Kau termenung...
Saat nyiur melantun melagu malam
Kau bergeming...
Saat tekukur mulai tepekur
Kau membisu...
Malam pilu syairmu
Senyummu memupus keteguhan kami
Tolong, pulanglah, tempatmu tak lagi di sini
#horror #bacahorror
Sore harinya kusempatkan mampir ke rumah temanku itu. Kakaknya itu pun aku kenal. Lama tak jumpa, belum sempat pula berkenalan dengan istrinya.
Rumah mereka masih satu kabupaten dengan kami. Hanya kakaknya yg ke-3 itulah yg tinggal di provinsi lain.
“Kok tumben datangnya tidak pas Hari Raya kemarin to Mas?” tanyaku pada Mas Hardi. “Iya Wan, repot, istriku juga kemarin tidak bisa cuti lama,” jawabnya.
“Wah tidak perlu dititipkan Mbak, biar kuhabiskan di sini aja,” jawabku bercanda.
Pakdhe Mul dan Budhe Yem, orangtua Aji dan Mas Hardi, tampak bercakap2 dengan kerabatnya itu di teras rumah.
Biasanya jadi semacam tempat transit bagi warga yang tinggal di sisi selatan dusun sebelum berangkat meronda.
Yang jelas tempat itu favorit bagi warga selatan dusun yang ingin ngobrol. Tinggal memukul tiang listrik saja, dijamin ada warga yg datang.
Dan memang tak lama berselang aku memilih pulang. Mata rasanya sudah lengket. Namun, Pras dan Aji masih tinggal bersama bapak2 yg asyik ngobrol.
“Yasudah, kamu tidur di kamar belakang saja malam ini, jaga2 kalau adikmu bangun malam2. Bapak giliran meronda,” kata Bapak.
Sepertinya dari rumah Aji. Kulihat jam dinding di kamarku, masih jam 1 dini hari kurang. Terdengar suara tangis bayi cukup keras. Mungkin anak Mas Hardi.
Mereka berdiri di depan pintu rumah Dhe Mul. Ada beberapa orang lagi di amben teras, tapi tak kulihat jelas karena tertutup orang2 itu.
“Iya benar, bayi itu sepertinya masih merasa terganggu,” kata Lek Lar. “Di, kamu bawa anak dan istrimu tidur di rumah bulekmu Par,” kata Dhe Mul.
“Biar nanti kami bergeser ronda ke perempatan, sebelum pulang. Untuk memastikan saja. Semoga tidak ada apa2,” kata Pak RT.
Suara tangis bayi Mbak Lestari masih terdengar sesekali. Sepertinya bayi itu sedang disusui ibunya.
“Kalaupun muncul lagi, kami akan ke rumah Mbah Man, pukul kentongan saja,” kata Pak RT.
Aku terkesiap saat tiba2 kudengar suara burung malam. Agaknya arahnya dari belakang rumah.