Agak klise, saya jawab: "betul! Mereka dilindungi."
"Kenapa Banser tidak pernah menerima?"
(cont)
Belum saya jawab, namun...
"Apakah A/B begitu benci dengan Islam?"
Hampir saya jawab, tapi...
"Kemana² A/B ngomong soal demokrasi & toleransi, namun gegabah terhadap eks-HTI."
"Jika sekadar dakwah, apakah layak jika memboikot/menolak berdasarkan tuduhan?" dia memotong.
"Anda tahu nasib pemakai narkoba?" potong saya...
"Kita tidak pernah menemukan cara yang tepat merehabilitasi sebuah pemikiran yang sudah mengendap di kepala. Hal ini berbeda dengan rehabilitasi pemakai narkoba."
"Kemana arah pembicaraan ini?"
"Soal respon!"
"Hah?"
"Tidak begitu juga."
"Harus begitu. Karena ini adiktif, tidak bisa dalam seminggu langsung sembuh. Sementara ideologi lebih besar dari sekadar ketagihan."
"Apa masalahnya dengan beribadah sesuai syariat?"
"Hah?"
"Saya berani jamin, setelah partainya dilarang, tidak langsung ideologi mereka tumbang dalam sehari-dua setelah regulasi pelarangannya muncul!"
Itulah kenapa hal itu tidak mereka lakukan. Karenanya, mendakwa eks-HTI yang sedang... (cont)
"..."
"Kita tidak mungkin membabi-buta menerapkan cara yang sama seperti Orde Baru terhadap eks-PKI."
"Apa maksudnya?"
"Kalau eks-Narkoba saja harus menjalani rehabilitasi, sementara yang tidak. Apa parameter yang perlu diatur biar kita tahu bahwa mereka sudah tidak lagi berbahaya?"
"Apa?"
"Tidak ada!"
"Apa yang menjamin mereka tidak akan melepas ideologi yang mereka anut? Gak ada asuransi yang menjamin hal itu sejak mereka dilarang."
"Hubungannya dengan A/B?"
"Karena A/B punya basis kultural islam ala NU, jadi merasa bertanggung jawab secara moral... (cont)"
"Dan boikot?"
Itu kekonyolan pertama!"
Jika Anda yakin mereka akan bermain jujur di ruang demokrasi, tanpa sedikit pun keinginan menyebarkan sekte yang mereka punya--dan sudah dilarang, maka inilah kekonyolan yang kedua."
Karena bertahan hidup menyudutkan mereka ke posisi bebas ideologi."
"Kemana lagi arah pembicaraan ini?"
Busana hijrah, misalnya."
Hijrah-fest, apa yang tidak masuk di dalamnya? Kapitalisme, komersilisme, dan 'liberalisme ekonomi' yang memakai topeng pertaubatan."
Mereka bakal mengupas tuntas pertaubatan-pertaubatan yang legitimasinya harus memakai pertanda: busana syar'i, serba halal, umrah, kredit-syariah.
Sebuah ideologi, untuk pertama Anda pahami, nDak akan memudar didera hujan. Ia nDak akan pula hilang terbawa angin.
Namun bertahan hidup, itu pasti."
Dolanlah agak jauh.
Sementara ideolog khilafah yang "tidak Anda rehabilitasi untuk patuh pada Pancasila" bisa Anda pilih untuk dipercaya omongannya?
Rebutan pasar, katamu?
Cisss!!!