Kali ini Om Wahyu yang akan bercerita, kejadian ketika dia bermalam sendiran di rumah.
Yuk simak.
Ingat, jangan pernah baca di sini sendirian, di Briistory.
***
#rhdpk
Beliau berkunjung ke rumah Pak Lurah memenuhi undangan selamatan atas kelahiran cucunya. Aku gak diperbolehkan ikut, karena baru saja sembuh dari sakit.
Sementara Pak Heri belum datang juga, semoga sebentar lagi
***
Menyalakan rokok lagi, batang terakhir, setelah ini aku harus masuk ke dalam rumah karena gak tau harus melakukan apa lagi.
Iya, sendirian..
Jadi begitulah, serba salah.
***
Sementara hujan turun semakin deras, sesekali disertai kilat dan suara petir sesudahnya.
Masih penasaran, sesekali aku menghampiri jendela, mengintip dari celah tirainya, masih berharap Pak Heri menunjukkan batang hidungnya. Tapi gak ada, beliau belum muncul juga
***
Pak Heri masih belum datang juga. Aku beranggapan kalau beliau gak akan pulang malam ini, berharap besok pagi datangnya, semoga.
Udara yang semakin dingin ditambah badan baru sembuh dari sakit dan sudah teramat lelah karena bekerja seharian, membuatku perlahan mulai hilang kesadaran.
Di ruang tengah, aku akhirnya kalah, gak bisa lagi menahan kantuk yang menyerang hebat.
Terlelaplah sudah..
***
Antara sadar dan gak sadar aku mendengar suara itu, berkali-kali. Membuatku perlahan jadi terjaga.
Suara yang sepertinya aku kenal..
Setelah sudah benar sadar dan dapat melihat dengan mata terbuka, aku mendapati kalau di ruang tengah ini ternyata aku gak sendirian.
Bukan Pak Heri tapi aku mengenalnya..
Untuk memastikan penglihatan, aku mengucek-ngucek mata, memperjelas pandangan.
Benar, aku sangat kenal dengan sosok yang sedang duduk bersandar ini.
Hanya itu yang bisa aku ucapkan, ketika melihat dengan jelas kalau yang sedang duduk itu adalah Bapakku..
Masih diam gak bergerak, aku terus memperhatikan sosoknya yang perlahan mulai tersenyum.
Lama kami berpandangan, diam tanpa kata.
Tapi gak bisa, karena aku sadar kalau Bapak tercinta sudah meninggal belasan tahun yang lalu..
"Bapak ngapain di sini?. Jangan khawatir, aku baik-baik aja kok. Bapak yang tenang di sana, gak usah khawatir."
Entah berapa menit kemudian, beliau mulai berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju pintu depan. Aku hanya memperhatikan sambil terus menangis..
"Bapak pulang dulu ya, kamu baik-baik di sini."
Itu ucapan terakhir yang keluar dari mulutnya, aku semakin keras menangis, air mata jatuh bercucuran.
"Iya Pak." Jawabku pelan..
***
Ah, kehadiran sosok Bapak ternyata hanya di dalam mimpi. Walau sebentar, tapi aku senang, rasa kangen sedikit terobati.
Pak Heri belum datang juga, sudah hampir jam dua pagi.
***
Perasaan cemas semakin lama semakin tinggi, rasa takut semakin menebal. Semoga perasaanku salah, karena sepertinya cekam malam belum selesai.
Ternyata, bukan dua kamar itu yang harusnya aku cemaskan, tapi ruangan belakang.
Pada detik itu, teror dimulai..
Tuhan, aku semakin ketakutan..
***
Suara itu tiba-tiba muncul, suara yang sudah sangat aku kenal, suara yang biasanya menandakan kehadiran sosok yang sangat aku takutkan..
Sekali lagi terdengar, bersumber dari ruang belakang, antara dapur atau kamar mandi.
Aku gak berani untuk melihat langsung ke ruang belakang yang gelap itu, gak berani. Lebih memilih untuk menundukkan kepala, dan membaca doa sebisanya.
Entah sudah bunyi yang keberapa kalinya, akhirnya secara reflek aku menoleh ke sumber suara..
Dia diam berdiri dengan balutan kain kafan kusamnya.
Terpaku, aku gak bisa memalingkan pandangan dari sosok pocong itu.
Wajahnya hitam legam, dengan mata yang membentuk garis putih, sungguh sangat menyeramkan..
Setelah berada di luar, aku langsung menyalakan motor, lalu mengendarainya, pergi dari rumah.
Malam itu, aku membelah perkebunan karet, menuju rumah Amri di kota.
***
Sungguh malam tadi sangat menyeramkan..
Jadi begini, karena khawatir dengan nasib Pak Heri, pagi-pagi sekali pak Lurah mampir ke tampat kami. Tapi dia menemukan rumah dalam keadaan kosong.
"Aduh, Pak Heri ke mana ya Pak, dia belum sampai juga di rumah. Saya tadi malam menginap di rumah teman, di kota."
Alhamdulillah, beliau baik-baik aja, tapi memiliki cerita seram sendiri, kenapa sampai terdampar di tengah hutan seperti itu.
***
Sampai jumpa minggu depan. Tetap sehat, supaya bisa terus merinding bareng.
Met bobo, semoga mimpi indah.
Salam,
~Brii~