saini takut untuk memegangnya. Setelah dia coba ternyata buaya itu jinak dan tidak agresif ketika di pegang.
"cepat gendong pak. Bawa ke rumah"
"tunggu dulu buk.. Nanti kalo bapak di gigit gimana" ujar saini yang sedikit merasa takut.
Namun siapa sangka naluri seorang ibu kuat dan dia yakin tidak akan apa-apa dan seorang anak tidak akan menyakiti ibunya.
Kemudian asmah pun segera
Mengendong buaya itu tanpa menghiraukan rasa takut saini lalu masuk kedalam rumah dan diikuti saini yang merasa sedikit malu.
"kita letakkan dimana dulu pak"
"letak di baskom besar aja dulu buk. Besok bapak akan buatkan kamar khusus untuk nurhasannah" ucap saini.
Kemudian di letakkanlah buaya itu di dalam baskom.
Keesokan harinya, saini pun membuatkan kamar khusus untuk putrinya yang seekor buaya itu. Kamarnya hanyalah ranjang yang agak rendah dan terdapat bak mandi yang di buatnya dari keramik untuk mandi buaya itu lalu setiap sisi kamar
Di buatkannya kandang seperti penghalang. Sudah satu minggu saini dan asmah memelihara buaya itu. Namun pada awalnya mereka kesulitan memberi makan buaya itu karna pada umumnya buaya akan makan ayam mentah ataupun sejenis daging lainnya Namun tidak dengan putrinya ini.
Berulang kali asmah meletakkan daging ayam mentah di sebelah buaya itu namun tidak juga di makan olehnya.
"gimana ini pak.. Belum di makan juga dari pertama kita ketemu sampe sekarang nur tidak makan sedikitpun" ucap asmah yang sedikit khwatir.
"ya gak tau buk. Coba ibuk ingat-
Ingat. Sewaktu mengandung kemarin suka makan apa?"

Kemudian asmah pun teringat dia pernah ngidam mau ayam bakar sewaktu malam senin.
Bahkan setiap malam senin dan malam jumat, asmah selalu menyuruh saini untuk membeli ayam bakar.
"ohh iya pak.. Dulu ibuk kan pernah minta bakarkan ayam sewaktu mengandung karena sudah larut malam untuk membeli kepasar." ucap asmah mengingat kejadian dulu.
"hmm iya buk. Ibuk juga sering minta belikan ayam bakar ketika bapak kepasar".
"kalo begitu coba kasih ayam bakar aja
Pak. Siapa tau nur mau makan"
"iya buk bapak ke pasar dulu"
Ucap saini sambil menggunakan baju nya dan pergi keluar.

