Langsung saja karna cerita tidak panjang.
Saya disini akan jadi nenek teman saya.
Pekerjaan saya adalah tukang pijat bayi / dukun bayi. Saya sudah lama menjadi dukun bayi dan sudah terkenal sampai keluar desa, banyak juga orang yang luar desa menggunakan jasa saya.
Pagi ini seperti biasa selain menjadi dukun bayi saya juga ibu rumah tangga yang mengurusi anak dan suami.
Waktu itu jam di dinding menunjukkan pukul 10.00 pagi.
"Waalaikumsallam, iya lim ada apa?"
"Seperti biasa mbah nnti jam 4 datang kerumah ya mbah untuk pijat anak saya"
"Iya lim nanti saya kesana"
"Saya jemput ya mbah" tawar salim.
"Gak usah nanti saya jalan saja sekalian mampir sawah"
"Iya lim hati-hati".
Setelah itu salim pun pulang dan saya melanjutkan perkerjaan saya dirumah.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3.45 sore, saya pun siap-siap pergi kerumah salim, tak lupa saya juga mampir kesawah untuk-
Oh iya perjalanan ke kampung salim harus melalu jalan naik turun dan itu tinggi setelah itu melewati sawah serta alas yang tidak terlalu besar. Disana penerangan pun tidak ada sama sekali waktu itu. Maklum dikaki gunung keadaan seadanya.
Langsung skip aja ya.
akhirnya saya memutuskan pulang sebelum kemalaman. Kembali lagi saya harus jalan kaki karena salim juga tidak dirumah.
Dalam perjalanan pulang saya biasa saja tidak merasakan apapun, tapi setelah melewati alas saya kaget serta bingung yang luar biasa karena disisi kanan ada rumah yang sangat megah.
Rumah yang bagaikan istana.
Tanpa sadar seorang pria memanggil di samping saya dengan tatapan kosong, entah darimana pria itu datang.
"Mbah kamu yang tukang pijat itu ya, di tunggu nyonya saya didalam, saya tadi kerumah tapi mbahnya tidak ada"
Heran kenapa dia bisa tau saya tukang pijat, bingung itu yang saya rasakan. Tapi saya merasa saya tidak bisa menolak dan menurut saja.
Akhirnya saya pun diajak masuk kerumah tersebut. Suasana didalam rumah tersebut sepi sekali bahkan seperti tidak ada kehidupan sama sekali, anehnya saya pun tidak menaruh curiga sedikitpun.
"Mbah mari ke kamar nyonya saya, beliau menunggu di dalam kamar" ucap lelaki tersebut.
Karna kaget saya pun hanya membalas iya dengan sepontan.
Didalam kamar diatas kasur duduk seorang wanita yang cantik sekali berpakaian serba putih dengan menggendong bayi yang dibungkus selimut hitam.
Dengan senyuman yang bisa membuat lelaki manapun pasti tergoda dia meninggalkan saya dan bayinya.
Tanpa pikir panjang saya pun menggendong bayi tersebut.
Kulihat wajahnya tidak ada yang aneh.
Biasa, ya tampak sperti bayi pada umumnya.
Tapi setelah kubuka selimut saya pun kaget karna bayi tersebu (maaf) tidak punya alat kelamin.
Tapi anehnya lagi bayi itu tidak menangis hanya terlihat tatapan kosong saat saya pijat.
Tak lama saat saya pijat, ketika saya pegang perutnya bayi itu malah tertawa, ya tertawa yang entah -
Tapi tiba tiba dari pintu wanita tersebut masuk dan mengambil bayinya dan pergi meninggalkan saya.
Saya bingung, dengan kejadian ini, akhirnya lelaki yang mengajak saya tadi-
Dengan tatapan kosong pria tersebut berkata
"Mbah ini upahnya, sampean langsung balik aja, tadi anak nya nyariin "
"Nanti nyampai rumah langsung minum air kendi ya"
"Emang kenapa mas kok minum air kendi?"
"Mari saya antar kedepan" ucap lelaki itu
Akhirnya saya pun kedepan dan berjalan pulang, langit masih nampak gelap, saya pikir saya kemalaman nanti anak saya nyariin.
Sesampai masuk gapura desa, ada warga yang kaget-
Tak berselang lama anak serta suami saya dan para warga mendatangi saya.
Saya bingung anak saya tiba tiba memeluk saya sambil menangis, saya coba bertanya tapi-
"Ayo pulang mak nanti saya ceritakan"
Akhirnya saya pulang tanpa bicara apapun karena bingung dengan apa yang terjadi.
Sampailah saya dirumah. Saya pun pergi minum dan tak lupa minum air kendi seperti yang diperintahakn lelaki tadi.
"Ini ada apa toh le? Saya bingung"
"Mak, mak darimana sih? 3 hari saya cari mak tapi gak ketemu" ucap anak saya
"Hah? Rumah mana sih mak? Disana hanya hutan sama sawah gak ada rumah" timpal anak saya
"Rumah besar itu loh le, lah wong mak aja dapat upah, ini loh upahnya"
Saya pun buka amplop tersebut, tapi saya kaget ternyata yang ada di dalam amplop tersebut adalah sebuah kain putih yang lusuh.
Saya hanya bisa melongo sambil memandang satu sama lain dengan anakku.
Saya yang baru sadar pun kaget gemetaran, bagaimana bisa saya tidak sadar dengan rumah tadi. Dengan perasaan takut saya pun menceritakan apa yang terjadi-
Para warga yang mendengar cerita saya pun juga kaget. Salah satu dari mereka juga ada yang menimpali
"Wahh mbah itu rumah ghoib, nenek saya dulu juga pernah cerita dengan kejadian yang mbah alami"
Gila, ya itu bahkan tidak bisa dinalar, bagaimana kejadian ini bisa menimpa saya.
Akhirnya saya hanya bersyukur karena-
Para warga pun pulang silih berganti, dan anak saya menyuruh saya agar tidak memijat keluar desa kalau tidak ada yang mengantar.