Banyak banget yang beliau ceritakan sama saya bahkan saya smpai tak habis fikir.
Panggil saja mbah Tar. Beliau termasuk orang yang sakti dan mempunyai ilmu hitam yang tinggi.
Dan para warga pun sangat mengandalkan mbah tar ini karena pada waktu itu jarak tempuh antara desa dengan rumah sakit begitu jauh apalagi waktu itu masih sedikit para warga yang punya sepeda motor.
Setelah kedatangan mbah kuning banyak masyarakat yang beralih untuk datang kepada beliau dan sedikit demi sedikit -
Murka, mungkin itu yang ada di pikiran mbah tar saat itu, bagaimana tidak, awalnya para warga berbondong" untuk berobat kepadanya tapi semenjak kedatangan mbah kuning beliau menjadi sepi pasien.
Rina, Wulan, Andin, sebagian nama nama anak kecil waktu itu yang menjadi korban ilmu hitam mbah tar.
Sebelum satu kampung pun di garap beliau.
Sebelumnya dia adalah anak yang riang seperti teman seumurannya, tapi berbeda sejak medapat penyakit kiriman yang membuatnya jatuh sakit dan membuat keluarga serta warga ngeri atas penyakitnya.
Penyakit yang membuat punggung bawahnya penuh borok, bahkan -
Tersiksa, tentu saja bahkan selain itu dia juga tidak dapat bernafas dengan benar, seperti asma tapi dengan suara yang tidak mengenakkan telinga.
Keluarganya pun bahkan sampai mencari bantuan orang pintar (dukun) yang berada di daerah T.
(Bawa pulang anakmu, yang bikin ankmu sakit minta di jenguk biar berobat ke dia sebelum anakmu makin parah).
mbah tar, beliau yang akan mereka temui.
Setelah bertemu mbah tar, orang tua rina pun memohon agar anaknya disembuhkan.
Selain ini masih banyak cerita tentang kejadian di desa istri saya yang saya tempati sekarang ..
Ohh ya nnti saya jg akan ceritakan sebut saja budhe mirna yg kena penyakit yg mengerikan karna ulah mbah tar..
Tunggu ya-
"Iyo tenang tak tambani tapi wenehi aku upah beras karo gulo, ojo lali warga kene kandanono lek ono opo-opo kongkonen rene" ucap mbah tar.
Setelah orangtua rina setuju, dengan sekejap maka sakit yang diderita rina pun sembuh.
Budhe mirna beliau merupakan orang yang kaya raya, ya beliau memilih berobat ke rumah sakit, sejak dulu tidak pernah menuju mbah tar dan juga mbah kuning.
Suatu hari pada pagi hari, budhe
mirna bertemu mbah tar dijalan.
Kaget, risih itu yang-
Tanpa basa basi budhe mirna pun nyeletuk "wes tuek polahe akeh eram, ojo kemetak dadi wong"
("Udah tua banyak tingkah pula, jangan sok jadi orang")
("Jaga bicaramu, lihat saja tak bikin sakit kamu sampai tidak ada selesainya").
Malam hari budhe mirna pun di buat kepikiran oleh omongan mbah tar, tapi anak beliau memberi saran agar tidak perlu takut karena dia punya kenalan yang sangat sakti yang berasal dari kota T.
Kejadian dimulai ketika budhe makan malam, dalam suapan ketiga beliau merasa dalam makanan dimulutnya ada yg mengganjal, setelah-
Ya beliau tidak percaya sampai-sampai menjerit memanggil anaknya.
"Lapo mak wes dalu bengok-bengok?"
(Ada apa mak usah malam teriak-teriak?)
(Ini loh aku makan kok bnyak pakunya dalam makananku).
Seakan syok dan tidak percaya aang anak pun ikut khawatir dan ketakutan.
Tidak berselang lama perut budhe mirna pun serasa di koyak koyak bagian ususnya.
Malam itu juga budhe mirna dibawa ke rumah sakit.
Sampai rumah sakit hasilnya pun nihil, setelah dicek tidak ada penyakit apapun dalam diri budhe mirna.
