Saat itu aku baru duduk di kelas 1 SD, aku tinggal di salah satu desa pinggiran kota di Jawa Tengah. Rumahku berada sangat dekat dengan area pemakaman yang terkenal wingit (angker). Jarak rumahku dan pemakaman hanya terpisah oleh satu rumah di samping kanan rumahku,
Sampai suatu hari, waktu itu adalah hari Kamis. Pagi hari, seperti biasa aku bangun dan meminum susu yang telah disiapkan oleh Ibu. Kemudian aku sarapan pagi, mandi, dan berangkat sekolah dengan diantar oleh Ibu, sekalian Ibu
Sesampainya dirumah aku melihat adik bayiku sedang tertidur, Mak Jah sedang menyiapkan makan siang untukku. Entah mengapa, hari itu aku merasa sangat lelah, aku pun merasa agak pusing,
"Walah nduk, paling kowe kie suren wae..gek maem nggih iki Mak Jah wis goreng iwak bandeng kesenenganmu" (Walah nak, paling kamu hanya kelaparan
"Ora kok Mak, ora ono PR malah. Mak miki pas aku
"Yo kui paling bunga bangkai nduk..nek udu yo berarti ono kewan mati, paling ono asu mati maning sing dibuak nang kono" (Ya itu paling bunga bangkai nak..kalau bukan
Aku megecek ke dalam rumah, "Buuu?? Kok sui tenan to? Aku selak telat ngko!!" (Buuu?? Kok lama banget sih? Aku keburu telat nanti!!) teriakku sambil membuka gorden kamar Ibu. Terlihat Ibu sedang merapikan bantal dan guling adikku yang sedang
"Pantesan wae Buk, kit wingi ki manuk kedasih e muni-muni wae neng wit pete kulon umah kui." (Pantesan saja Buk, dari kemarin burung kedasihnya bunyi-bunyi terus di pohon petai sebelah barat rumah) kataku seraya menunjuk ke arah jendela.
***
Akan berlanjut ke cerita bagian kedua - yaitu arwah Pak Sumar yang konon katanya bergentayangan mengganggu warga desa.
***
@bacahorror
#bacahorror
#threadhorror