, 91 tweets, 11 min read
My Authors
Read all threads
Anyer, salah satu "taman bermain" gw waktu kecil, entah sudah berapa banyak kejadian janggal dan menyeramkan yang pernah gw alami di tempat ini.

Dua cerita akan gw angkat malam ini. Ingat, jangan pernah baca cerita di sini sendirian.

@InfoMemeTwit
Hembusan angin pesisir menerpa tubuh, sinar matahari yang sudah menghangat sejak beberapa jam tadi, masih setia menerangi hari.

Setengah enam sore, suatu hari di tahun 2011, di atas motor gw menyusuri jalan pantai Anyer. Pulang kantor di Labuan, menuju rumah di Cilegon.
Labuan adalah kota kecil di ujung pulau Jawa, propinsi Banten, teman-teman bisa lihat peta supaya tau letak pastinya.
Kurang lebih 60km jarak yang harus ditempuh untuk sampai rumah, pulang pergi menjadi 120km. Sebagian besar perjalanan menyusuri garis pantai Anyer, pemandangan pantai pagi, sore, kadang malam menjadi santapan nyaris setiap hari.

Kira-kira tiga tahun gw jalani seperti itu.
Selain pemandangan indah pantai di satu sisi dan hutan-hutan kecil di sisi lainnya, banyak juga peristiwa janggal, aneh, kadang mengerikan yang pernah gw alami, beberapa di antaranya akan gw angkat kali ini.

***
Kantor tutup jam lima sore, biasanya kalau semua pekerjaan sudah selesai gw gak akan buang waktu, langsung buru-buru naik motor untuk pulang.

Sama juga pada hari itu, jam lima gw sudah menyusuri jalan pinggir pantai. Mulai dari pantai Carita lalu lanjut pantai-pantai berikutnya.
Kalau hari kerja, apa lagi masih jauh dari akhir pekan, daerah pantai Carita sampai ke pasar Anyer akan sepi, berbeda jauh keadaanya ketika menjelang akhir pekan, ramai wisatawan.
Makanya, sebisa mungkin gw gak akan pulang malam, semakin malam suasananya akan semakin sepi, masih rawan kejahatan juga.

Biasanya kalau kemalaman karena pekerjaan, gw akan menginap di kantor atau di rumah rekan kerja yang tinggal di Labuan.
Tapi, kalau memang harus menginap di kantor, gw akan menyiapkan mental sekuat mungkin, karena kantor amat sangat angker, gw pernah cerita salah satu kejadiannya, dulu banget.

***
Setengah jam berlalu, gw sudah hampir sampai di daerah yang namanya tikungan Jambu, gak tau knapa namanya begitu, tapi penduduk sekitar memang menyebutnya seperti itu, tikungan Jambu.
Dari arah Labuan, sebelum sampai tikungan itu gw akan melewati jalan sepi menanjak yang kanan kirinya ada tebing agak tinggi, jadi seperti gunung kecil dibelah untuk jalan.

Setelah itu jalanan akan menurun, nah kira-kira 300 meter di depan sudah sampai tikungan Jambu.
Tikungan Jambu ini jalanannya persis di sisi pantai, melengkung bentuknya nyaris seperti tapal kuda. Waktu gw masih kerja di Labuan, belum ada hotel di sebelah kiri (sisi pantai), sekarang katanya sudah ada.
Ketika mulai memasuki wilayah tikunga jambu, berbeda dengan biasanya, gw melihat banyak orang di pantai, sisi kiri jalan.

Melambatkan laju motor, gw tertarik untuk mengetahui kegiatan apa yang orang-orang ini sedang lakukan.
Terus gw perhatikan, sampai ketika sudah benar-benar berada di tikungan, gw melihat semakin banyak orang, beberapa di antaranya berpakaian oranye layaknya seragam tim penyelamat
Nyaris jam enam sore ketika akhirnya gw memutuskan untuk berhenti, penasaran..

"Ada apa Pak? Kok rame banget?"

Tanya gw kepada salah satu orang, ketika sudah turun dari motor.
"Ada orang hilang dari jam dua siang tadi, sepertinya tenggelam. Jenazahnya belum ketemu."