Malam itu budhe mirna merasakan kesakitan yang amat sangat menyiksa, entah kenapa keluarga mereka ikut ketakutan dengan kejadian yang menimpa budhe mirna.
Semalam penuh pun budhe mirna hanya menangis menahan sakit hingga pagi datang.
Mendengar teriakan beliau maka keluarganya pun datang untuk melihat ada apa gerangan sampai menjerit seperti itu.
Yah usus yang membusuk dengan aroma yang sangat bau.
Seketika dukun itu datang beliau kaget luar biasa karena melihat seisi rumah dipenuhi makhluk halus yang jahat.
Apalagi melihat budhe mirna yang ususnya -
Mengetahui hal itu sang dukun tersebut melakukan ritual untuk mengobati budhe mirna.
Oh ya lupa nama anak budhe mirna disini panggil saja mas wito.
Sang dukun juga berpesan agar tidak ada seorang pun yang mengganggunya saat ritual dimulai.
Namun tak berselang lama budhe mirna dari kamar yang lain terdengar teriak-teriak dan meronta ronta.
Sambil berjalan cepat mas wito menghampiri budhe mirna yang jongkok di bawah kasur miliknya.
Syok bahkan sampai muntah-
Dilain sisi sang dukun yang berada dikamar seberang juga terdengar menjerit sambil meminta ampun. Mas wito yang mendengar itu akhirnya menghampiri, seakan tak percaya dengan apa yang dilihat untuk yang kesekian kalinya, si dukun tersebut terkapar dengan-
Melihat kejadian demi kejadian membuat pikiran mas wito kalut dan tak percaya bahwa seorang mbah tar bisa berbuat sejauh ini untuk membuat orang menderita.
Tanpa pikir panjang mas wito menghampiri mbah tar dirumahnya,
(Bagaimana nak sudah paham? Jangan suruh orang lain untuk ikut campur urusan orang, apa perlu tak-
"Mpun mbah ngapunten, tolong jenengan akhiri mawon, kulo ngertos ibu kulo salah, tolong mbah tolong" ucapa mas wito sambil menangis.
(Sudah mbah maaf, tolong anda akhiri saja, saya paham ibu saya salah, tolong mbah tolong).
(Tidak bisa, aku sudah terlanjur sakit hati sama ibukmu, sebelum dia minta maaf kesini, jangan harap ini sudah selesai)
Masih dengan keadaan dimana keris menancap di dubur, budhe mirna diajak kerumah mbah tar oleh anaknya. Para warga yang melihat tidak ada satupun yang mendekat.
Hancur, pedih itu yang di rasakan mas wito, tapi mau bagaimana lagi kalau itu jalan terakhir.
Budhe mirna yang ikut menangis pun hanya mangangguk tanda setuju.
Mbah tar pun merasa senang dan merasa menang dengan kelakuannya.
Untuk cerita korban selanjutnya tunggu saja.
Maaf off lama.
Besok akan saya rampungkan ya.. soalnya rentetan kejadiannya itu panjang korban banyak juga.
Budhe mirna saya lanjutkan saja besok biar ndak penasaran.
"Piye? Wes nyerah yo? Padahal aku sek pengen nyikso awakmu luweh tekan iki" di iringi oleh ketawa yang keras.
Budhe mirna hanya menangis pilu dengan keadaannya. Tapi tiba-tiba keris yang menancap di dubur-
Bagai kerasukan setan, dengan beringas mbah tar pun melepas pakaian budhe mirna, tak menunggu lama mbah tar pun menjamah tubuh budhe mirna. Skip
Mas wito kaget, malu, dan marah-
Dalam hati mas wito dia bersumpah akan membalas semua perbuatan mbah tar, entah kapan itu, dia hanya menunggu waktu yang tepat.
Setelah bersetubuh mbah tar menyuruh budhe mirna dan anaknya pulang-
(Udah cukup nnti sampai rumah sakitmu hilang, jangan macam macam lagi sama aku)
Seperti yang dikatakan mbah tar sampai rumah-
Tapi rasa dendam mas wito yang memuncak seakan tak kuasa menahan.
