Profile picture
, 25 tweets, 4 min read Read on Twitter
Saya pernah berdialog, seorang teman bertanya: "bukankah demokrasi membebaskan seluruh pendakwah, termasuk eks-HTI & simpatisan khilafah, untuk duduk/diundang ke sebuah majlis?"

Agak klise, saya jawab: "betul! Mereka dilindungi."

"Kenapa Banser tidak pernah menerima?"

(cont)
"Kenapa Ansor/Banser (A/B)harus tampil sendiri dalam menghadang khilafah?" lanjutnya.

Belum saya jawab, namun...

"Apakah A/B begitu benci dengan Islam?"

Hampir saya jawab, tapi...

"Kemana² A/B ngomong soal demokrasi & toleransi, namun gegabah terhadap eks-HTI."
"A/B selalu menuduh (?) pengasong khilafah (kendati partainya sudah dilarang) adalah tumor yang memang harus dioperasi." cegah saya.

"Jika sekadar dakwah, apakah layak jika memboikot/menolak berdasarkan tuduhan?" dia memotong.

"Anda tahu nasib pemakai narkoba?" potong saya...
"Tahu. Mereka direhabilitasi." jawabnya

"Kita tidak pernah menemukan cara yang tepat merehabilitasi sebuah pemikiran yang sudah mengendap di kepala. Hal ini berbeda dengan rehabilitasi pemakai narkoba."

"Kemana arah pembicaraan ini?"

"Soal respon!"

"Hah?"
"Anda tidak bisa membiarkan begitu saja bekas pemakai narkoba berkeliaran begitu saja di jalanan tanpa pengawalan, bukan?"

"Tidak begitu juga."

"Harus begitu. Karena ini adiktif, tidak bisa dalam seminggu langsung sembuh. Sementara ideologi lebih besar dari sekadar ketagihan."
"Sejak partainya dilarang, mereka tidak lagi secara gamblang mengulang² melodrama romantika kekhilafahan masa² silam, tapi lebih fundamental: memberi pakem dulu tentang ibadah yang benar-benar benar!"

"Apa masalahnya dengan beribadah sesuai syariat?"
"Justru tepat di sana masalahnya: kekhusyukan yang dibangun ini hanya narasi antara. Bukan tujuan."

"Hah?"

"Saya berani jamin, setelah partainya dilarang, tidak langsung ideologi mereka tumbang dalam sehari-dua setelah regulasi pelarangannya muncul!"
"Mereka pasti mencari cara untuk bertahan hidup. Dan cara survive yang paling konyol adalah mempraktikkan strategi yang sama: mengulang² kisah klasik kejayaan Al-Fatih, dam macam².

Itulah kenapa hal itu tidak mereka lakukan. Karenanya, mendakwa eks-HTI yang sedang... (cont)
"... mendakwa eks-HTI yang sedang berdakwah sebagai anti-Pancasila adalah hal yang sulit dilakukan di masa sekarang, sejak aktivitas lembaga mereka dilarang."

"..."

"Kita tidak mungkin membabi-buta menerapkan cara yang sama seperti Orde Baru terhadap eks-PKI."
"Karena memang tidak bisa, dan tidak mungkin bisa."

"Apa maksudnya?"

"Kalau eks-Narkoba saja harus menjalani rehabilitasi, sementara yang tidak. Apa parameter yang perlu diatur biar kita tahu bahwa mereka sudah tidak lagi berbahaya?"

"Apa?"

"Tidak ada!"
"Hah?"

"Apa yang menjamin mereka tidak akan melepas ideologi yang mereka anut? Gak ada asuransi yang menjamin hal itu sejak mereka dilarang."

"Hubungannya dengan A/B?"

"Karena A/B punya basis kultural islam ala NU, jadi merasa bertanggung jawab secara moral... (cont)"
"... bertanggung jawab secara moral untuk memberi wacana pembanding. Bagaimanapun A/B atau NU mau jempalikan, tidak akan bisa mengubah isi di balik tempurung kepala seseorang. Peluangnya cuma ngasih wacana pembanding doang."