Jawab orang itu sambil matanya tetap terus memandang ke arah pantai.
Jadi, tikungan Jambu ini, kalau agak bergeser sedikit ke timur, memang ada spot lumayan bagus bagi wisatawan untuk berenang.
Tapi menurut gw dan orang-orang yang sudah mengenal wilayah, sebenarnya daerah ini ada bagian yang sangat berbahaya untuk berenang, karena ada karang memanjang, di bawah karang itu banyak rongga yang bisa membuat perenang terjebak di dalamnya.
Nah, entah kenapa, tiba-tiba ada perasaan aneh yang gw rasakan, hingga akhirnya gw benar-benar penasaran dan ikut memperhatikan orang-orang yang sedang mencari wisatawan tenggelam itu, beberapa anggota tim penyelamat juga terlihat menyurusi menyisir garis pantai.
Langit yang berangsur gelap membuat proses pencarian sepertinya sebentar lagi akan dihentikan untuk sementara. Begitu yang gw dengar dari orang-orang sekitar.
Menjelang maghrib, angin seperti berhenti bertiup, laut menjadi tenang, hanya gelombang-gelombang kecil airnya yang pecah menghantam pasir pantai.

Sekali lagi, pandangan gw sebar menyusuri setiap sudut pantai dari tempat gw berdiri.
Tapi, entah sudah yang keberapa kali gw selalu memandang ke salah satu spot pantai, memandang ke situ lagi ke situ lagi, terus menerus, sampai akhirnya gw menaruh curiga ke spot itu.
Agak jauh di sebelah kanan, ada karang laut memanjang yang menjorok jauh ke tengah.
Di bagian paling ujung karang, gw melihat sesuatu, titik yang sudah berada di bagian pantai yang cukup dalam.
Di samping deburan ombak kecil yang menghantam ujung karang, ternyata ada seorang laki-laki sedang duduk di situ, di bagian karang paling ujung.

Jarak gw ke tempat laki-laki itu sekitar seratus meter, masih cukup jelas terlihat kalau dia mengenakan kaos hitam, bercelana pendek.
Dia hanya duduk diam memandang ke laut lepas.

"Ngapain orang itu di tengah laut?"

Tanya gw dalam hati.

Gak lama, hanya sekitar lima menit kemudian, orang itu berdiri dan menghadap ke arah tempat gw berdiri.

Dia sepertinya tahu kalau gw sedang terus memperhatikannya..
Masih berdiri diam memandang, dia tetap gak bergerak sama sekali.

Hingga akhirnya, dia melambaikan tangan, seperti sedang menyapa gw.
"Itu siapa? Kenal gw kah?"

Bingung, gw gak balas melambai tangan, karna sepertinya gak kenal. Gw malah celingak celinguk ke kanan dan ke kiri, siapa tahu dia melambaikan tangan ke orang lain yang berada di sekitar gw berdiri.
Tambah bingung, karna gw merasa kalau orang di sekitar gak ada yang sadar akan keberadaan laki-laki itu.

Semakin aneh lagi, ketika gw memandang kembali ke tempat laki-laki misterius itu berada, ternyata dia sudah hilang, gak ada lagi.

Aneh, sangat aneh..
Merasakan hal yang gak enak ini akhirnya memaksa gw untuk mendekat ke salah satu anggota tim penyelamat yang ada di situ.

"Pak, di ujung karang di tengah itu udah diperiksa?" Tanya gw.

"Udah tadi, gak ketemu kok, kosong." Begitu jawab Bapak itu.
"Boleh tolong diperiksa sekali lagi? Sebelum rehat. Tolong ya Pak."

Sedikit memohon gw meminta Bapak itu dan timnya untuk menyisir karang itu sekali lagi.

Mereka menyanggupi, karena memang rencananya akan menyusuri seluruh bagian pantai sekali lagi.
Gw terus memperhatikan mereka yang sekali lagi mencari keberadaan orang yang diduga tenggelam itu, lalu semakin mendekat ke pantai ketika beberapa orang mulai menyelam di sekitaran ujung karang yang sejak tadi membuat gw penasaran.
Jantung gw berhenti, was-was, ketika salah satu penyelam muncul di permukaan, munculnya gak sendirian, dia terlihat sedang memeluk tubuh manusia.

Seketika itu juga, orang-orang langsung mengerumun ketika mereka sudah sampai di pantai.
"Orangnya ketemu, sudah meninggal."

Begitu yang gw dengar dari salah satu orang.

Benar, akhirnya korban tenggelam ditemukan sudah meninggal, terjebak di bawah karang yang menjorok ke tengah laut itu.
Dengan mata kepala sendiri, gw melihat jenazahnya, seorang laki-laki mengenakan kaos hitam dan bercelana pendek. Persis seperti laki-laki misterius yang melambaikan tangan ke arah gw sebelumnya..