Tak lama saini pun pulang dari pasar dan membawa ayam bakar. Ayam tadi kembali dia letakkan di hadapan nurhasannah. Namun tidak juga di makannya.
"tunggu sampai besok aja pak. Malam ini kan malam senin. Siapa tau dia makannya mengikut ibuk sewaktu ngidam dulu" ucap asmah kepada saini.
Saini hanya membalas dengan mengangguk sambil memperhatikan nurhasannah.
Hingga malam pun tiba, benar saja. Ayam yang di beli saini tadi perlahan di lahap nur. Asmah yang sedari tadi memperhatikan nur pun tersenyum melihat anaknya makan. Meskipun dalam keadaan tubuh buaya asmah tetap menyayangi anaknya tersebut.
Pagi harinya seperti biasa saini pun kembali pergi melaut.
Sementara asmah di rumah mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ketika cahaya matahari mulai terang, asmah pun berfikir jika nur mau berjemur karena buaya memang indetik dengan berjemur di matahari.
"kamu pasti mau berjemur kan.. Ini ibuk bukain jendelanya biar sinar matahari bisa masuk" ucap asmah sendiri yakin jika nur mengerti ucapannya. Kemudian dibukakannya jendela dari kamar nur tersebut hingga sinarnya mengenai nur. Namun nur justru menjauh dari sinar itu mendekat
Ketempat yang lebih teduh.
"lahh kenapa nak.. Tak mau berjemur?"
Pertanyaan asmah hanya di balas oleh nur dengan mengetuk ngetukan moncongnya ke bak mandi yang biasa nur gunakan.
"yaudah kalo gitu ibuk tutup lagi jendelanya"
Ucap asmah memberikan perhatian kepada nur.
Hari ke hari, minggu ke minggu. Kabar tentang saini dan asmah memelihara buaya pun tersebar di desa. Ada sebagian orang menganggap itu tidak wajar. Dan aja juga yang menganggap jika itu berlebihan. Hingga para warga yang penasaran pun mulai mendatangi rumah asmah dan saini
Untuk menanyakan perihal tersebut.
Saini mau pun asmah menceritakan menurut mimpi mereka masing-masing. Ada orang sebagian percaya namun ada sebagian menghina bahkan mengejek mereka. Namun asmah yakin jika semua ini akan ada hikmahnya.
Tahun demi tahun mereka lewati
Asmah sering di datangi nurhasannah didalam mimpi.
Mimpinya hanyalah mimpi biasa tentang pengaduan seorang anak kepada sang ibu.
Di dalam mimpi asmah seperti benar benar memiliki seorang anak perempuan pada umumnya meskin pun di dunia nyata raganya berbentuk buaya.
Semenjak para warga datang, ternyata berita itu sangat cepat beredar dari mulut ke mulut.
Hingga banyak orang yang datang bahkan dari luar desa hanya karna penasaran dan ingin memastikan benar atau tidaknya. Meskipun awalnya saini dan asmah sedikit kaku menjelaskannya
Karena terlalu sering akhirnya dia mulai terbiasa tentang pertanyaan bagaimana dia bisa memiliki seekor anak buaya. Tahun ke tahun mereka hadapi dengan banyaknya tamu yang datang. Bahkan sampai ada yang meminta air mandi bekas buaya tersebut dengan macam-macam keyakinan.
Lama waktu berlalu.
sehingga pada tahun 2007 hari kamis di waktu magrib sehabis magrib. Seorang wanita kesurupan saat para warga sedang berada di rumah asmah yang seperti biasa ingin tahu tentang nurhasannah.
Wanita yang kesurupan ini tak lain ialah orang kampung mereka dan
Bukan dari pendatang dari luar desa.
Assalamulaikum pak.. Buk.."
Wanita yang kesurupan ini langsung menyalami tangan saini dan asmah. Dan ternyata yang merasukinya adalah nurhasannah.
"walaikum salam" serentak ucap saini dan asmah pada waktu itu.

Wanita yang kesurupan itu tanpak duduk dengan melipat kakinya dengan mata terpejam.

"sekarang umur saya sudah 16 tahun pak.. Buk..
Saya ingin menikah. Apakah bapak dak ibuk merestuinya?" ucap nurhasannah yang
Berbicara melalui perempuan yang kesurupan itu.

"menikah?.. Sama siapa nak?" ucap saini.

"dengan H Basid. Dia adalah temanku sedari kecil. wujudnya adalah seekor ular pak dan dia berasal dari kalimatan sama seperti kakek."

Mendengar itu, saini dan asmah sedikit terkejut.
Yang pertama saini pikirkan adalah bagaimana dia akan menterjemahkan pernikahan itu di dunia nyata karna tidak mungkin rasanya orang akan percaya apa lagi datang. Yang ada nanti disangka malah dia orang gila.
Tak lama setelah mengatakan itu, wanita yang di rasuki nurhasannah suaranya berubah seperti suara laki-laki yang terdengar sedikit berat.
"saya basid bin muhammad.
Apa yang di katakan putri bapak itu memang benar. Saya akan menikah anak bapak. Berapa uang mahar untuk putri
Bapak?" ucap basid yang berbicara melalui wanita yang kesurupan tadi.

