Baiklah mari kita mulai
Kejadian ini sudah cukup lama, namun cukup membekas di ingatan, baik saya dan teman teman.
Selayaknya anak muda, aldi punya teman teman segeng yg tiap hari bersamanya.
Kumpulan beberapa remaja tanggung yg masih berapi api.
Mengingat bsk sabtu dan mereka libur, mereka santai sambil menyeruput secangkir kopi di gelas masing2 walaupun malam semakin larut.
"Kalian gak bosen ? duduk2 seperti ini terus ? Ngapain yuk gitu" ujar boby sembari menggaruk kepalanya.
"Hmm ngapain ya, main billiard yuk" sambung aldi memberi ide.
" ah kau billiard terus kerjaanmu, yg lain kek" jawab boby memprotes.
Mereka terdiam, sibuk mencari ide baru digagaskan.
"Nonton midnight aja gmn ? ada film horror baru keluar tuh katanya bagus".
"Ah kau ngapain hantu ditonton buang2 waktu saja" protes rio.
"Tunggu, hantu ? Menarik juga tuh" boby menyambung percakapan.
"Daripada kita nontonin hantu, gmn kalau kita datangin saja ? Ujar boby antusias.
Mereka kembali diam dan bingung.
"Datangin gmn bob ? Tanya aldi masih berusaha mencerna pernyataan boby.
"Ah kau gila bob, kayak ga ada kerjaan aja". Ujar rio yg sejatinya mmg penakut.
"Loh emg kita ga ada kerjaan kan, drpd bosen, gimana ?". Boby tetap kekeuh pada idenya.
Boby diam, dia berpikir keras.
"Hmm gmn kalau di kampus saja ?" Kata boby setelah beberapa saat.
"Ah kalian ini apa sih, udah cari ide lain saja, ya kan di ? Ujar rio sambil menatap aldi.
Setelah berusaha membujuk rio utk ikut maka kesepakatan pun mereka dapat.
Mereka pun membayar kopi mereka dan bergegas meninggalkan cafe tsb.
Rio aldi dan edo pun memakirkan mobil mereka di pekarangan rumah boby yg mmg cukup luas.
Namun rio nampak gelisah, seperti ada yg disembunyikan nya.
"Woi rio kau kok diem aja sih, takut ya ?" Kata aldi dlm perjalanan.
"Bob, td dirumahmu kok aku nyium bunga kantil sih ?" Tanya rio pada boby.
" ah hidungmu aja yg gak bener, mungkin dari kebun tetangga sebelah" jawab boby cuek.
"Tau nih, jgn nakutin lah cuy" ujar edo pada rio.
Tanpa terasa mereka pun sudah memasuki area kampus.
Kampus mereka sendiri cukup luas, dgn pepohonan rindang di sepanjang jalan. Cukup seram apabila didatangi malam hari.
"Dari paling belakang ajalah dulu" jawab aldi.
"Woke meluncur bos".
Boby pun memacu mobilnya dgn antusias.
Sampai lah mereka di fakultas pertanian. Fakultas ini mmg berada di area paling belakang di universitas ini.
"Nah kan, udah yuk balik aja, tiap fakultas pasti ada satpam nya" ujar rio berusaha meyakinkan teman2 nya.
Mereka pun mengurungkan niatnya masuk ke fakultas itu krn takut dikira maling.
"Ide bagus do mantap" sambung boby semangat.
"Ngotot banget sih kalian ini ah" ujar rio masih protes".
"Udalah yo, udah nanggung ini masa ga jadi" kata aldi.
Rio terdiam.
Kantin abah sendiri terletak di tengah2 universitas tsb. Letaknya disamping hutan kecil dan lapangan basket disebelahnya.
Mereka sering makan siang disini di sela sela jam istirahat kuliah.
Tak ada siapapun disana, hanya mereka berempat saja.
Tempat tersebut gelap gulita, hanya sebuah lampu remang2 menerangi area luar kantin.
"Yuk turun" ujar boby sambil membuka pintu mobilnya.
Mereka kemudian duduk di tumpukan bata yg ada disamping pintu kantin.
"Do bagi rokok dong" pinta boby memecah keheningan.
"Terus ngapain nih ?" Kata aldi.
"Dah duduk aja diem nunggu hantunya datang" jwb aldo sedikit bercanda.
"Bagus lah memang itu tujuan nya, sekali2 aku pengen liat hantu" ujar boby.
Boby mmg cukup pemberani, bahkan bisa dibilang dia agak tdk percaya hal2 berbau ghaib dan takhayul.
Setelah beberapa lama boby mulai bosan.
"Mana nih hantunya" ujar boby kesal.
