My Authors
Read all threads
KALONG WEWE
.
"Aja metu sendekala."
.
● Based on True Story ●
.
#bacahorror @bacahorror #threadhorror
Cerita ini gw tahu saat gw masih SMP sekitar tahun 2011. Ini bukan pengalaman gw sendiri, tapi pengalaman tetangga gw yang waktu itu masih kelas 5 SD, sebut saja namanya Rama.

#bacahorror | @bacahorror
Sore itu langit lumayan cerah berwarna oranye kekuningan, yang artinya cuaca sedang cerah, jika didesa gw orang-orang biasa sebut "terang sore".
Gw seperti biasa main bola volly di lapangan desa bareng temen-temen gw. Kebetulan lapangan desa berhadapan langsung dengan masjid. Jadi jika maghrib sudah menjelang, kami semua langsung tahu.
Waktu itu Pak Jum sudah rapi mengenakan sarung, baju koko, dan kopiah. Sedang berjalan menuju ke masjid.
"Le..ayo do bubar do sholat maghrib jamaah yok neng mesjid?!" (Nak..ayo pada bubar pada sholat maghrib berjamaah yok di masjid?!) tegur Pak Jum seraya melambaikan tangannya.
"Iyo Pakdhe dilit neh bubaran kok niki.." (Iya Pakdhe sebentar lagi bubaran kok ini..) jawab Maun yang mewakili kami semua.
Pak Jum pun berlalu dan bergegas ke dalam masjid lalu tak berselang lama adzan berkumandang.
Gw dan temen-temen pun membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing. Saat gw sampai di depan pintu rumah gw, Bu Larsih tetangga gw menegur gw.
"Wisnu??? Awakmu po ra tumon Rama?" (Wisnu??? Kamu tidak melihat Rama?) tanya Bu Larsih dengan sedikit berteriak dari teras
rumahnya.
"Walah boten ngertos Bu..mangkiniki ten lapangan nggih boten wonten. Lah pripun Bu?" (Walah nggaktau Bu..tadi di lapangan juga nggak ada. Gimana Bu?) jawabku sambil berjalan mendekati tempat Bu Larsih berada.
"Lah Rama tekan maghrib ngene ki kok ya durung bali, senengane nek dolan ora kelingan wektu!" (Lah Rama sampai maghrib begini kok ya belum pulang, sukanya kalau main gak ingat waktu!) jawab Bu Larsih dengan ekspresi kesalnya.
"Paling sekedap malih wangsul Bu, Ramane. Kula tak mlebet riyin nggih badhe adus kalih sholat maghrib." (Paling sebentar lago pulang Bu, Ramanya. Saya tak masuk dulu ya mau mandi dan sholat maghrib) ucap gw seraya meninggalkan Bu Larsih dan masuk ke dalam rumah.
Gw pun mandi dan lanjut sholat maghrib. Selesai gw sholat, gw nonton tv. Gw denger bapak lagi ngobrol di teras rumah. Dari ruang tengah gak terlalu jelas pembicaraan mereka. Gw tetep asyik nonton tv. Tak berapa lama, bapak masuk sambil memanggil Ibu yang ada di kamar.
Ibu pun keluar kamar dan menuju ruang tengah.
"Buk...Ibuk ra tumon Rama miki sore?" (Bu...Ibu tidak melihat Rama tadi sore?) tanya Bapak yang sekarang duduk di samping gw.
"Ora lho Pak, Ibuk kit awan tekan sore ki neng dapur karo neng kamar je..ngopo e Pak?"
(Nggak lho Pak, Ibu dari tadi siang sampai sore itu di dapur sama di kamar..kenapa emangnya Pak?) tanya Ibu penasaran.
"Lho Rama tep durung bali to Pak?" (Lho Rama tetap belum pulang Pak?) tanyaku memotong pembicaraan Bapak dan Ibu.
"Nah kui...miki Pak Dodi ngomong jarene Rama durung bali kit jam 4 sore..padahal jam setengah 4 jek ketok neng mburi omah.." (Nah itu...tadi Pak Dodi bilang katanya Rama belum pulang dari jam 4 sore..padahal jam setengah 4 masih kelihatan di belakang rumah..) ucap Bapak sembari
menyalakan rokoknya.