Sejenak saini berfikir kemudian.
"saya minta 10 juta gimana buk cukup kan?" tanya saini kepada asmah. Asmah pun hanya mengangguk.

"baiklah kalo begitu pak..buk.. Saya menyanggupinya. Namun tentunya uang
Itu tidak bisa saya kirimkan secara langsung dengan cara menerbangkan uang-uang itu. Takutnya nanti bapak di kira pesugihan. Uang itu akan saya kirim melalui pendapatan bapak setiap bekerja."
Ucap basid. saini hanya mengangguk seolah dia paham apa yang di maksud dari basid.
"sebelum saya pergi. Saya mau mengajukan syarat. Boleh pak?"

Sainu pun merasa bingung. Kemudian menanyakan maksud dari syarat yang ingin di ajukan oleh calon menantunya itu.
"apa syaratnya nak?"

"tolong persiapkan kamar pengantin kami layaknya kamar pengantin manusia.
Lalu dalam kamar pengantin harus,di buat seperti singgasana kerajaan yang di buat dengan tujuh tingkat tangga dan buatlah hiasannya serba kuning." ucap dari basid.

Saini pun merasa janggal dengan syarat yang di ajukan menantunya itu.
Karna takut terjadi apa-apa saini pun menyanggupi syarat dari basid tersebut.
"baiklah nak akan saya atur sebaik mungkin seperti permintaan kamu"
Ucap saini yang kemudian basid pamit lalu wanita yang kesurupan tadi langsung tersadar.
"ambilkan air putih buk." perintah saini
Kepada asmah. Asmah pun langsung menuju dapur lalu kembali dengan membawa segelas air putih dan di berikan kepada wanita itu.
"diminum dulu buk."
"iya tterima kasih" ucap wanita itu yang masih memulihkan kesadarannya.
"mohon maaf ya buk. Tadi raga ibuk di pinjam sebentar sama
Anak saya. Apa tubuh ibuk ada yang sakit"? Tanya asmah kepada wanita itu.
Lalu wanita itu temenung sebentar.
"gak papa kok buk cuman kepala saya saja sedikit pusing" ucap wanita tadi.
Asmah dan saini meminta maaf sekali lagi karena merasa tidak enak dengan wanita itu.
Waktu pun berlalu, rencana pernikahan nurhasannah anaknya saini yang berwujud buaya itu pun tersebar Hampir satu provinsi.
Tak banyak yang menentang karna memang secara logika ini sangat tidak mungkin. Menjelang akad yang mana tanggal nya sudah di tentukan bertepatan
Awal tahun 2008 itu begitu banyak warga dari luar desa berkunjung kerumahnya.
Menjelang awal tahun saini pun mulai mempersiapkan hal-hal tentang perencanaan pesta itu. Karna pesta itu sekalian dengan acara khatam anaknya roni yang di yakinin sebagai kembaran nurhasannah.
Hingga pada bulan desember 2007 aini pun mulai menyebarkan undangan yang sebenarnya tidak begitu banyak. Namun undangan itu hampir di ketahui satu provinsi karena penyampain dari mulut kemulut.
Warga yang menentang pernikahan itu melaporkannya kepada kepala desa agar saini
Membatalkan pesta yang akan di gelarnya nanti. Puncaknya ketika rombongan dekorasi tenda pelaminan mulai datang kerumah saini dan mulai memasang tenda yang membuat warga semakin resah.
Dua hari sebelum itu, saini sempat di panggil polisi terkait perencanaan pesta yang akan di gelarnya ini meresahkan warga setempat.
Untuk itu saini pun di panggil untuk menghadiri pertemuan muspika (musyawarah pimpinan kecamatan) yang telah di hadiri beberapa tokoh masyarakat
Dan tokoh agama.
Para tokoh agama beserta tokoh masyarakat setempat menolak adanya pesta pernikahan buaya itu.

