Ini berarti kalau tidak ada pembelian oleh masyarakat - akan ada puluhan pabrik mobil terancam bangkrut, dan bersamaan dengan itu puluhan ribu pekerja terancam PHK.
Sejak wabah terjadi kapasitas produksi sudah turun tajam, sebagian karena imbas lockdown - sebagian lagi karena nggak laku.
Hal ini dilakukan semata agar industri bertahan hidup dan menghindari PHK massal.
Sama-sama kebutuhan tersier juga seperti mobil. Maka penting ada insentif agar orang mau pelesiran.
Ada media yang sengaja hanya membahas soal budget influencer yang Rp. 72 Miliar. Persepsi diputar ke sana ke mari.
Diperuntukkan bagi influencer internasional agar mau kembali berlibur ke Indonesia.
Pasti sukses? Belum tahu.
Tapi tanpa promosi SUDAH PASTI keadaan tidak berubah.
Toh sebenarnya pemberitaan juga dibangun dari wartawan bertanya ke orang yang dianggap kompeten dan berpengaruh. Influencer.
Apakah bagian kedua bagian dikerjakan dengan benar? Subyektif berimbang dan verifikasi data?
Atau masa bodo saja - yang penting orang nge-klik.
Tapi apakah jurnalis sudah bekerja dengan standar etika yang tinggi dan disertai niat baik?
Atau memang lebih seksi ngomong "bojar bajer" - tapi enggan bercermin?