Thread by @_MasWis

Seriusan, terus aja nulis. Nggak usah ngejar bagus (apalagi indah). Ntar keliatan perkembangan kita kek mana, jd semacam fase2. Di satu fase, gaya nulis kita bakal cenderung serupa.

Klo ada perubahan drastis, artinya ada kejadian penting yg berpengaruh sama diri kita.

Jadi, kalo udh banyak, tulisan2 itu bisa jadi bahan utk menguak apa2 yg bisa jadi kita sendiri nggak sadari sekarang.

Pada akhirnya, seorang penulis sbnrnya sedang membuka dirinya sendiri lewat kode2 rahasia yg sering cuma diketahui sama penulisnya.

Dan, akan tiba masa ketika karya kita di masa lalu pada suatu fase tertentu terasa njijiki dan kita ingin muntah bacanya. Hahahahaa. 🤣

Wajar.

Wkkwkww. 😅

Dunia yg terasa chaotic ini sbnrnya bergerak di atas pola2 dasar yg stabil. Apa yg terasa kacau hari ini akan tampak berpola akhirnya.

Seperti video yutup ini. Ada titik dimana gerakan pendulum seperti nggak berpola, padahal pola juga.

Tonton ya. 🙏👍

Fase2 inilah yg membuat menulis jadi hal menyenangkan buat saya. Pelan2, sy jadi kenal saya siapa dan terbuat dr apa.

Biasain mencatat tanggal, waktu, dan tempat menulis, bahkan kejadian pas kita sedang menuliskannya.

Yg keliatan dr gw cuma #RahasiaSalinem n #RencanaBesar, kan?

Pdhl di baliknya ada puluhan cerpen, puisi, belasan naskah novel blm jadi, naskah ilang krn hape kena jambret, n 4 novel yg bisa bikin biduran klo dibaca ulang.😅💪🙏

Bayangin, ada apa dlm laci para penulis senior?😱

Kadang2 gw pengen tau ada apa di dalam "laci"-nya Mas Seno Gumira, Eyang Sapardi, atau Pakde Jokpin.

Pasti ada haru-biru di dalam sana.

"Selesai jauuuuuuuuuuuuh lebih penting dari bagus."

(ini lagi ngomong ke diri gw sendiri).

😷

(etapi, bisa dibaca juga ama situ)
(Yaudlah)

😅

Etapi, klo gw bilang "Pas gw nulis nggak mikirin jelek/bagus, kok", artinya gw lagi (klo nggak) boong, atau (yaaaa) kesurupan arwah motivator. 😂😅

Pasti ada usaha gw utk jadi bagus.

TAPI, pas proses menulis jalan, ya, gw gak peduli lagi, n wtf jelek/bagus.