"kami menolak tentang rencana pernikahan nurhasannah yang berwujud buaya serta basid yang tanpa wujud itu hanya di katakan berwujud ular. Jangan sampai hal semacam
Ini menjadikan orang-orang awam menuju ke syirikan. Memang tidak mungkin rasanya jika seekor buaya akan menikah dengan ular tanpa wujud. Untuk itu sebaiknya bapak membatalkan pernikahan ini. Namun untuk khatam anak bapak yang bernama roni tidak masalah."
Ucap seorang
Tokoh agama yang waktu itu ikut dalam muspika.

Lalu para tokoh masyarakat setuju atas tanggapan dari para tokoh agama. Saini hanya bisa diam karna untuk membenarkan perihal putrinya itu pun tidak mungkin rasanya orang bisa percaya karna memang sulit di terima oleh logika.
Tak lama kepala polisi sebut saja pak syarip
Memberikan keputusan.
"Berdasarkan tanggapan dari tokoh agama serta tokoh masyarakat dan tidak adanya pembelaan dari pihak pak saini. Kami pihak kapolsek membenarkan jika pak saini harus membatalkan pesta pernikahan itu.
Terkecuali acara khatam tersebut. Serta pak saini harus menarik kembali undangan yang telah di sebar karena telah meresahkan warga. Sekiann terimakasih"

Keputusan dari polisi itu hanya bisa di terima saini dan muspika pun di bubarkan
Saini pun pulang dengan wajah lesu.
Sesampai di rumah, ternyata sattar sudah ada di rumahnya. Dia tengah berbincang dengan asmah yang juga menunggu kepulangan saini.

"akhirnya pak saini pulang. Besok adalah hari pernikahan nurhasannah dan akan di lakukan di alamnya mereka" ucap sattar dan saini tetap saja memasang
Wajah lesunya karna merasa kecewa atas keputusan pihak kepala kepolisian.

"ada apa pak? Bagaimana pernyataan pertemuan muspika tadi?" ujar asmah yang menyadari jika saini sedang tidak baik-baik saja.
"pesta pernikahan anak kita di tentang keras oleh para tokoh agam serta masyarakat.. Bagaimana ini buk. Apakah kita akan membatalkannya." ucap saini dengan nada lesu.

Asmah hanya terdiam mendengarnya. Tidak mungkin rasanya di batalkan karna semua persiapkan sudah di pesan.
"bapak dan ibu jangan khawatir. Nurhasannah tidak menikah di dunia nyata. Jdi tidak perlu memanggil penghulu untuk melaksanakan acara nikahnya. Pestanya tetap di buat namun dengan alasan acara khatamnya roni." ucap sattar yang mendengar keluhan dari saini tersebut.
Mendengar itu saini sedikit lega namun asmah penasaran bagaimana jalannya pernikahan anaknya itu.
"lalu bagaimana kami akan melihat acara resepsinya pak"
"besok saya akan kesini. Membukakan batin pak saini dan buk asmah. Namun perwalian di serahkan kepada bangsa mereka saja.
Bapak dan ibuk tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa melihat." ucap sattar.

"baiklah kalo begitu pak. Asalkan semua berjalan lancar"

"Okee. Besok saya akan dtang lagi kesini. Urusan tenda serta pelaminan jangan bapak dan ibuk batalkan"

Saini dan asmah hanya mengangguk
Kemudian sattar pun berpamitan pulang.
"saya pulang dulu pak buk.. Assalamualikum."
"walaikumsallam"

Hari itu berlalu terasa sangat cepat.. Hingga pada keesokan harinya di pagi hari. Saini dan asmah menunggu kedatangan sattar. Namun sattar tak kunjung juga datang.
Saini pun mulai gelisah. Dia mondar mandir di depan pintu Berharap sattar segera datang.
"aduhh kenapa pak sattar belum datang juga ini."
"sabar pak.. Mungkin dia ada alasan kenapa belum datang juga"

Lalu tak lama sattar pun datang pada siang hari.
"maaf pak saya agak telat.. Saya mencoba menemukan lokasi dari resepsinya pernikahan mereka. Dan baru saya temukan. Kelihatannya nanti jam 2 baru akan di mulai akadnya. Saya sarannya lebih baik bapak dan ibuk melihat sewaktu akadnya saja. Karna mahkluk yang menghadiri acara
Mereka semua tidak berbentuk seperti manusia pada umumnya" ucap sattar yang waktu itu menjelaskan tentang penerawangannya setelah melepas sukma.