***
Perjalanan pulang pergi menuju kantor yang nyaris setiap hari, membuat gw jadi hapal setiap sudut jalan yang harus ditempuh.

Ada bebapa bagian, yang jangankan malam, siang hari aja kalo melewatinya sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Agak seram..
Nanti kapan-kapan gw akan ceritakan satu persatu daerahnya mana aja, dan kejadian apa yang pernah gw alami di tempat-tempat itu. Gak semuanya malam ini..
Kisah kedua malam ini, gw punya cerita yang berkaitan dengan satu rumah besar yang letaknya di sebelah kiri jalan raya Anyer, kalau dari arah Jakarta.

Jadi, letaknya berseberangan dengan villa-villa besar di pinggir pantai.
Rumah yang sangat besar, bercat putih, menurut gw bentuk bangunannya masih ada sedikit sentuhan arsitektur Belanda. Ada dua tiang besar yang berdiri kokoh menunjang atap depannya, dua tiang ini letaknya persis di depan pintu utama.
Halaman sekelilingnya luas, jarak dari gerbang ke pintu rumah sekitar tiga puluh meter.
Di belakang bagian sebelah kanan ada satu bangunan lagi, bentuknya nyaris sama, hanya ukurannya yang beda, bangunan yang di belakang jauh lebih kecil, sepertinya hanya diperuntukkan untuk gudang atau sejenisnya.
Kenapa gw tahu nyaris setiap detail rumah ini? Karena pada akhirnya nanti gw akan memasukinya.

Tapi, rumah ini dalam keadaan kosong, sepertinya sudah kosong sejak lama, terlihat dari keadaannya yang sudah sangat gak terawat.
Cat dindingnya kusam, semak belukar dan ilalang nyaris memenuhi setiap sudut bagian rumah, halaman belakangnya juga sama, dipenuhi rumput dan tanaman liar.

Benar-benar menyeramkan melihat keadaannya, seperti rumah angker yang berhantu.
Kalau kita sedang melintasi jalan raya Anyer yang letaknya persis di depan, kalau gak benar-benar diperhatikan, rumah ini gak akan kelihatan, hanya pagar kusamnya saja yang terlihat, karena bangunan rumah nyaris tertutup tanaman liar dan semak belukar.
Kalau diperhatikan benar-benar, baru akan kelihatan, bangunan rumah besar dengan halaman luas yang gak terawat.

Kebayang ya?

Kalau sudah kebayang, gw akan mulai ceritanya..

***
Seperti sebelum-sebelumnya, waktu itu gw berangkat kerja sekitar jam enam pagi, sekitar satu setengah jam perjalanan sepeda motor, biasanya jam delapan kurang gw sudah sampai di Labuan.
Cilegon sebagai kota Industri, sepagi itu sudah banyak orang yang memulai aktivitas, entah yang berangkat sekolah atau yang berangkat kerja, termasuk gw yang sudah melenggang di atas motor menuju ujung barat pulau Jawa.
Tapi geliat kesibukan masyarakat hanya sampai di sekitar kota Cilegon saja, situasi menjadi sepi ketika sudah memasuki wilayah Anyer.

Seperti yang sudah gw ceritakan di awal tadi, Anyer pada hari kerja gak seramai ketika menjelang akhir pekan, sangat sepi malah.

***
Setengah jam perjalanan kemudian gw sudah masuk wilayah Anyer, diawali dengan sedikit keramaian karena adanya pasar.
Tipikal pasar tradisional, kanan kiri jalan dipenuhi toko-toko kecil dan pedangang kaki lima berbaris menjajakan barang jualannya.

Gw gak bisa terlalu laju mengendarai motor, karena agak ramai.
Pasar Anyer ini gak terlalu besar, paling hanya sepanjang lima ratus meter aja. Wilayah pasar akan diakhiri oleh lapangan luas yang biasanya digunakan untuk pasar malam, atau lapangan sepak bola kalau gak ada kegiatan.
Gak jauh dari lapangan sepak bola ini ada area pemakaman tua, gerbangnya persis di pinggir jalan raya.

Nah, dari pemakaman inilah peristiwa ganjil yang gw alami pada hari itu dimulai.

***
Laju motor masih belum terlalu cepat ketika gw sudah mulai meninggalkan daerah pasar, lalu lalang orang menyeberang masih sesekali membuat gw terpaksa menginjak pedal rem.
Setelah melewati lapangan sepak bola, beberapa puluh meter setelahnya gw sampai di depan areal pemakaman.