"Disini ga ada mungkin" jwb edo singkat.
Boby diam sesaat, kemudian memperhatikan sekitar.
Mereka diam melihat boby melenggang menuju mobil.
Sekembali nya boby, sebuah kamera sudah berada di genggaman nya.
"Ngapain kau bob, mau photoshoot ya ?" Ujar aldi meledek.
"Wah gawat kau nih bob, enggak ah kalian saja !" Ujar rio tak setuju.
Rio terdiam tak bisa membalas.
Akhirnya mereka pun berjalan kearah hutan, nampak beberapa pohon pohon besar nan rindang berdiri tegak disekeliling mereka.
Setelah puas memotret, ia bersandar di salah satu pohon dan mulai mengejek foto2 yg ia ambil tadi.
Rio, aldi dan edo sontak ikut penasaran.
"Ah payah ga ada apa2 nih" ujar boby kesal.
"Yaudah gini aja, kita bagi 2 aku sama rio disini dan aldi edo diujung sana" perintah boby tiba tiba.
"Ya mungkin krn kita rame hantunya gak mau muncul" ujar boby sok tau.
Aldi dan edo pun setuju mereka beranjak menuju pohon diujung kanan mereka.
Setelah membakar rokok mereka duduk bersila dibawah pohon dibelakang mereka.
"Bob udah jam 3 nih pulang yuk" ujar rio.
"Bentar lg ah, udah diem nanti hantunya gak datang" jwb boby.
Mereka pun diam, hening sekali.
"Dah pulang yuk aku uda ngantuk nih" jawab aldi.
"Ah payah nih, kami ga ngeliat apa2. Kalian gmn ?" Tanya boby kesal.
"Ga ada tuh, biasa aja" jwb edo.
"WOI KUNTILANAK, GENDERUWO, POCONG MANA KALIAN SINI NAMPAKKAN WUJUD KALIAN !!!"
teriakan boby keras sekali.
"Woi bob gila kau ya ngapain pake teriak segala" ujar rio marah.
"Habis aku kesal, sia sia kita kemari" jawab boby ketus.
Aldi dan edo hanya geleng2 kepala melihat tingkah teman nya itu.
tiba tiba dahan pohon yg cukup besar jatuh tepat dibelakang mereka.
Rio yg kaget spontan berlari ketakutan, aldi dan edo yg tak kalah terkejut kemudian ikut berlari tunggang langgang meninggalkan boby sendirian.
"Woi kalian kok lari sih, cuma dahan pohon jatuh gitu" ujar boby sembari berjalan santai kearah ketiga teman nya itu.
"Setan darimana cuma dahan pohon gitu, kalo pocong td yg jatuh baru aku takut" jawab boby sembari tertawa kecil.
"Sinting kau bob" ujar rio sembari menggelengkan kepala.
Mereka pun masuk ke mobil dan bergerak pulang.
Sesampai nya dirumah boby, mereka duduk di teras sembari menegak minuman ringan yg diambil boby dari lemari pendingin.
"Aku juga deh" sambung rio dan edo berbarengan.
Boby pun beranjak membukakan pagar dan mereka pun bubar bergegas pulang kerumah masing2.
"Awas kau diikuti setan bob, ikut tidur pula nanti dia dikamarmu" ujar rio mengingatkan.
"Kalo setan nya cewek cantik gapapa deh" jwb boby bercanda.
"Mmg sinting kau ya, yaudah aku pulang dulu, sampai ketemu bsk" ujar rio
Rio pun pulang diikuti aldi dan edo.
Boby yg sudah mengantuk lantas pergi kekamar dan bersiap tidur.
Tak ada yg aneh setelah itu, ia tidur seperti biasa.
Tanpa boby ketahui inilah malam terakhir dia bisa tidur nyenyak.
Ia pun turun kebawah dari kamarnya utk mencari sesuatu yg bisa dimakan.
"Baru bangun tuan muda ?" Kata bu ratna. ia ibunda boby.
"Loh mama mau kmn ?" Tanya boby melihat ibunya sudah berpakaian rapi serba hitam.
"Innalillahi, yg bener ma ?" Tanya boby dgn raut muka sedih.
Mbok tini adalah pembantu mereka yg sdh bekerja bertahun2 dirumah itu. Sudah beberapa bln ini beliau sakit keras.
"Iya ma" jawab boby lesu
"Kamu kalo mau keluar jgn lupa kunci pintu ya, mama kyknya plg malem krn ada urusan sama papa" kata bu ratna dari kaca mobil.
Boby mengangguk pelan.
Boby sudah berdiri di depan kaca sambil merapikan rambutnya.