"baiklah pak.. Lakukanlah yang terbaik"

Sattar mengangguk lalu mengatakan.
"tolong persiapkan kamar kosong hanya untuk kita bertiga"
"baik pak.. Kapan kita mulai kesana?" tanya saini kepada sattar.

" nanti saja sebelum jam 2 siang"

..
Hingga jam pun menunjukan jam 2 kurang 20 menit.
Sattar pun segera bangkit dari tempat duduknya.
"mari pak. Buk.. Kita mulai melihat akadnya."
"iya iya.. Kesini kamrnya" ucap
Asmah yang berjalan menuju kamar yang telah di sediakan. Diikuti saini dan sattar. Lalu setelah itu sattar pun duduk bersila di lantai Diikuti asmah dan saini.
Kemudian sattar seperti mengeluarkan kain hitam di sakunya. Lalu di dalam sakunya itu terdapat dua keping sisik buaya.
"masing-masing bapak saini dan ibuk asmah pegang ini. Sisik ini saya dapat sewaktu kakek sinampar menyuruh menyampaikan pesan tempo lalu."
Ucap sattar sambil memberikan mereka masing-masing satu.

Saini dan asmah pun meraih sisik itu.
"jika bapak atau pun ibuk merasa tidak kuat.. Lepaskan saja sisik tu.. Dalam sukma yang terlepas sisik itu akan selalu tergenggam di tangan. Jadi jangan takut jika ingin kembali secara tiba-tiba."

Saini dan asmah pun mengangguk mengatakan jika mereka mengerti maksud dari sattar.
Sattar pun merapal mantra.. Lalu memegang pundak mereka masing-masing.
Mata mereka pun mulai terpejam.

Ketika saini membuka mata. Dia sudah berada di sebuah tempat. Yang di lihatnya seperti istana namun jarak mereka dengan keramaian begitu jauh.
Di lihatnya orang sangat ramai
Berpakaian baju baju adat seperti jaman dulu Semua seperti manusia biasa.
Baru saja saini ingin menanyakan sesuatu kepada sattar namun sattar mengetahui apa yang ingin di tanyakannya.
"mereka belum menyadari kehadiran kita. Jadi jangan terlalu dekat. Atau mereka akan berubah
Wujud asli mereka" saini pun terdiam.
Di lihatnya ada seorang pria menggunakan pakaian pengantin berwarna kuning. Yang terlihat sangat tampan sedang duduk berhadapan dengan seorang yang kelihatannya lebih tua. Posisi nya seperti orang yang sedang ingin mengucapkan ijab kabul.
Tak lama. Terlihat wanita bergaun pengantin yang warna kuning dengan wajah tertutup kain putih transparan medekati pria itu dan duduk di sebelahnya.
Saini dan asmah tidak bisa mendengar apa yang terjadi di keramaian itu.
"kita mendekat sedikit pak sattar.. Saya tidak bisa mendengar apa-apa jika disini" ucap saini yang sedikit penasaran
"lebih baik jangan pak. Nanti mereka akan berubah wujud jika mereka menyadari kehadiran kita."
Ucap sattar yang sedikit mengingatkan saini.
"kalo sudah tidak kuat. Saya akan lepas ini" ucap saini sambil menunjukan sisik yang di berikan sattar sebelum melepas sukma tadi.
Kemudian saini berjalan maju yang diikuti asmah. Setelah cukup dekat barulah dia bisa mendengar apa yang terjadi.
Saini dan asmah begitu terkagum melihat putrinya yg berwujud manusia itu begitu cantik. Begitu pula menantunya itu. Namun sayangnya ini hanyalah alam gaib yang tidak nyata. Begitulah mungkin di pikiran saini dan asmah melihat putrinya yang akan segera menikah itu.
Terlihat pengucapan ijab kabul pun telah sah di ucapkan oleh basid waktu itu. Kemudian basid mencium kening nur..