Dia menantikan kesempatan agar suatu saat bisa membalas kejahatan mbah tar.
Mbah tar punya seorang anak perempuan, umurnya sepantaran mas wito , dan belum menikah waktu dulu.
Clue : mbah tar akan meninggal karena mas wito
Tapi sabar ya .. pokoknya rentetannya panjang, dan saya akan lompat ke korban selanjutnya
Orang yang tak banyak omong, murah senyum tapi sekarang mas wito menjadi sosok yang gampang marah dan jarang dirumah.
Setiap hari mas wito mencoba datang ke-
Tapi sayang setiap dukun yang diminta tolong menolak keras apa yang di inginkan mas wito.
Hampir puluhan dukun di datangi tapi semua nihil.
Dia bingung harus dengan cara apa agar bisa balas dendam kepada mbah tar.
"Bajingan! Aku kudu enek coro gawe mateni dukun gendeng iku" umpat mas wito
(Bajingan! Aku harus ada cara untuk membunuh dukun itu)
Bahkan ide yang sangat bagus menurutnya.
Anggun, anak mbah tar. Dia yang akan menjadi alat untuk menyiksa mbah tar. Bahkan berpikir bahwa anggun yang akan dia jadikan alat agar mbah tar bisa-
"Anggun, yo arek iku, tak gunakne gawe mateni mbah tar" bisiknya dalam hati
"Entenono tar, gak suwe koen bakal tak legrekno dewe hahahah" ucap mas wito sambil tertawa.
Pagi itu waktu menunjukkan pukul 8 pagi, mas wito yang berangkat ke sawah mencoba-
Anggun tinggal sendiri rumahnya beda gang sama mbah tar.
Mas wito coba mengamati, tapi sepertinya hari ini anggun tidak dirumah karna rumah terlihat sepi dan tertutup.
Akhirnya mas wito pun pergi ke sawah melanjutkan tugasnya.
Dengan jalan pelan mas wito yang melihat rumah anggun pun tersenyum karena anggun sedang diteras rumah-
Anggun yang duduk diteras kaget melihat kedatangan mas wito, anggun pun menyapa
"Loh mas tekan endi? Tumben mampir?"
(Loh mas darimana? Tumben mampir?)
Maklum kejadian yang menimpa keluarga mas wito yang di-
"Teko sawah nggun, gakpopo pingin mampir ae" jawab mas wito seadanya.
"Owalah, enek perlu opo mas? Sampean lungguh tak gawekne kopi"
(Ada perlu apa mas? Silahkan duduk tak buatkan-
"Pengen dolan nggun nang omah yo gak nyapo nyapo, ngerti awakmu nang jobo yo mampir ae"
(Pingin main aja nggun dirumah juga nganggur, lihat kamu diluar ya mampir aja)
Anggun pun hanya tersenyum dan masuk kedalam rumah untuk bikin kopi buat mas wito.
"Hahah kesempatanku gawe balas dendam nang tar gak suwe bakal kedaden"
(Hahah kesempatanku dalam balas dendam ke tar gak lama bakal terjadi)
Tak lama anggun pun keluar dengan membawa kopi dalam gelas cangkir.
"Iyo nggun suwun" balas mas wito
Anggun yang masih tidak enak dengan kejadian yang dialami keluarga mas wito pun berniat mengutarakan permintaan maaf.
"Mas aku jaluk sepuro ya mas, aku ngerti bapakku gak iso smpean sepuro tapi aku dadi anake-
"Wes nggun gakpopo duduk salahmu, wes pancen takdire ngene"
(Udah nggun gakpapa bukan salahmu, udah jadi takdirnya)
Anggun yang menundukkan kepala masih belum sadar dengan apa yang sudah di-
Mas wito yang sedari tadi menahan gejolak untuk menghabisi mbah tar pun terlihat celingak celingukan melihat keadaan sekitar. Dia memastikan keadaan aman untuk melaksanakan rencananya.
Tapi setelah dilihat ternyata banyak orang lalu lalang dijalan.