Ia ada janji dgn teman teman nya utk berkumpul di cafe langganan mereka malam ini.
"Mau pergi mas ?" Kata seseorang dari arah dapur.
"Iya mbok titip rumah ya" jawab boby cepat sambil membuka pintu bergegas keluar.
Sesampai nya di mobil, boby terdiam.
Dia terdiam lama sekali.
"Itu tadi mbok tini ?" Batin nya dalam hati.
"Mbok tini kan sudah meninggal, tadi kan mama pergi melayat beliau" ia semakin tak habis pikir.
Sontak ia berlari kembali ke rumah dan menuju dapur.
Tidak ada siapapun. Kosong.
"Ah mungkin perasaanku saja krn buru2 tadi" ia berkata dalam hati.
Ia pun memacu mobilnya meninggalkan kediaman nya itu.
Terduduk di samping edo, ia melamun.
Ia msh heran bagaimana ia tanpa sadar berbicara dgn mbok tini td dirumah.
"Woi bob dia, ngelamun jorok kau ya ?" Kata rio
"Sembarangan" boby tersentak.
"dasar narsis" kata boby seraya mengeluarkan kamera dari tas nya.
Aldi mengutak ngatik kamera tsb hendak mencari foto yg dimaksud.
Sedetik kemudian..
Di menekan tombol zoom bolak balik utk meyakinkan apa yg dilihatnya tidak salah.
"Guys, coba kalian liat ini" kata aldi gemetar.
Teman2 nya yg bingung mengarahkan pandangan mereka ke kamera yg di pegang aldi.
Sesosok makhluk tinggi besar hampir 2 meter tertangkap kamera, di semua foto yg diambil.
Sosok hitam dari ujung kepala sampai kaki dgn mata merah menyala.
Padahal jelas boby dan teman teman nya sudah mengecek tidak ada yg ganjil dari foto itu semalam.
"Astaghfirullah" kata rio menelan ludah.
"Perasaanku gak enak bob" kata aldi.
" udah udah hapus aja mungkin emg kita ga perhatiin td malam" kata edo sembari menegak segelas air.
Mereka semua terdiam, masih tdk percaya.
"Bob kau aman aman aja kan dirumah ?" Tanya aldi yg sudah mulai takut.
"Aman kok, udahlah cuma foto aja gitu" kata bobi berusaha positive thinking.
Tiba2 hp boby bergetar, diangkat nya hp tsb yg ternyata ibunya menelfon.
"Guys aku pulang duluan ya, mama aku nitip martabak nih disuruh beliin"
Kata boby sesaat setelah menutup tlp.
"Oke bob hati2 ya, klo ada apa2 kabarin kita" kata rio.
"Ah kalian ini parno an, bye"
Sepanjang jalan dia berpikir keras, dari mulai sosok mbok tini, ditambah sosok mengerikan di kamera nya.
Ada apa ini sebenarnya ? Batin nya dalam hati.
"Ah udahlah semoga ga kenapa2, si boby jg ga takut" sambung aldi menenangkan.
"Semoga aja deh ya" kata rio singkat.
Esoknya hari minggu berlalu seperti biasa, hari senin yg super sibuk sudah menanti mereka.
"Mana nih si boby, kok blm keliatan setengah jam lg kita ada kelas kan" kata edo sambil menyeruput segelas kopi hitam.
Pagi itu mereka duduk dikantin sembarinya menunggu kelas dimulai.
"Kenapa kau bob, lesu amat" kata rio sesaat setelah boby ikut duduk.
Raut muka boby yg lelah dan kantung matanya yg hitam tergambar jelas.
"Kurang tidur aku semalam". Jwb boby.
Boby hanya diam tak bereaksi.
Teman teman nya tdk tau, apa yg sebenarnya membuat boby tdk bisa tidur semalaman.
Seharian boby tidur di dlm kelas, rasa kantung tak kuasa ia bendung.
"Bob pulang sajalah sana, keliatan nya kau msh ngantuk sekali" kata aldi melihat boby yg menguap.
"Ah malas aku tidur dirumah, nanti mimpi buruk lg" ujar boby.
Teman teman nya terdiam mendengarnya.
Sebenarnya boby enggan bercerita pada tmn2 itu krn takut mereka khawatir.
Namun setelah dipaksa ia pun akhirnya buka mulut.
"Aku sudah 2 hari mimpi buruk, dalam mimpiku aku didatangi oleh makhluk dikamera ku waktu itu" kata boby lirih
"Astaga bob, jgn2 ini krn kau nantangin setan waktu kita uji nyali kemarin" kata rio tanpa basa basi.