Tak lama setelah itu, ternyata ada yang menyadari kehadiran saini dan asmah.
Sontak sattar pun langsung berteriak.
"lepaskan sisik ituuu"
Seketika semua orang yang hadir disana berubah pada wujudnya sebenarnya.
Ada yang bentuknya bermacam-macam dari kerbau, banteng, monyet kalajengking namun anehnya bentuknya separuh manusia dan separuh hewan.
Asmah yang tidak kuat sontak langsung melepaskan sisik itu seketika
Asmah pun menghilang. Sementara saini masih saja menggenggam sisik itu. Dia masih memperhatikan nurhasannah yang dililit ular. Perlahan nurhasannah pun berubah menjadi buaya matanya memandang saini seolah menyuruhnya untuk segera kembali ke alam nyata.
Di kamar, asmah terengah menahan napas karena masih terkejut melihat makhluk-makhluk aneh itu. Sementara saini masih saja dengan keadaan mata terpejam.

"cepatt kembali pak.. Kenapa masih disana"
Ucap asmah yang sedikit khawatir terhadap saini.
Kemudian sattar tiba-tiba meraih
Tangan saini dengan cepat melepaskan sisik itu di tangannya
Kemudian tak lama saini pun tersadar.

Asmah menangis sambil memeluk saini.
"kenapa buk.. Bapak tidak apa-apa kok ternyata mereka baik."

Mendengar itu sattar pun mengingatkannya.
"jangan sampai bapak terpedaya.
Justru baik itulah bermaksud untuk jahat"

Saini pun terdiam cukup lama. Sampai akhirnya sattar pun mengajak mereka keluar dari kamar itu.
Kemudian sattar pun berpamitan dengan saini dan asmah.
"besok apapun yang terjadi jangan dibatalkan acaranya ya pak. Karna bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan jika sempat di batalkan.. Kedoknya khatam anak bapak roni saja biar warga tidak marah"
Ucap sattar sebelum
Pamit pulang.

Hingga seperti rencana, keesokan harinya tepatnya hari selasa. Para dekor pelaminan serta pemasang tenda mulai berdatangan.
Para warga yang melihat mulai memanggil kepala desa dengan maksud ingin secara baik-baik tanpa ada kerusuhan. Hingga kepala desa pun datang
Yang diikuti beberapa warga.

"assalamulaikum.. Pakk.. Pak sainii"
Ucap kepala desa sambil memanggil saini beberapa kali.
"walikum sallam. Ada apa ya pak?"
"begini pak saini.. Bukannya sudah di setujui di muspika jika acara pesta akan di batalkan"
"yaa memang saya batalkan pak.
Ini hanyalah acara khatam roni."
"lantas kenapa ada pelaminannya pak jika cuma acara khatam?"

Saini pun terdiam sebentar lalu menjawab dengan wajah sedikit sedih.
"semua sudah terpesan jauh hari pak. Uangnya jugq sudah di bayar. Lantas ketika saya minta batal memasang pelaminan
Mereka mengatakan uang tidak bisa di kembalikan. Jadi mau tidak mau saya terima pak."
Ucap saini yang mencoba mencari alasan agar warga tidak marah.

"ohh jadi begitu.. Yasudah. Kalo begitu para warga silahkan bubar.. Kalian sudah mendengar penjelasan dari pak saini."
Ucap kepala desa waktu itu.
Tak lama para warga pun bubar.

"kalo begitu saya permisi dulu ya pak"
Ucap kepala desa berpamitan dengan saini.
"iya pak.. Silahkan."