***
Setau gw, Pak Dodi, Bapaknya Rama, sejak Rama kecil gak terlalu deket sama Rama. Karena Pak Dodi orangnya dingin dan kaku. Rama justru deket banget sama ibunya, Bu Larsih. Rama ini anak tunggal. Sempat akan punya adik namun keguguran.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Tapi Rama belum juga pulang. Pak Dodi dan Bu Larsih mulai tak karuan. Gw, Bapak, dan Ibu nimbrung di rumah mereka untuk menenangkan mereka. Akhirnya Pak Dodi memutuskan untuk lapor ke pak RT. Pak Dodi pun memukul kenthongan
yang ada di pos ronda yang berada gak jauh dari rumah gw.
Beberapa tetangga gw penasaran dan mulai berdatangan ke rumah Pak Dodi. Kami memutuskan untuk mencari Rama.
Karena setau gw Rama ini anaknya pendiam, sedikit introvert, dan lebih suka menyendiri.
Biasanya Rama hanya mau main dengan teman dekatnya saja si Husen. Gw pun udah coba tanya ke Husen yang rumahnya juga hanya berjarak 5 rumah saja dari rumah Rama. Tapi Husen pun gak bareng Rama sejak 2 hari yang lalu.
Menurut Bu Larsih, memang sudah beberapa hari ini Rama terlihat lebih murung. Dan suka sekali duduk dibawah pohon rambutan belakang rumahnya. Tiap kali Bu Larsih bertanya, Rama selalu jawab nggak papa.
Gw ikut pencarian bersama-sama warga. Kami mencari ke beberapa rumah warga. Lalu ke kebun-kebun bambu. Bahkan mencari ke dalam sumur-sumur beberapa warga. Tapi hasilnya nihil.
Bu Larsih sudah menangis sejadi-jadinya karena anak semata wayangnya hilang.
Sudah 5 jam pencarian, Rama belum juga ditemukan.
Jam 01.00 dini hari, gw dan warga yang lain kembali ke rumah Pak Dodi. Di ruang tamu ada Bu Larsih dan Ibu gw.
Pak RT menyarankan buat menunggu sampai besok pagi saja. Kalau besok pagi Rama belum pulang, baru lapor ke polisi.
Pak Dodi pun menyetujuinya. Sementara Bu Larsih masih menangis.
Gw, Bapak, dan Ibu pamit pulang untuk beristirahat.
Sesampainya di ruang tengah, Ibu membuka obrolan.
"Gek wingi kae Bu Larsih sakjane crito jare nek Rama lagi ono masalah karo Bapak e mung gara-gara hal sepele."
(Kemarin itu Bu Larsih sebenernya cerita katanya Rama lagi ada masalah sama Bapaknya cuma gara-gara hal sepele) ucap Ibu kepada gw dan Bapak.
"Lha jare gara-gara masalah opo Bu?" (Lah katanya gara-gara masalah apa Bu?) tanya Bapak menanggapi ucapan Ibu.
"Mung gara-gara Rama ora sengaja mbuang bungkus rokok e Bapak e, di kiro ne wis kosong jebul jek isi 2 ler..padahal yo bar kui jek iso dijipuk lha wong mung dibuang
neng tempat sampah dapur e, tapi kok yo njuk dipermasalahkan banget neng Bapak e sampek Rama di seneni ra karuan.." (Cuma gara-gara Rama gak sengaja buang bungkus rokoknya Bapaknya, dikiranya sudah kosonh ternyata masih ada isinya 2 batang..padahal ya setelah itu masih bisa
diambil, lha orang cuma dibuang di tempat sampah dapurnya, tapi kok terus dipermasalahkan banget sama Bapaknya sampai Rama dimarah-marahi gak jelas..) jelas Ibu kepada gw dan Bapak.
Karena hari sudah semakin pagi buta, gw, Bapak, dan Ibu memilih tidak melanjutkan obrolan tentang Rama dan memutuskan untuk tidur.
Paginya sekitar pukul 05.30, terdengar teriakan Bu Larsih yang cukup kencang dan sedikit mengagetkan gw sekeluarga.
"MasyaAllah Ramaaa!!!" teriak Bu Larsih dari dalam rumahnya. Gw bisa denger karena memang rumah kami benar-benar bersebelahan, tembok rumah kami hanya berjarak 1 meter saja.
