My Authors
Read all threads
OSCAR ROMERO, Uskup pembela rakyat kecil yang mati ditembak saat merayakan ekaristi.

(sebuah utas)
Dua hari yang lalu, tepat 40 tahun mengenang wafatnya Oscar Romero, Uskup Agung San Salvador, Sang pejuang keadilan, pembela rakyat kecil. Ia ditembak mati 24 Maret 1980.

Kiranya tepat kita membaca biografinya supaya ikut menimba semangat kemartirannya.
Oscar Romero mungkin adalah jawaban yang dikirim Tuhan untuk umatnya di Amerika Latin. Bagaimana tidak, ia ‘naik takhta’ sebagai uskup justru ketika banyak umat, imam, biarawan-biarawati, katekis dibantai karena berseberangan dengan penguasa.
El Salvador sebagaimana negara-negara Amerika Latin lainnya memiliki persoalan yang sama: kemiskinan, penindasan. Militer dan tuan tanah menindas rakyat kecil. Gereja yang punya pengaruh besar pada waktu itu mesti bersuara!
Sidang Umum Uskup-uskup Amerika Latin tahun 1968 di Medellin, Kolombia secara tegas merumuskan bahwa Gereja tak akan tinggal diam terhadap dosa struktural, ketidakadilan yang melembaga. Pilihan sikap gereja jelas: "option for the poor", membela pada yang lemah dan miskin.
Tindak lanjut dari sidang Medellin itu banyak imam, biarawan-biarawati keras bersuara terhadap penguasa.

Akibatnya, banyak dari mereka yang dikejar-kejar, ditangkap, disiksa dan dibantai. Permusuhan gereja dan pihak yang berkepentingan makin melebar sekitar 1970-1980.
Tahun 1977, Uskup Romero ditunjuk Vatikan sebagai Uskup metropolitan San Salvador. Harapannya, ia mampu menertibkan imam-imam yang berpolitik, mengembalikan para imam ke tugas rohani. Banyak imam dan uskup yang progresif kecewa dengan putusan vatikan tersebut.
Ketika diumumkan menjadi Uskup, banjir protes meluap, mengapa Vatikan malah memilih seorang pengecut, seorang ragu-ragu dan konservatif dalam tindakan dan pemikiran.

Sebaliknya, tentara-pemerintah, pembisnis merasa aman. Mereka berpikir romero adalah “salah satu dari kita”.
Namun, siapa sangka, siapa yg mampu membatasi gerak roh kudus.

3 minggu setelah tahbisannya, terjadi peristiwa yg mengubah hidupnya. Peristiwa itu bermula saat Rutilio, seorang imam muda dibunuh di jalan saat hendak merayakan misa di desa kecil El Paisanal, 50 Km dari ibukota.
Hati Romero terkoyak. Ia kenal baik dengan imam muda itu. Duka yang mendalam. Ia langsung pegi ke gereja di Aguilares tempat jenasah disemayamkan. Di situ ia tirakatan bersama orang-orang kecil, para petani di sekitar desa itu.
Malam itu adalah malam yang mengubah hidupnya. Malam itu ia diberi mata baru oleh Tuhan untuk membaca kitab suci dari mata orang kecil, lemah dan terbuang. Ia berbisik: “kalau Rutilio dibunuh karena apa yang ia lakukan, aku pun akan berjalan pada jalan yang sama”.
Keesokan harinya, Romero kembali ke kota. Ia kumpulan para imam dan penasehat. Ia putuskan untuk memboikot acara kenegaraan, menolak pertemuan dengan presiden sampai diadakan investigasi resmi atas pembunuhan Rutilio. Namun, investigasi tetap tidak pernah dilakukan.
Tanda protesnya kemudian, menutup semua sekolah katolik, menutup misa mingguan. Hanya ada satu misa yaitu Misa di katedral, misa konselebrasi dihadiri semua imam dan ratusan ribu umat: memprotes pemerintah atas kematian Rutilio.
Dari mimbar kotbahnya, suaranya lantang menolak ketidakadilan, mengecam kesewenang-wenangan pemerintah. Hari demi hari, Romero makin tumbuh kuat. Pengerahan massa terbesar terjadi di negara itu untuk mendengarkan kotbah Romero. Ini adalah peringatan bagi pemerintah.
Pemerintah membuat propaganda bahwa Romero adalah seorang provokator, imam palsu, komunis dan seorang ambisius yang dipenuhi dengan kepentingan pribadi.
Kotbah-kotbah mingguan Romero makin lantang. Ia menjadi “suara bagi mereka yang tidak bersuara”. Ia bisa kotbah sampai satu setengah jam, disiarkan lewat radio keuskupan ke penjuru negeri dan luar negeri.

Radio keuskupan sampai dibom dua kali. Dua kali juga dibangun lagi.
Lawan-lawan Romero makin berang. Romero adalah duri dalam daging, ancaman yang permanen, suara subversif yang harus dibungkam.

Akhirnya, Romero ditembak mati, senin 24 maret 1980 saat merayakan Ekaristi di kapel kecil di rumah sakit Penyelenggaraan ilahi, tempat ia tinggal.
Ia ditembak setelah satu hari sebelumnya ia menyerukan kepada tentara dan polisi untuk mendengarkan hati nurani daripada perintah amoral atasan untuk menganiaya dan membunuh rakyat Salvador.
Sebelum kematiannya, beberapa kali ia diancam mau dibunuh. Ia tidak takut, bahkan mengatakan: “kalau mereka membunuhku, aku akan mengampuni mereka. Mereka hanya membuang-buang waktu: seorang uskup mati, namun Gereja Allah yaitu rakyat tidak akan musnah.”
“Jika mereka membunuh saya, saya akan bangkit dalam diri rakyat San Salvador!” tambahnya.

Investigasi atas pembunuhan Romero merupakan sandiwara belaka. Hakim yang bertanggung jawab pun mengundurkan diri dan lari ke luar negeri.
Truth Comission yang dibentuk PBB jelas menuduh Major Roberto D’Aubuisson terbukti sebagai koordinator pasukan pembunuhan yang kemudian hari menjadi ketua dewan perwakilan nasional dan pendiri Arena, partai politik yang pernah berkuasa di negara itu.
Kematian Romero tidak membungkam perlawanan rakyat kecil Salvador. Ia malah menjadi sumber inspirasi. Kata-kata dan teladan Romero menjadi pengharapan dan menjadi sumber keberanian pada ribuan orang San Salvador.
Romero pun dihormati tak hanya dalam gereja katolik. Ia dibeatifikasi tahun 2015 dan digelari kudus oleh Paus Fransiskus pada 14 Oktober 2018.

Gereja Anglikan pun menghormatinya. Ia dikenang sebagai Santo Universal bagi orang katolik, orang marxis dan tak beriman sekalipun.
Mari mohon doa, kepada Santo Romero, supaya kita diberi keberanian untuk lantang berteriak akan ketidakadilan dan penindasan.

Kita doakan saudara-saudari kita yang menderita, terbunuh karena gagah berani melawan ketidakadilan.
Bolehlah kita setuju dengan pendapat Karl Rahner, teolog kondang itu bahwa kemartiran bukan lagi seorang yang dibunuh karena iman. Konsep kemartiran harus diperluas, yaitu mereka yang dibunuh karena memperjuangkan keadilan. (selesai)
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Jubir Vatikan Partikelir

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!