Persoalan terbesar pecundang adalah ini: pemenang mereka anggap pasti penindas, yg kalah mereka anggap pasti orang baik. Tak pernah baca Mahabharata atau belajar sejarah. Mereka tak bisa membayangkan keadilan bisa diwujudkan. Cuma jd bahan lamunan
Penyakit spt ini adalah penghambat terakhir tapi terbesar bagi kebebasan, kesetaraan & keadilan yg nyata. Mentalitasnya spt bocah2 yg suka berebut layangan, yg jika tak dia peroleh maka layangannya akan dia robek2
Pecundang ini akan membenci kebebasan, kesetaraan & keadilan yg riil, krn yg riil itu tak ideal. Mereka takut kehilangan sumber perasaannya yg suka mengasihani diri sendiri..
Mereka tak jahat tp tak mungkin kejahatan bisa berkuasa tanpa dukungan mereka. Dan mereka dgn senang hati. Sebab pecundang itu butuh kesempurnaan. Pecundang lebih bisa menerima kejahatan yg sempurna drpd kebaikan yg tak sempurna
Pecundang itu punya cinta & punya cita tp membenci para pencipta...Para pencipta yg tak sempurna merusak cinta dan cita2 ideal mereka
Saat mengasihani diri sendiri lebih kuat dr pd mengasihi rakyat, mereka akan senang hati menyerang pemenang2 yg tak sempurna. Kaum khawarij di era Khalifah Ali bin Abi Thalib & Anarkis2 di ujung Perang Saudara Spanyol adalah contoh dr kaum agama & sekulernya
Dan spt keyakinanku (bisa dibantah), bahwa pola sejarah selalu berulang di tempat & tokoh2 berbeda. Tp watak yg diusungnya sama ketika faktor2nya bertemu. Watak2 genitnya sama, pemenang & yg kalah secara elegannya jg ada serta pecundang yg bersungut2nya juga
Belajar filsafat & sejarah (filsafat yg kita pelajari dr aksi2 manusia kongkrit masa lalu), akan membantu mu menangkap logika, etika & keindahan atas apa2 yg kita pelajari & yakini. Cinta & cita2 akan jd karya cipta yg dibatasi sekaligus melampaui ruang-waktu