Gw, Bapak, dan Ibu buru-buru keluar rumah dan menuju rumah Rama.
Di ruang tamu gw langsung bisa melihat Rama sedang terduduk lemas di sofa, dengan baju sobek-sobek dan badan yang kotor oleh tanah. Kondisi Rama juga menggigil. Bu Larsih mengambilkan air hangat untuk Rama minum, setelahnya Rama digendong Bapaknya dibawa ke kamar.
Badan Rama demam, suhu tubuhnya panas sekali. Rama belum bisa ditanyai apa-apa. Jika ditanya dia hanya diam saja seperti orang yang shock berat.
"Iki kok iso bali Bu? Maune kepiye?" (Ini kok bisa pulang Bu? Tadinya gimana?) tanya Ibu gw kepada Bu Larsih yang sekarang sedang
mengompres Rama.
"Ha emboh Bu, aku ki lagi nyapu ruang tamu yo jek karo serap serep, lha ujug-ujug bocahe teko, kondisine wes kaya kui. Tekan saiki yo durung iso ditakoni.." (Ha gaktau Bu, aku itu lagi nyapu ruang tamu ya masih sambil nangis, lha tiba-tiba anaknya dateng,
kondisinya sudah kaya gini. Sampai sekarang ya belum bisa ditanyai..) jawab Bu Larsih.
Sementara Ibu gw dan Bu Larsih ngobrol, Bapak gw dan Pak Dodi keluar dari kamar dan terdengar ngobrol di ruang tamu.
Beberapa tetangga pun berdatangan melihat keadaan Rama.
Gw memilih duduk di dipan Rama sambil sesekali memijit kaki Rama yang masih menggigil.
Setengah jam kemudian, Rama sudah tidak menggigil lagi, dia terlihat mulai membaik. Tatapannya tak kosong lagi seperti tadi. Bu Larsih pelan-pelan mengajak Rama bicara.
"Le..?? Opo sing dirasa Le??" (Nak..?? Apa yang dirasain Nak??) tanya Bu Larsih sambil mengusap kepala dan rambut Rama yang berkeringat.
Rama masih diam.
"Ayo crita karo Ibu yo..Rama rausah wedi, rapopo Rama wis neng omah wis aman kabeh, crita yo.."
(Ayo cerita sama Ibu ya..Rama gakusah takut, gakpapa Rama sudah di rumah sudah aman semua, cerita ya..) lanjutnya.1
Rama kemudian menangis kencang. Semua orang disitu pun panik dan berusaha menenangkan, untungnya Rama hanya menangos sebentar saja.
"Buk..aku digondol kalong, digowo neng kuburan, dicantolne neng wit kamboja sewengian aku raiso mudun, wit e duwur, aku wedi banget.." (Buk..aku diculik kalong, dibawa ke pemakaman, ditaruh di pohon kamboja semalaman aku gakbisa turun, pohonnya tinggi, aku takut banget..)
Rama mulai bercerita dengan tutur yang terbata-bata.
Kami semua mencoba mendengarkan Rama dengan seksama.
Bu Larsih terlihat berkaca-kaca namun dia menahannya untuk tidak menangis.
"Ayo Le..critane alon-alon yo..awal e ki kepiye? Kowe lagi ngopo?" (Ayo Nak..ceritanya
pelan-pelan ya..awalnya itu gimana? Kamu lagi ngapain?)
Rama kembali terdiam. Dia melihat ke arah Bapaknya, kemudian berpaling menghadap ke tembok memunggungi kami semua.
Ekspresi Pak Dodi pun berubah, seperti orang yang bersalah.
"Rama..Rama..ayo Le gek ndang crito ben Ibu karo tonggo-tonggo reti opo sing kedadeyan ning awakmu.." (Rama..Rama..ayo buruan cerita biar Ibu dan tetangga-tetangga tahu apa yang terjadi sama kamu..) bujuk Bu Larsih.
Rama yang baru berumur 10 tahun mulai menceritakan
detail kejadiannya dengan kepolosannya.
