.
"Aja metu sendekala."
.
● Based on True Story ●
.
#bacahorror @bacahorror #threadhorror
#bacahorror | @bacahorror
"Le..ayo do bubar do sholat maghrib jamaah yok neng mesjid?!" (Nak..ayo pada bubar pada sholat maghrib berjamaah yok di masjid?!) tegur Pak Jum seraya melambaikan tangannya.
Pak Jum pun berlalu dan bergegas ke dalam masjid lalu tak berselang lama adzan berkumandang.
"Wisnu??? Awakmu po ra tumon Rama?" (Wisnu??? Kamu tidak melihat Rama?) tanya Bu Larsih dengan sedikit berteriak dari teras
"Walah boten ngertos Bu..mangkiniki ten lapangan nggih boten wonten. Lah pripun Bu?" (Walah nggaktau Bu..tadi di lapangan juga nggak ada. Gimana Bu?) jawabku sambil berjalan mendekati tempat Bu Larsih berada.
"Buk...Ibuk ra tumon Rama miki sore?" (Bu...Ibu tidak melihat Rama tadi sore?) tanya Bapak yang sekarang duduk di samping gw.
"Ora lho Pak, Ibuk kit awan tekan sore ki neng dapur karo neng kamar je..ngopo e Pak?"
"Lho Rama tep durung bali to Pak?" (Lho Rama tetap belum pulang Pak?) tanyaku memotong pembicaraan Bapak dan Ibu.
***
Setau gw, Pak Dodi, Bapaknya Rama, sejak Rama kecil gak terlalu deket sama Rama. Karena Pak Dodi orangnya dingin dan kaku. Rama justru deket banget sama ibunya, Bu Larsih. Rama ini anak tunggal. Sempat akan punya adik namun keguguran.
***
Beberapa tetangga gw penasaran dan mulai berdatangan ke rumah Pak Dodi. Kami memutuskan untuk mencari Rama.
Karena setau gw Rama ini anaknya pendiam, sedikit introvert, dan lebih suka menyendiri.
Bu Larsih sudah menangis sejadi-jadinya karena anak semata wayangnya hilang.
Jam 01.00 dini hari, gw dan warga yang lain kembali ke rumah Pak Dodi. Di ruang tamu ada Bu Larsih dan Ibu gw.
Pak RT menyarankan buat menunggu sampai besok pagi saja. Kalau besok pagi Rama belum pulang, baru lapor ke polisi.
Gw, Bapak, dan Ibu pamit pulang untuk beristirahat.
Sesampainya di ruang tengah, Ibu membuka obrolan.
"Gek wingi kae Bu Larsih sakjane crito jare nek Rama lagi ono masalah karo Bapak e mung gara-gara hal sepele."
"Mung gara-gara Rama ora sengaja mbuang bungkus rokok e Bapak e, di kiro ne wis kosong jebul jek isi 2 ler..padahal yo bar kui jek iso dijipuk lha wong mung dibuang
Paginya sekitar pukul 05.30, terdengar teriakan Bu Larsih yang cukup kencang dan sedikit mengagetkan gw sekeluarga.
Gw, Bapak, dan Ibu buru-buru keluar rumah dan menuju rumah Rama.
"Iki kok iso bali Bu? Maune kepiye?" (Ini kok bisa pulang Bu? Tadinya gimana?) tanya Ibu gw kepada Bu Larsih yang sekarang sedang
"Ha emboh Bu, aku ki lagi nyapu ruang tamu yo jek karo serap serep, lha ujug-ujug bocahe teko, kondisine wes kaya kui. Tekan saiki yo durung iso ditakoni.." (Ha gaktau Bu, aku itu lagi nyapu ruang tamu ya masih sambil nangis, lha tiba-tiba anaknya dateng,
Sementara Ibu gw dan Bu Larsih ngobrol, Bapak gw dan Pak Dodi keluar dari kamar dan terdengar ngobrol di ruang tamu.
Beberapa tetangga pun berdatangan melihat keadaan Rama.
Setengah jam kemudian, Rama sudah tidak menggigil lagi, dia terlihat mulai membaik. Tatapannya tak kosong lagi seperti tadi. Bu Larsih pelan-pelan mengajak Rama bicara.
Rama masih diam.
"Ayo crita karo Ibu yo..Rama rausah wedi, rapopo Rama wis neng omah wis aman kabeh, crita yo.."
Rama kemudian menangis kencang. Semua orang disitu pun panik dan berusaha menenangkan, untungnya Rama hanya menangos sebentar saja.
Kami semua mencoba mendengarkan Rama dengan seksama.
Bu Larsih terlihat berkaca-kaca namun dia menahannya untuk tidak menangis.
"Ayo Le..critane alon-alon yo..awal e ki kepiye? Kowe lagi ngopo?" (Ayo Nak..ceritanya
Rama kembali terdiam. Dia melihat ke arah Bapaknya, kemudian berpaling menghadap ke tembok memunggungi kami semua.
Ekspresi Pak Dodi pun berubah, seperti orang yang bersalah.
Rama yang baru berumur 10 tahun mulai menceritakan
"Wingi kae aku lagi lungguh Buk neng ngisor wit rambutan mburi omah, trus Bapak teko, ekspresine jek ora ngenaki sejak aku ra sengaja buang bungkus rokok e, aku takok bener-bener nang Bapak malah dijawab jutek banget,
"Kowe sopo? Ngopo aku kok digowo rene?" (Kamu siapa? Kenapa aku dibawa kesini?) tanya Rama.
Bu Larsih mendengarkan cerita Rama sambil pelan-pelan membuka baju Rama yang sobek-sobek itu. Pak Dodi terlihat mengambil handuk basah untuk mengelap tubuh Rama yang kotor karena tanah.
Jarak pemakaman dengan Rumah Rama memang gak begitu jauh, hanya berkisar 500 meter.
"Yowes yo Le..seng penting Rama wis bali, Rama selamet, ngapuro Bapak karo Ibu yo Le raiso njogo Rama.. saiki Rama ngaso sek, bubuk yo.."
Bu Larsih buru-buru mengganti baju Rama, suhu tubuhnya mulai turun.
Beberapa tetangga satu persatu membubarkan diri melanjutkan aktifitasnya masing-masing. Kemudian, Pak RT tiba-tiba baru datang dan menanyakan keadaan Rama. Pak RT pun memberi nasihat kepada Pak Dodi dan Bu Larsih.
"Jenengan iku nek ngopo-ngopo senengane mung nganggo emosi, garai anak e dewe dadi koyo ngono!"
Pak Dodi hanya diam saja mencoba menghela nafas panjang.
Gw sekeluarga gak enak hati bila harus terus berada disana,
Bapak gw pun pamit, dan mengajak gw dan Ibu untuk pulang.
***
Ada yang sebut Kalong Wewe itu sama dengan Wewe Gombel. Tapi di daerah gw kedua makhluk itu berbeda.
Karena Wewe Gombel gak punya sayap sedangkan Kalong Wewe punya sayap menyerupai kelelawar raksasa.
Wujudnya pun sama-sama wanita tua.
Kalau dari kejadian yang Rama alami, Rama diculik Kalong Wewe ketika sandekala atau kalau di daerah gw identik dengan menjelang maghrib.
Menurut orangtua, waktu menjelang maghrib memang bukan waktu yang baik berada di luar rumah.
Terimakasih sudah membaca 🙏😊
-sekala niskala-