, 56 tweets, 27 min read
My Authors
Read all threads
Pagi ini, saya teringat sedikit pembicaraan dengan @nonAngie sewaktu dalam perjalanan menuju salah satu bandara Moskow minggu lalu. Saya bilang, saya punya semacam hipotesis kenapa kebanyakan orang Indonesia mudah termakan hoaks (bahkan yang berpendidikan).
@nonAngie Saya bilang begini. Well, sejak kecil, hampir semua orang Indonesia “didoktrin” dengan salah satu nasihat pamungkas: “malu bertanya, sesat di jalan”. Masalahnya, masih relevankah “nasihat” itu? Mari kita bahas.
@nonAngie Semua ini berawal dari “kejenuhan” (sebetulnya, “kekesalan”) saya melihat tingkah laku kebanyakan orang Indonesia yang cenderung malas mencari tahu dan (pada akhirnya) hanya mengandalkan orang lain untuk memberi tahu mereka.
@nonAngie Bagi sebagian besar orang, ini mungkin hal yang terlalu dibesar-besarkan, tapi sikap semacam itu berpengaruh besar pada perkembangan mental bangsa kita selama ini.
@nonAngie Saya mengurus sejumlah akun media sosial nonpribadi. Akun ini memiliki situs yang menyajikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan orang-orang yang memang memiliki ketertarikan pada topik yang kami bahas.
@nonAngie Selama hampir lima tahun saya mengurus akun ini, selama itu pula saya mendapatkan begitu banyak pertanyaan dari penggemar atau pengikut kami mengenai hal-hal yang sebetulnya bisa (dengan mudah) mereka temukan di situs itu.
@nonAngie Kami bahkan mengubah tampilan situs beberapa kali, menguji kemudahan penggunaan situs, dan membuat semua tampilan muka situs dalam bahasa Indonesia. Namun, tetap saja, orang-orang terus bertanya.
@nonAngie Seolah-olah, mereka memang tak mau repot-repot memainkan sedikit jari-jemari untuk mengetikkan kata kunci dan kemudian menekan tombol “enter”.
@nonAngie Orang-orang hampir selalu bertanya “bagaimana ini”, “bagaimana itu”, di kolom-kolom komentar media sosial kami.
@nonAngie Sebagai seorang admin yang (harus) ramah, saya — tentu saja — berusaha menjawab pertanyaan mereka sambil sesekali memberi penjelasan bahwa pertanyaan-pertanyaan itu dapat mereka temukan di situs kami dengan mengetikkan kata kunci tertentu.
@nonAngie Pada dasarnya, itu sama seperti ketika mereka hendak mencari sesuatu di mesin-mesin pencari (Google, dsb.).
@nonAngie Hal yang sama pun terjadi di dalam obrolan grup beasiswa luar negeri yang saya ikuti. Setiap kali ada anggota baru, setiap itu pula muncul pertanyaan berulang mengenai panduan beasiswa dan pertanyaan-pertanyaan umum lainnya.
@nonAngie Padahal, grup itu memiliki fitur “pinned message” sehingga siapa pun bisa mengikuti informasi apa saja yang terlewatkan.
@nonAngie Apalagi, admin grup sudah “berbaik hati” dengan membuat semacam FAQ (Frequently Asked Questions) yang sudah menjawab hampir segala pertanyaan umum mengenai beasiswa tersebut.
@nonAngie Namun, orang-orang selalu saja menanyakan hal yang sama, yang jawabannya sudah tertera pada “pinned message” tersebut.
@nonAngie Saya, memang cenderung diam alias menjadi silent reader. Walau begitu, “kesamaan” tingkah hampir kebanyakan orang Indonesia seperti itu membuat saya berpikir bahwa ini semua kemungkinan besar terjadi akibat doktrin “malu bertanya, sesat di jalan” yang telanjur melekat erat.
@nonAngie Hal berikutnya yang tak jarang membuat saya “jenuh” adalah setiap kali melihat pertanyaan-pertanyaan para pengikut pakar tertentu di media sosial.
@nonAngie Ambil contoh, akun Twitter-nya @ivanlanin, seorang pakar internet Indonesia, yang terutama dikenal sebagai seorang aktivis yang menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memperkenalkan padanan Indonesia dari istilah-istilah asing.
@nonAngie @ivanlanin Saya mengikuti beliau di Twitter karena twitnya sangat relevan dengan pekerjaan saya. Di satu sisi, saya senang karena ternyata banyak orang Indonesia yang mulai sadar dengan pentingnya bahasa Indonesia itu sendiri.
@nonAngie @ivanlanin Banyak pengikut Ivan yang sering menanyakan hal-hal kebahasaan pada Ivan, dan sebetulnya itu hal yang bagus. Namun, sejujurnya, kebanyakan pertanyaan mereka itu adalah sesuatu yang bisa dengan mudah dicari di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
@nonAngie @ivanlanin Saya tidak bicara soal membeli kamus itu secara fisik yang harganya ratusan ribu (karena orang-orang tentu lebih memilih memiliki ponsel jutaan rupiah daripada KBBI). Bukan, saya bicara soal situs KBBI daring (online) yang sangat mudah diakses oleh siapa pun.