"Wingi kae aku lagi lungguh Buk neng ngisor wit rambutan mburi omah, trus Bapak teko, ekspresine jek ora ngenaki sejak aku ra sengaja buang bungkus rokok e, aku takok bener-bener nang Bapak malah dijawab jutek banget,
yowes aku biasa wae, ra tak pikir, mikirku nek Bapak jek kesel wae ning aku. Trus ora let sui bar kui adzan maghrib. Ujug-ujug aku krosone kaya mabur tapi aku setengah sadar, kaya lagi digowo neng makhluk duwe sayap ombo banget tapi bar kui aku ora sadar. Gek pas aku sadar
aku wes neng nduwur wit kamboja neng kuburan. Wit e duwur sing neng tengah-tengah kuburan. Aku dicantolne neng salah siji dahan wit e, neng dahan liyone aku delok ono makhluk mirip kalong kampret tapi gede banget, sirahe wujud menungso wong wedok rodok tuek, rambute putih dowo,
dowone meh tekan lemah, duwe taring dowo, matane warna abang murup.." (Kemarin itu aku lagi duduk di bawah pohon rambutan belakang rumah, trus Bapak dateng, ekspresinya masih gak ngenakin sejak aku gak sengaja buang bungkus rokoknya, aku tanya baik-baik malah sama Bapak dijawab
jutek banget, yaudah aku biasa aja, gak tak pikir, pikirku mungkin Bapak masih kesal aja sama aku. Trus gak lama setelah itu adzan maghrib. Tiba-tiba aku berasa kaya terbang tapi aku setengah sadar, kaya lagi dibawa sama makhluk yang punya sayap lebar banget dan setelahnya aku
gak sadar. Pas aku sadar, aku sudah di atas pohon kamboja di pemakaman. Pohonnya tinggi yang ada di tengah-tengah makam. Aku ditaruh di salah satu dahannya, di dahan yang lain aku melihat makhluk mirip kelelawar tapi besar banget, kepalanya berwujud manusia wanita agak tua,
rambutnya putih panjang, panjangnya hampir sampai ke tanah, punya taring panjang, matanya merah menyala..) terang Rama kepada kami semua.
Sebenaenya cerita Rama masih panjang tapi gw akan tulis menggunakan narasi saja bukan dialog karena kalau pakai dialog gw harus menerjemahkan jadi memakan waktu.
Menurut Rama, saat dia berada diatas pohon kamboja, makhluk yang menculiknya hanya diam sambil sesekali merapikan rambutnya. Dia tidak menyakiti Rama, bahkan menyentuh pun tidak. Rama hanya bisa menangis ketakutan, sambil berpegangan erat di dahan menahan tubuhnya agar tidak
jatuh. Dalam waktu semalam itu, beberapa kali makhluk tersebut terbang pergi entah kemana, dan akan kembali lagi. Rama sempat memberanikan diri bertanya kepada makhluk tersebut.
"Kowe sopo? Ngopo aku kok digowo rene?" (Kamu siapa? Kenapa aku dibawa kesini?) tanya Rama.
"Wes to Le, kowe ra usah wedi. Kowe ra bakal tak kapak-kapakke, kowe meneng o wae neng kene sewengian. Ben wongtuekmu oleh pelajaran e koyo ngopo rasane kelangan anak. Sesuk isuk kowe iso bali." (Sudah ya Nak, kamu nggak usah takut. Kamu gak bakal tak apa-apain, kamu diam saja
disini semalaman. Biar orangtuamu dapat pelajarannya gimana rasanya kehilangan anak. Besok pagi kamu kamu bisa pulang) jawab makhluk tersebut. Bibirnya tak berbentuk, jika mulutnya terbuka, darah menetes beserta air liurnya. Sangat menjijikan.
Rama pun menurut saja.
Bu Larsih mendengarkan cerita Rama sambil pelan-pelan membuka baju Rama yang sobek-sobek itu. Pak Dodi terlihat mengambil handuk basah untuk mengelap tubuh Rama yang kotor karena tanah.
Rama melanjutkan ceritanya. Saat pagi tiba, dan Rama sudah mendengar suara kokok ayam jago dimana-mana. Dia memberanikan diri untuk turun dari pohon kamboja. Rama turun dengan sangat berhati-hati, ya maklumlah untuk anak berumur 10 tahun, pohon tersebut masih terbilang tinggi.