"Dan boikot?"
"Untuk orang demokratis macam kamu, pernahkah melihat bagaimana konservatif mereka memegang tegung keyakinan? Hak mereka bersuara tentu dilindungi. Tapi mau nunggu cara halusnya memengaruhi jamaah lain terjebak di ideologi yang sama?"
"Orang yang tidak pernah memerhatikan pahitnya ideologi ini, dan betapa destruktifnya keyakinan ini, hanya akan melihat melalui teropong di menara gading, di mana lapis bawah masyarakat sebenarnya baik-baik saja.

Itu kekonyolan pertama!"
"Demokrasi tidak bisa memberi ruang bagi orang yang berusaha mengoyak pondasi-pondasinya.

Jika Anda yakin mereka akan bermain jujur di ruang demokrasi, tanpa sedikit pun keinginan menyebarkan sekte yang mereka punya--dan sudah dilarang, maka inilah kekonyolan yang kedua."
"Anda akan kaget ketika mereka, eks-HTI, akan memakai lintas ideologi dalam berdakwah, kendati sebelumnya mereka enggan untuk menerima.

Karena bertahan hidup menyudutkan mereka ke posisi bebas ideologi."

"Kemana lagi arah pembicaraan ini?"
"Mereka konservatif, melaknat-laknat Eropa yang mereka payungi dengan label 'Barat Kapitalis'. Tapi mereka tak segan memakai produk media sosial bikinan Barat, dan mempraktikkan kapitalisme kepada orang-orang yang ingin tampil saleh.

Busana hijrah, misalnya."
"Mereka, sama seperti strategi dakwah pada umumnya, tidak lagi segan menyeragamkan kesalehan-kesalehan umat dalam 'fashion-state', misalnya.

Hijrah-fest, apa yang tidak masuk di dalamnya? Kapitalisme, komersilisme, dan 'liberalisme ekonomi' yang memakai topeng pertaubatan."
"Mereka nDak akan lagi membacakan kisah² glorifikatif dari kekhalifahan Abu Bakr, Umar, Usman, Ali, hingga Al-Fatih.

Mereka bakal mengupas tuntas pertaubatan-pertaubatan yang legitimasinya harus memakai pertanda: busana syar'i, serba halal, umrah, kredit-syariah.
"Orang macam Anda yang duduk manis di menara gading nDak akan mengerti kekolotan yang sedang dibangun seperti ini.

Sebuah ideologi, untuk pertama Anda pahami, nDak akan memudar didera hujan. Ia nDak akan pula hilang terbawa angin.

Namun bertahan hidup, itu pasti."
Bagaimana bisa, Anda-Anda yang setiap hari kerja, yang nDak punya perhatian lebih--baik intelektual maupun akademik--pada fenomena relijius muslim urban, sampai menyangka NU sedang berebut "pasar audience" dengan mereka yang--menurut Anda--jauh lebih laku?

Dolanlah agak jauh.
Gak ada keren-kerennya nyinyirin A/B. Apalagi sampai yakin kalau A/B punya keberanian untuk lancang membakar kalimat tauhid, misalnya.
Lha, jelas² tiap malam Jumat orang NU bacaannya tauhid (baca: tahlil), kok, bisa Anda ragukan bagaimana hormatnya A/B dengan kalimat suci itu?

Sementara ideolog khilafah yang "tidak Anda rehabilitasi untuk patuh pada Pancasila" bisa Anda pilih untuk dipercaya omongannya?
Dari orang HTI, yang jelas-jelas mengharamkan/menthagutkan Pancasila, menolak demokrasi, dan pelaknat KUHP (bukan hukum Allah), sudahkah Anda mengantongi asuransi bahwa mereka akan patuh pada NKRI setelah partai mereka dilarang?

Rebutan pasar, katamu?

Cisss!!!
Dasar kecangkeman muslim urban!
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Rumail Abbas
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!