@nonAngie @ivanlanin Begitu pula dengan masalah ejaan. Banyak sekali hal-hal yang sebetulnya bisa mereka cari tahu sendiri di PUEBI (dulu EYD), baik dengan membeli bukunya (yang harganya sebetulnya sangat murah) atau mencari sendiri di internet.
@nonAngie @ivanlanin Beliau sendiri bahkan membuat situs PUEBI daring sehingga memudahkan segala pencarian soal panduan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang itu pun saya bagikan/sarankan kepada mahasiswa-mahasiswa saya.
@nonAngie @ivanlanin Sayangnya, lagi-lagi, orang-orang Indonesia lebih suka bertanya daripada mencari tahu sendiri. Betul, bertanya memang bagian dari upaya mencari tahu.
@nonAngie @ivanlanin Namun, sebaiknya kita baru bertanya setelah betul-betul sudah berusaha mencari tahu sendiri jawaban yang kita butuhkan atau kalau informasi yang kita butuhkan memang dirasa hanya bisa dijawab oleh orang-orang yang betul-betul ahli di bidangnya.
@nonAngie @ivanlanin Kalau kita hanya menggunakan teknologi yang sekarang ada dalam genggaman kita ini untuk sekadar bertanya, tak heran orang-orang Indonesia sangat rentan terhadap hoaks.
@nonAngie @ivanlanin Bagi saya, malas mencari tahu dan malas mengecek kebenaran adalah salah satu pangkal kebodohan massal dan bahkan “pelecehan” terhadap nikmat akal yang dianugerahkan Tuhan.
@nonAngie @ivanlanin Jadi, karena saya tidak mau berkontribusi dalam memperparah kebodohan massal, khususnya di negeri ini, sebisa mungkin saya selalu berusaha mencari tahu sendiri segala hal yang ingin saya ketahui sebelum (akhirnya) bertanya pada orang lain.
@nonAngie @ivanlanin Karena itu, saya percaya bahwa nasihat “malu bertanya, sesat di jalan” sudah tidak lagi relevan di era modern saat ini. Kalau kita bicara soal masa lalu, ketika belum ada teknologi informasi secanggih saat ini, nasihat tersebut (mungkin) masih relevan.
@nonAngie @ivanlanin Puluhan tahun lalu, orang-orang tidak bisa mendapatkan informasi semudah sekarang. Akses terhadap buku-buku pengetahuan pun masih terbatas. Jadi, membangun budaya “bertanya” kalau tidak tahu memang tepat.
@nonAngie @ivanlanin Secara tidak kita sadari, nasihat “malu bertanya, sesat di jalan” membentuk karakter masyarakat kita. Kita terbiasa “dimanja” mendapatkan jawaban.
@nonAngie @ivanlanin Ada semacam “perintah bawaan” dalam otak kita, ketika tidak tahu maka bertanyalah, bukan mencari tahu terlebih dulu. Kenapa? Karena begitulah yang tertanam erat sejak kecil, dari generasi ke generasi.
@nonAngie @ivanlanin Akhirnya, kita enggan berusaha mencari tahu sendiri kebenaran. Kenapa? Salah satunya tentu ada perasaan tidak percaya diri dengan hasil pencarian yang didapat.
@nonAngie @ivanlanin Orang-orang merasa tidak yakin dan beberapa bahkan takut bahwa informasi yang dia peroleh tidak benar atau tidak bisa dipercaya. Orang-orang lebih percaya pada perkataan orang lain yang (mungkin) mereka anggap lebih “pintar”.
@nonAngie @ivanlanin Lantas, bagaimana kalau tidak bisa bertanya? Ya … tunggu saja sampai ada yang menjawab. Begitu, 'kan? Yang penting “sudah berusaha” bertanya. Ini yang salah. Seharusnya, “berusaha mencari tahu”, bukan “berusaha bertanya”.
@nonAngie @ivanlanin Yang salah bukan rasa ingin tahunya, melainkan rasa malas untuk memaksimalkan segala daya dan upayanya sebagai manusia (yang disebut sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan) untuk bergerak, menggunakan akal pikirannya, dan mencari tahu sendiri.
@nonAngie @ivanlanin Saya bilang kepada @nonAngie, pastinya kita ingat dengan serial “Dora the Explorer”. Kartun itu mungkin terkesan remeh, tetapi pernahkah kita melihat pesan edukatif di dalamnya?
@nonAngie @ivanlanin Dora, seorang anak berusia tujuh tahun, bertualang bersama monyetnya ke alam liar dengan bantuan … peta. “Who do we ask for help when we don’t know which way to go? The map. That’s right!” Begitulah kata Dora.