Tak lama kepala desa meninggalkan rumahnya, saini pun menghela napas lega lalu masuk kedalam rumah.
Di dalam rumah asmah tengah duduk di kamarnya nurhasannah.

"gimana pak.. Apa tanggapan kepala desa?" ucap asmah yang penasaran.
"mereka mengizinkannya buk. Namun kemungkinan. Para warga disini tidak akan ada yang datang dihari pesta nanti tepatnya hari jumat" ucap saini sedikit
Kecewa.
Asmah kemudian terdiam wajahnya sedikit berubah.
"tak apalah pak. Mungkin itulah ujiannya. Kita cukup sabar saja" ucap asmah lalu saini hanya mengangguk tak berucap kata-kata lagi.

******
"Begitulah ceritanya buk.. Saya pikir akan sepi yang datang ke acara ini.. Ternyata sangat ramai. Meski yang datang dari luar desa."
Ucap seorang ibuk yang biasa di panggil asmah itu.

Kemudian para tamu yang duduk mendengarkan kisah dari ibuk tadi mulai banyak yang berdiri.
Ada yang sebagaian keluar lalu berpamitan dengan ibuk asmah. Sementara ibuku yang waktu itu penasaran ingin memegang nurhasannah mendekat lagi kepada ibuk asmah untuk meminta izin.
"buk.. Boleh saya memegang nurhasannah?"
"silahkan buk. Tapi jangan pegang bagian kepalanya" ucap
Ibuk itu yang langsung menuntun ibuku menuju ranjangnya nurhasannah yang harus menaiki tujuh tangga. Ibuku memegang tanganku dan aku pun mengikutinya.
Sesampainya di atas ranjang buaya itu tetap terlihat tenang. Dengan sisik putih dan moncongnya yang panjang.
Ketika ibuku mulai membelai tubuh buaya itu. Aku pun ikut memegangnya. Terasa bergetar tanganku ketika mulai menyentuhnya. Namun setelah itu, Aku pun mengajak ibuku untuk cepat keluar dari kamar itu.
"ibuk.. Cepetan kita pulang. Bapak di luar udah nungguin" ucapku waktu itu
Mencoba memberi alasan agar ibuk asmah tidak tersinggung.

Ibuku hanya mengangguk dan mulai mengajak buk asmah turun dari ranjang nurhasannah.

"terima kasih buk telah berbagi cerita dengan saya. Semoga keluarga ibuk selalu di berikan keberkahan tentang pristiwa ini" ucap ibuku
Sebelum berpamitan.

"iya buk Sama-sama. Lain waktu silahkanlah berkunjung kesini lagi" ucap ibuk asmah yang hanya di balas senyuman oleh ibuku.

Kemudian ibuku keluar dari rumah itu dan mencari ayahku Untuk segera pulang.
Setelah itu, kami pun pulang kerumah hingga sampe di rumah pada malam hari.
Aku yang terlalu lelah kemudian merebahkan tubuh di kamar. Kulihat ibuku tengah menceritakan tentang apa yang di dengarnya dari ibuk asmah itu.
Aku tidak menghirauknanya karna waktu itu masih tidak
Peduli. Yang kudengar dari ucapan ayahku waktu itu dia mengatakan
"jangan percaya akan hal-hal yang ghaib begitu. Bisa jadi itu hanyalah tipu daya untuk tidak mempercayai yang satu Yaitu tuhan."..

**
Bahkan hingga saat ini. Banyak orang datang berkujung kerumah ibu asmah tersebut melihat secara langsung buaya itu.
Ada yang karna penasaran atau pun meminta air bekas mandi buaya itu yang KATANYA bisa menyembuhkan luka atau pun sebagai penglaris usaha. Tergantung dari niat
Pengunjung.
Apapun itu janganlah sesekali kita langsung percaya. Karna kekayaaan ataupun kesembuhan itu datangnya dari allah yang mahakuasa. Jangan sampai kita salah arah..

Tamat.
Sekian.. Terimakasih.. 😊
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Angah_put

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!