Gerbangnya masih berdiri kokoh, walaupun sudah terlihat lusuh dan renta, membentuk barisan panjang ketika bersatu dengan dinding putih di kanan kirinya.
Beberapa orang berjalan melintas depan pemakaman dengan tujuannya masing-masing, ada juga satu atau dua gerobak pedagang yang sedang berjualan, gak terlalu sepi.
Ketika masih sedang menikmati pemandangan pagi yang gak pernah membosankan itu, entah kenapa pandangan gw tertarik untuk melihat seseorang, eh dua orang, yang sedang berdiri tepat di depan gerbang makam.
Kenapa gw tertarik melihatnya? Karena orang ini penampilannya sangat berbeda dengan orang-orang lain yang ada di sekitarnya.

Seorang Ibu yang sedang menggandeng anak perempuan pada tangan kanannya.
Ibu ini berumur sekitar empat puluh tahun, rambut hitam panjangnya diikat satu, tubuhnya langsing dan berkulit putih, mengenakan rok panjang berwarna hitam, pakaian kemeja lengan panjang berwarna warni tapi gak mencolok.
Sedangkan anak perempuan yang berdiri di sebelahnya berumur sekitar lima tahun, rambut hitam kepang dua, mengenakan kaos berwarna putih dan celana pendek (gw lupa warnanya).
Yang menarik perhatian, ibu ini berdiri sambil memegang payung berwarna hitam dalam keadaan terbuka di atas kepalanya, padahal hari belum panas, sinar matahari belum menyengat.

Posisi mereka berdiri di pinggir jalan seperti sedang menunggu angkutan umum.
Saat itu gak terlalu ambil pusing, karena gw berpikir perempuan itu hanya salah seorang dengan keperluannya di pagi hari.

Gw terus melanjutkan perjalanan.

***
Setelah melewati pasar Anyer, suhu menjadi lebih sejuk, karena sudah benar-benar lepas dari kawasan industri, udara jadi lebih bersih.

Ditambah dengan mulai memasuki wilayah pantai, gw terus menyusuri garisnya di sebelah kanan jalan, perjalanan jadi gak membosankan.
Banyak villa-villa besar di sebelah kanan yang menutupi pemandangan, itu aja sih kekurangannya.
Kira-kira lima belas menit dari pasar Anyer, gw sampai di depan hotel Marbella, setelahnya akan ada pasar lagi tapi gak sebesar pasar Anyer.
Sepuluh menit dari Marbella, gw masuk wilayah yang terbilang masih sangat sepi.

Memang ada beberapa rumah, tapi tetap aja keadaannya sepi kalau masih pagi. Saat itu sama sekali gak ada kendaraan lain, mobil ataupun motor, hanya ada gw sendirian melintas di jalan.
Pohon-pohon besar berdiri angker di kanan kiri jalan, membentuk terowongan gelap karena matahari belum penuh memancarkan sinarnya.
Tiba-tiba gw memperlambat laju motor yang sebenarnya sedang agak kencang..

Ada sesuatu yang menarik perhatian, sekitar tiga puluh meter di depan gw melihat sesuatu.
Ada perempuan yang sedang berdiri di pinggir jalan, di bawah salah satu pohon besar.

Perempuan ini berdiri sambil menggandeng anak perempuan kecil, dengan payung hitam terbuka di atas kepala keduanya.
Benar, mereka berdua penampilannya sama persis dengan mereka yang gw lihat di depan pemakaman pasar Anyer beberapa puluh menit sebelumnya.

Bentuk tubuhnya sama, pakaiannya sama, cara berdirinya sama, karena (mungkin) memang orang yang sama.
Mereka berdiri diam menatap ke depan, ke arah pantai, ketika gw benar-benar sedang melintas tepat dihadapannya.
“Buset, Ibu itu cepet juga udah sampe situ lagi. Kapan lewatnya?”

Gw masih pikir positif, belum berpikir macam-macam. Mungkin aja mereka naik ojek dan gw gak sadar kalau sudah didahului, mungkin begitu.

Lalu gw melanjutkan perjalanan.