@nonAngie @ivanlanin Anak-anak di belahan dunia lain, sejak kecil diajarkan mandiri, percaya diri, dan menyelesaikan sendiri masalahnya. Salah satunya, jika tersesat, buka dan baca peta. Kenapa bukan mencari bantuan orang lain terlebih dahulu, lalu tanyakan ke mana jalan yang benar?
@nonAngie @ivanlanin Di sini terlihat bagaimana anak-anak di luar negeri sana dibangun mentalnya sejak dini untuk bisa menolong dirinya sendiri.
@nonAngie @ivanlanin Oh ya, tentu, mereka juga diajarkan untuk bisa menghubungi nomor gawat darurat, sepeti 911 di AS, misalnya. Namun, lebih dari itu, mereka diajarkan keterampilan “problem solving”.
@nonAngie @ivanlanin Ingat serial Nickelodeon Blue’s Clues? Acara ini juga mengasah keterampilan “problem solving” anak-anak. Sejak dini, mereka diajarkan untuk membangun logika.
@nonAngie @ivanlanin Ketika ada masalah, ambil buku catatan — catat berbagai petunjuk (bisa dalam bentuk gambar), dan kaitkan antara satu sama lain, kemudian tarik kesimpulan.
@nonAngie @ivanlanin Jadi, di sini, saya melihat betapa semangat “problem solving” kebanyakan orang Indonesia sangat lemah. Kebanyakan dari kita mengandalkan jawaban dari orang lain — dan percaya padanya.
@nonAngie @ivanlanin Padahal, pada era digital ini, segala informasi tersedia di mana-mana — ya, mulai dari yang tepercaya hingga yang paling aneh. Karena itulah, kita harus bisa memilah-milih dan tidak mudah percaya begitu saja. Orang-orang harus lebih kritis terhadap apa pun.
@nonAngie @ivanlanin Mungkin ada yang menganggap ini terlalu berlebihan, tapi … cobalah untuk sedikit saja merenungkannya. “Malu bertanya, sesat di jalan” bukan lagi nasihat yang harus ditanamkan.
@nonAngie @ivanlanin Gantilah dengan: “malas mencari tahu, pangkal kufur” (misalnya) — kalau dalam KBBI, kufur berarti tidak pandai bersyukur, dan saya pikir itu kata yang tepat dalam konteks ini.
@nonAngie @ivanlanin Jelas, malas mencari tahu berarti malas berpikir. Malas berpikir berarti tak mensyukuri nikmat akal yang telah diberikan Tuhan, 'kan? Artinya apa? Kufur. 🤔
@nonAngie @ivanlanin Namun demikian, jangan salah sangka — ini bukan berarti “tidak boleh bertanya” sama sekali. Bertanya pun penting, tapi setidaknya tunjukkanlah sedikit usaha untuk mencari tahu sendiri terlebih dahulu.
@nonAngie @ivanlanin Mustahil kita bisa menjadi bangsa yang betul-betul mandiri kalau sedikit-sedikit bertanya. Gunakanlah semaksimal mungkin teknologi yang sudah sangat memudahkan hidup kita ini untuk menambah wawasan. Jangan cuma digunakan untuk “bertanya” pada orang lain. Cari tahu!
@nonAngie @ivanlanin Sayangnya, saya pun melihat hal yang cukup kontradiktif pada fenomena ini. Sebetulnya, dalam hal “mengulik” informasi pribadi seseorang (bukan cuma tokoh masyrakat), orang Indonesia bisa dibilang cukup rajin dalam menggali sebanyak mungkin informasi.
@nonAngie @ivanlanin Dalam hal ini, mereka betul-betul memanfaatkan segala daya dan upayanya sebagai manusia untuk mencari informasi yang kemudian mungkin bisa disebarluaskan, entah untuk menjatuhkan orang itu atau urusan lain.
@nonAngie @ivanlanin Buktinya bisa kita lihat di meme-meme populer hingga berita-berita sampah mengenai selebritas.
@nonAngie @ivanlanin Jadi, mari kita ubah “kebiasaan” lama kita yang lebih senang “bertanya” daripada “mencari tahu” sendiri terlebih dahulu. Tinggalkan nasihat “mari bertanya, sesat di jalan” karena itu sudah kuno, tidak lagi relevan di zaman sekarang.
@nonAngie @ivanlanin Dengan begitu, mudah-mudahan kita pun berkontribusi dalam mengubah mental bangsa ini. Apalagi, ini memang salah satu bentuk “nyata” revolusi mental (kalau memang benar-benar mau direvolusi).
@nonAngie @ivanlanin Jadi, tinggalkan kebiasaan-kebiasaan lama, bangun kebiasaan-kebiasaan baru, dan jangan lupa: disebarkan — mengubah (mental) bangsa ini tidak bisa sendirian.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Fauzan Al-Rasyid

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!