Dia turun dengan merayap di dahannya, itu yang menyebabkan baju Rama sobek-sobek. Lalu ketika sudah berjarak sekitar 2 meter dari tanah, Rama menjatuhkan dirinya. Karena tanah di pemakaman memang terbilang cukup becek, terlebih waktu itu sebenarnya masih musim hujan,
akhirnya tubuh Rama kotor terkena tanah kuburan.
Jarak pemakaman dengan Rumah Rama memang gak begitu jauh, hanya berkisar 500 meter.
"Yowes yo Le..seng penting Rama wis bali, Rama selamet, ngapuro Bapak karo Ibu yo Le raiso njogo Rama.. saiki Rama ngaso sek, bubuk yo.."
(Ya sudah ya Nak..yang penting Rama sudah pulang, Rama selamat, maafin Bapak sama Ibu ya Nak gakbisa njagain Rama.. sekarang Rama istirahat dulu, tidur ya..) ucap Bu Larsih lembut seraya mencium kening Rama.
Bu Larsih buru-buru mengganti baju Rama, suhu tubuhnya mulai turun.
Kami semua keluar dari kamar Rama. Rama dibiarkan istirahat.
Beberapa tetangga satu persatu membubarkan diri melanjutkan aktifitasnya masing-masing. Kemudian, Pak RT tiba-tiba baru datang dan menanyakan keadaan Rama. Pak RT pun memberi nasihat kepada Pak Dodi dan Bu Larsih.
Gw, Bapak, dan Ibu pun turut mendengarkan nasehat dari Pak RT.
Setelah Pak RT selesai memberi wejangan. Beliau pamit karena harus ada agenda yang dia lakukan. Di rusng tamu rumah Rama tersisa gw, Bapak, Ibu, Pak Dodi dan Bu Larsih.
"Jenengan iku nek ngopo-ngopo senengane mung nganggo emosi, garai anak e dewe dadi koyo ngono!"
(Kamu itu kalau apa-apa sukanya cuma pakai emosi, menyebabkan anak kita jadi seperti itu!) ucap Bu Larsih kepada Pak Dodi dengan raut wajah yang kesal.
Pak Dodi hanya diam saja mencoba menghela nafas panjang.
Gw sekeluarga gak enak hati bila harus terus berada disana,
karena sepertinya akan ada sedikit pertengkaran antara Pak Dodi dan Bu Larsih.
Bapak gw pun pamit, dan mengajak gw dan Ibu untuk pulang.

***
Mengenai mitos Kalong Wewe di daerah gw.

Ada yang sebut Kalong Wewe itu sama dengan Wewe Gombel. Tapi di daerah gw kedua makhluk itu berbeda.
Karena Wewe Gombel gak punya sayap sedangkan Kalong Wewe punya sayap menyerupai kelelawar raksasa.
Namun keduanya sama-sama suka menculik anak kecil yang sendirian.
Wujudnya pun sama-sama wanita tua.

Kalau dari kejadian yang Rama alami, Rama diculik Kalong Wewe ketika sandekala atau kalau di daerah gw identik dengan menjelang maghrib.
Walaupun untuk makna yang sebenarnya dan lebih luas sandekala berarti 'waktu yang tidak tepat atau waktu yang kurang baik'.
Menurut orangtua, waktu menjelang maghrib memang bukan waktu yang baik berada di luar rumah.
Karena menurut Islam pun, menjelang maghrib terjadi perbenturan frekuensi dimensi nyata dan dimensi ghaib dimana jin, iblis, dan syaitan sedang berkeliaran dimana-mana.
Sedangkan di daerah gw, Kalong Wewe mitosnya biasanya menculik anak-anak yang disia-siakan oleh orangtuanya, dan bertujuan memberi pelajaran kepada para orangtua untuk lebih menjaga dan menyayangi anak-anaknya.
Mungkin ada pendapat lain dari daerah kalian yang berkaitan dengan Kalong Wewe atau Wewe Gombel, bisa sharing di komentar ya gaes!!
Sekian cerita Kalong Wewe, semoga bisa dipetik hikmah dan pelajaran.

Terimakasih sudah membaca 🙏😊

-sekala niskala-
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Sekala Niskala

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!