Kiranya tepat kita membaca biografinya supaya ikut menimba semangat kemartirannya.
Akibatnya, banyak dari mereka yang dikejar-kejar, ditangkap, disiksa dan dibantai. Permusuhan gereja dan pihak yang berkepentingan makin melebar sekitar 1970-1980.
Sebaliknya, tentara-pemerintah, pembisnis merasa aman. Mereka berpikir romero adalah “salah satu dari kita”.
3 minggu setelah tahbisannya, terjadi peristiwa yg mengubah hidupnya. Peristiwa itu bermula saat Rutilio, seorang imam muda dibunuh di jalan saat hendak merayakan misa di desa kecil El Paisanal, 50 Km dari ibukota.
Radio keuskupan sampai dibom dua kali. Dua kali juga dibangun lagi.
Akhirnya, Romero ditembak mati, senin 24 maret 1980 saat merayakan Ekaristi di kapel kecil di rumah sakit Penyelenggaraan ilahi, tempat ia tinggal.
Investigasi atas pembunuhan Romero merupakan sandiwara belaka. Hakim yang bertanggung jawab pun mengundurkan diri dan lari ke luar negeri.
Kita doakan saudara-saudari kita yang menderita, terbunuh karena gagah berani melawan ketidakadilan.