My Authors
Read all threads
Penjualan mobil di China anjlok 95%, dibandingkan waktu yang sama tahun lalu akibat wabah Covid-19.

Ini berarti kalau tidak ada pembelian oleh masyarakat - akan ada puluhan pabrik mobil terancam bangkrut, dan bersamaan dengan itu puluhan ribu pekerja terancam PHK.
Sebelum wabah Covid-19, manufaktur di China memproduksi hampir 2,2 juta mobil per bulan. Hampir dua kali lipat produksi Indonesia per tahun.

Sejak wabah terjadi kapasitas produksi sudah turun tajam, sebagian karena imbas lockdown - sebagian lagi karena nggak laku.
Industri mobil adalah produk hilir. Ini berarti ada banyak sekali industri pendukung yang akan bisa terpengaruh. Mulai dari industri baja, plastik, gelas, mesin dan sirkuit listrik - sampai ke industri bengkel dan purna jual. Lebih banyak lagi yang terancam PHK.
Itu alasan Pemerintah China memberi insentif bagi masyarakat agar bersedia membeli mobil. Karena mobil kebutuhan tersier yang harganya mahal - maka insentif paling efektif adalah diskon harga.

Hal ini dilakukan semata agar industri bertahan hidup dan menghindari PHK massal.
Mirip dengan itu - pariwisata juga melibatkan industri pendukung yang sangat banyak - mulai dari agen perjalanan dan transportasi sampai hotel, restoran dan sewa mobil.

Sama-sama kebutuhan tersier juga seperti mobil. Maka penting ada insentif agar orang mau pelesiran.
Tapi kita lihat sendiri - bagaimana reaksi yang muncul di media sosial terkait insentif pemerintah untuk menggerakkan pariwisata. Malah diejek.

Ada media yang sengaja hanya membahas soal budget influencer yang Rp. 72 Miliar. Persepsi diputar ke sana ke mari.
Padahal budget Rp. 72 Miliar hanya 0,7% paket stimulus ekonomi menghadapi dampak wabah virus Corona.

Diperuntukkan bagi influencer internasional agar mau kembali berlibur ke Indonesia.

Pasti sukses? Belum tahu.

Tapi tanpa promosi SUDAH PASTI keadaan tidak berubah.
Selama perilaku media masih seperti sekarang ini - mengejar clickbait - maka influencer masih menjadi pilihan lebih baik. Direct to the audience.

Toh sebenarnya pemberitaan juga dibangun dari wartawan bertanya ke orang yang dianggap kompeten dan berpengaruh. Influencer.
Proses pada pemberitaan sebenarnya adalah pengemasan pendapat subyektif dan data obyektif.

Apakah bagian kedua bagian dikerjakan dengan benar? Subyektif berimbang dan verifikasi data?

Atau masa bodo saja - yang penting orang nge-klik.
Kalau media merasa terancam hal yang sebenarnya wajar. Ini bicara soal penghidupan dan periuk nasi.

Tapi apakah jurnalis sudah bekerja dengan standar etika yang tinggi dan disertai niat baik?

Atau memang lebih seksi ngomong "bojar bajer" - tapi enggan bercermin?
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Poltak Hotradero

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!