Dalam perjalanan mas wito masih memikirkan cara agar bisa membawa anggu keluar rumah.
"Sabar sek nunggu kesempatan neh"
Tiga hari berlalu, tepatnya jam 5 sore mas wito yang melamun memikirkan-
Setelah membeli mas wito membawa kerumah anggun.
"Assalamualaikum nggun"
"Waalaikumsallam mas, nggeh mas enek opo mas?" Jawab anggun
"Ki nggun bakso dikek i ibuk, mau dikongkon ngeterne-
"Owalah suwun mas ngerepoti ae"
"Gakpopo nggun, eh nggun aku numpang nang wc tapi terno yo" ucap mas wito
"Iyo mas monggo ayo tak terno"
Tanpa curiga anggun pun mengantar mas wito kedalam rumah.
Anggun yang berada didepan mas wito tidak tahu bahwa mas wito-
Akhirnya tanpa basa basi mas wito pun akhirnya memukul anggun, dan anggun yang tidak siap pun jatuh tersungkur kemudian pingsan.
Mas wito-
Didalam kamar anggung pun di ikat agar tidak bisa bergerak. Lama akhirnya anggun sadar, dia kaget karena badannya sudah terikat dengan mulut disumpal kain.
"Hahaha nggun aku nang kene arep balas dendam nang awakmu gara gara perbuatane bapakmu" ucap mas wito
Anggun hanya menangis dengan iba dihadapan mas wito.
Dia menyobek daster dan celana dalam yang dipakai anggun.
Anggun yang takut dan tidak bisa bergerak bebas hanya meronta ronta dan menangis.
Setelah anggun bugil mas wito dengan teganya memasukkan pisau berukuran sedang-
Anggun yang kesakitan menangis sejadi jadinya tapi sayang suaranya tidak bisa keluar dengan nyaring karena mulutnya sudah di tutup dengan kain.
Tragis, itu penggambaran yang cocok bagaimana manusia ini saling menyakiti.
(Ini loh nggun yang dirasakan ibukku, gimana rasanya nggun?hahaha)
Mas wito yang awalnya puas sekarang kaget dengan kedatangan seseorang diluar.
Mas wito yang keluar kamar sekarang sedang mengintip dibalik gorden jendela.
"Nggun..Anggunnn." ucap seorang ibu ibu-
Mas wito yang mengintip dari balik gorden kaget dan ada rasa gembira karena yang datang adalah ibu anggun, dia istri mbah tar.
"Wahh rejeki teko neh, saiki bojone" ucap mas wito dalam hati sembari tersenyum.
Mas wito yang bersembunyi di belakang pintu sembari membawa pemukul mulai membuka pintu.
Krieett..
Istri mbah tar (bulek sumi) yang melihat pintu terbuka akhirnya masuk, tapi baru beberapa langkah masuk mas wito yang-
Melihat bulek sumi yang tersungkur, mas wito menangkatnya dan tak lupa menutup pintu. Menggendong bulek sumi ke kamar dan di taruh di sebelah anaknya yakni anggun.
Anggun yang mengetahui ibunya-
Mas wito dengan gerak cepat langsung mengikat bulek sumi dan membungkam mulutnya.
Sambil menunggu bulek sumi sadar mas wito kembali menyiksa anggun.
"Nggun ngenteni ibukmu sadar ayo dulinan karo aku-
Anggun yang tak bisa apa apa hanya terus menangis dan berontak.
Mas wito yang bak dikuasai iblis terus memainkan anus anggun dengan pisau, belum puas kini giliran telinga anggun yang dia sobek perlahan lahan.
Anggun yang sudah tak kuat akhirnya pingsan setelah menerima begitu banyak rasa sakit.
Tak berselang lama bulek sumi sadar dari pingsannya. Dengan tangan di ikat dan mulut yang disumpal kain sertaa badan yang telanjang-
Meronta sambil menangis bulek sumi tidak percaya, karena melihat anak satu satunya penuh darah, dilain sisi bulek sumi melihat mas wito nampak tersenyum puas.