***
Sudah jam tujuh lewat sedikit ketika gw akhirnya sampai di tikungan Jambu, daerah yang sudah gw ceritakan di awal.

Semakin mendekati kota Labuan dan pantai Carita, keadaan semakin sepi, kendaraan sangat jarang melintas, hanya sesekali angkot yang lewat mengantar penumpangnya.
Gak ada juga motor apa lagi mobil yang mendahului gw. Sepi aja..
Sekitar satu kilometer dari tikungan Jambu gw kembali masuk ke wilayah hutan kecil yang letaknya di sebelah kiri jalan, sebelah kanan langsung bersinggungan dengan pantai, air laut hanya beberapa belas meter jaraknya dari pinggir aspal.
Udara sejuk pagi tiba-tiba menjadi gak ada arti, keringat dingin mengucur perlahan, ketika gw tiba-tiba menghentikan motor secara mendadak.
Gw kaget, terkejut, ketika melihat perempuan dan anak kecil berpayung hitam, yang gw lihat sebelumnya, tiba-tiba sudah berdiri lagi di depan, jarak kami hanya sekitar dua puluh meter.

Dengan bentuk tubuh yang sama, penampilan dan pakaian yang sama, posisi berdiri yang sama pula.
Barulah saat itu gw sadar akau ada yang aneh dan janggal, karena yakin kalau gak ada kendaraan yang mendahului sejak kali kedua gw melihat mereka tadi.
Mereka berdiri di kiri jalan, menghadap dan menatap ke pantai, tetap dengan payung hitam mengembang di atas kepalanya.

Rok panjang hitam yang dikenakan si Ibu melambai-lambai tertiup angin pantai, sementara tangannya tetap menggandeng anak perempuan kecil di sebelahnya.
Beberapa puluh detik kemudian, gw memutuskan untuk kembali meneruskan perjalanan, karena gak ada pilihan lain.

Gw pun lanjut jalan.
Benar-benar perlahan ketika gw sudah tepat berada di depan mereka, penasaran, gw ingin melihat wajahnya.

Perempuan setengah baya, anak perempuan yang sedang digandengnya sama diam juga seperti ibunya.

Yang mengerikan, mereka kelihatan pucat, layaknya orang yang sudah mati.
Mereka tetap menatap ke pantai, pandangan mengarah ke depan, gak memandang ke arah gw, tapi tersenyum dengan wajah tanpa ekspresi..

Gw semakin ketakutan dan mempercepat laju motor,
Setelah sudah agak jauh, gw memberanikan diri untuk melirik kaca spion, mereka masih ada di tempatnya..

***
“Siapa mereka?, serem amat pagi-pagi begini udah liat yang begituan.”

Gw bergumam dalam hati..
Sekitar lima belas menit kemudian, sebentar lagi gw akan sampai di rumah besar yang sudah gw ceritakan di awal tadi. Rumah besar menyeramkan yang letaknya di sebelah kiri jalan.
Jalan raya yang berada persis di depan rumah besar ini membentuk tikungan panjang, letak rumah berada di tengah sudut tikungan. Jadi, pada beberapa belas meter mendekatinya, barulah kita akan bisa melihatnya.
Wilayah sekitar rumah ini juga dulu termasuk wilayah yang masih sepi, dengan banyak pohon besar berdiri di kanan kiri jalan.
Agak cepat gw melaju ketika mulai memasuki tikungan menuju rumah besar itu,
Lalu tiba-tiba kembali mengerem mendadak! Lagi-lagi gw melihat perempuan dan anak kecil itu, untuk yang keempat kalinya.

Gw berhenti di pinggir jalan, beberapa belas meter dari pagar rumah besar itu.
Ada yang berbeda, kali ini mereka gak lagi berdiri diam, tapi bergerak berjalan masuk halaman rumah. Masih dengan payung hitam di atas kepalanya.

Mereka berjalan seperti tanpa halangan, padahal di hadapannya banyak alang-alang dan semak belukar, aneh..
Lagi-lagi penasaran, gw memutuskan untuk lanjut jalan sambil ingin melihat mereka lebih dekat lagi.

Benar, mereka sedang berjalan menuju pintu utama rumah, ketika gw sudah berada persis di depan pagarnya.
Lalu, gw kembali ketakutan ketika mereka tiba-tiba balik badan jadi menghadap ke arah gw dan tersenyum, sang anak malah melambaikan tangannya.

Gw ketakutan, langsung tancap gas menuju kantor..

***
Hai..

Cukup sekian cerita malam ini, kita lanjut minggu depan aja ya..☺️

Tetap sehat, supaya bisa terus meninding bareng.

Met bobo, semoga mimpi indah.

Salam sayang,
~Brii~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Brii

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!