"Hahah lapo kaget? Anakmu sek semaput, mariki gantian asakmu
(Hahah knapa kaget? Anakmu masih pingsan, habis ini gantian kamu, tunggu gilirang masing masing)
Bulek sumi berontak mencoba melepaskan ikatan tangan dan kakinya tapi nihil, usahanya sia sia.
Bulek sumi yang melihat menangis karena mas wito dengan beringasnya menyetubuhi anggun disaksikan dengan mata kepalanya sendiri.
"Hahah enak lek anakmu iki, kok gak ket iko yo aku ngene-
(Hahah enak lek anakmu ini, kok gak dari dulu aku giniin, paling ini yang dirasakan tar saat sama makku)
Bulek sumi menutup mata sambil menangis, tak kuasa melihat anaknya diberlakukan seperti itu oleh orang lain-
Bulek sumi yang sadar dengan kehadiran mas wito yang mulai mendekat pun takut.
Dengan membawa pisau ditangannya mas wito mulai menggoreskan sedikit luka di pipi bulek sumi.
(Aku aslinya tak tega, tapi lihat perlakuan suamimu ke keluargaku, aku gak bakal lupa, dendam ku akan ada terus-
Tak menunggu lama mas wito dengan teganya menyobek lubang hidung milik bulek sumi.
Bulek sumi yang kesakitan meronta ronta, sembari menangis sesenggukan, darah mulai mengalir deras kearah pipi.
Tapi tiba tiba dari arah pintu luar terdengar dobrakan yang kuat.
Bruaaakkk...
Mas wito yang kaget melihat keluar. Dipintu yang terbuka berdiri sesosok lelaki yang tak lain adalah mbah tar.
Dengan wajah merah padam
"Bangsatt!! Wito asu awakmu iku, koen wes wani macem macem, bajingan"
Mbah tar pun menghampiri mas wito yang sedang berdiri melihatnya.
Dengan membawa pisau ditangan mas wito dengan santainya tersenyum.
Perkelahian tidak terelakkan.
"Salah siji gudu ono seng mati" ucap mas wito
Dengan pisau yang-
Darah banyak yang keluar dari perut mbah tar, tapi dengan tersenyum mbah tar berkata "goblok, dikiro aku bakal mati koyok ngene, hahahah"
Pisau yang menancap pun akhirnya diambil mbah tar dari perutnya, kulit yang awalnya robek-
Mas wito yang melihat mulai was was ketakutan.
"Goblok, masiho kon gawe senjata opo ae percuma, selagi kon durung ngerti pengapesanku, ojo arep arep aku mati" ucap mbah tar dengan tertawa
"Anggun ." Ucap mas wito
Mbah tar ikut berlari mengikuti dan membunuh mas wito dengan menancapkan pisau ke lehernya.
"WITO BANJINGANN!!!"
Banyak nyawa yang jadi korban.
Mbah tar yang diliputi perasaan marah menikam mayat mas wito dengan keji mengacak ngacak daging hingga mukanya tanpa celah.
Tetangga anggun yang-
Keesokan pagi para warga berdatangan setelah mendapat info dari tetangga anggun.
Entah budhe mirna tak tau apa yang terjadi, yang budhe mirna tau hanya cerita dari tetangga anggun yang mengatakan semalam-
Dilain sisi dengan kematian anaknya mbah tar juga merasa kehilangan, entah karna anggun adalah pengapesannya atau bagaimana, tapi yang pasti setelah kematian anaknya mbah tar seperti menjadi-
Setelah anaknya meninggal tak sampai satu bulan giliran istrinya yang harus pergi menemui anaknya.
Mbah tar yang mengalami hal tersebut akhirnya jatuh sakit dan mengalami setruk.
Tak lama beliau juga akhirnya
Sampai saat ini cerita tragis mbah tar masih tetap ada dan masih jadi cerita turun temurun. Sekian.
Maaf ya langsung saya akhiri, soalnya saya sibuk sekali, beberapa hari lagi saya juga mau keluar kota.
Oh ya nnti saya akan buat thread baru yang tak kalah seru tunggu