"Ah ngawur kau, aku kan hanya iseng waktu itu". Jwb boby ketus.
"iseng mu itu malah membuatmu kualat bob" ujar edo kesal
"Yaudah gini aja, banyakin shalat bob, doa2 sebelum tidur. Insyaallah akan baik2 saja" kata aldi.
"Iya toh hanya mimpi, thanks di" jwb boby.
Tanpa mereka tau, mimpi buruk itu hanya awal dari apa yg akan menimpa boby selanjutnya.
Sedang asyik menonton tiba2 perhatian nya teralihkan oleh suara yg samar2 terdengar.
Dikecilkan nya volume tv utk mendengar lebih jelas suara apakah gerangan itu.
Tak salah lagi,
Suara tangis seorang wanita.
Namun seiring mengerasnya volume tv, suara tangis tersebut jg ikut menguat.
Semakin tersedu sedu.
Boby berpura pura acuh sambil terus menonton tv.
Tp sepanjang ia shalat perasaan tak tenang terus ia rasakan.
Seakan byk sekali yg mengawasi nya malam itu.
Setelah itu suara tangis itupun hilang. Tak terdengar lg.
Tapi sekali lagi, utk yg kesekian kalinya, sosok serba hitam dgn mata merah menyala itu datang lg di mimpinya.
Boby pun terbangun dari tidurnya, keringat mengalir deras membasahi tubuhnya.
Sekejap kemudian dia sudah berada diatas motor kawas**i nya menyusuri jalanan kota.
Di perempatan jalan ia berhenti sebentar utk membeli rokok di warung pinggir jalan yg msh buka.
Setelah itu ia berjalan lurus dan mengambil beberapa belokan jalan.
Itu warung yg sama tempat ia membeli rokok tadi.
Tapi apa yg ia dapati tak bisa diterima oleh akal sehatnya.
Warung pinggir jalan yg sama, lagi.
Sejurus kemudian ia melihat penjaga warung itu keluar.
Dan bak disambar petir, boby tercengang.
Dgn mata merah menyala terang, kali ini boby dpt melihat dari dekat tetesan darah pada kelopak mata sosok itu.
Terlalu mengerikan utk dapat digambarkan.
Boby yg panik lantas melarikan diri sekencang2 nya dgn motornya.
Ia tak bisa lagi melawan ketakutan nya, dipacu nya motor nya sekencang2 nya.
Ia membaca segala macam doa yg diingatnya.
Ditelusuri nya kembali jalan yg ia yakin menuju rumahnya, kali ini ia berhasil.
Sejurus kemudian dia sampai di pekarangan rumahnya.
"Cari angin gabisa tidur" kata boby dgn muka masih ketakutan.
"Yaudah bentar lg subuh, shalat dulu baru tidur lg" kata ibu boby sembari masuk kekamar.
Tapi apa yg menantinya diujung tangga tak pernah diduganya.
Ia mendapati sosok perempuan, dgn wajah dan stelan baju yg sama dgn org yg berbicara padanya dibawah td.
ITU IBUNYA.
"Baru pulang nak ?" Kata sosok itu datar dgn raut muka menyeramkan.
Lutut boby lemas seketika, ia yakin itu bkn ibunya. Ada satu hal yg meyakinkan boby itu bkn ibunya.
Mata sosok itu merah berteteskan darah di kelopak nya.
Ia pun terjatuh dan terguling kebawah tangga, sejurus kemudian ia pingsan tak berdaya.
Ibu dan ayahnya terduduk lesu di sampingnya.
"Kamu baik2 saja nak ?" Kata ibunya selagi membelai rambutnya.
"Mama" sahut boby sambil berusaha memeluk ibunya itu
"Ma tangan boby sakit sekali" kata boby seraya memegangi tangan nya.
"Kamu juga sih, kok bisa jatuh dari tangga bob" kata ibunya kasihan.
Boby terdiam tak mampu untuk menjelaskan kpd ibunya itu.
Boby mengangguk pelan.
"Bob, kamu baik2 saja nak, kata mama kamu keluar malam td tdk bisa tidur ?" Tanya ayahnya menyambung percakapan.
"Yaudah kamu istirahat ya, tunggu nek nur datang mengobati tangan kamu, kalau misalnya parah kita langsung ke dokter" ujar sang ayah.
Ia terbangun lg oleh suara yg tak asing lg ditelinga nya.
"Bob kau kenapa bob sampai gak masuk kuliah ?" Kata rio yg datang dibarengi aldi dan edo.
Boby terpaku melihat teman teman nya itu.
Ia khawatir teman2 nya mengkhawatirkan dirinya.
"Bob, ini nek nur sudah datang" tiba2 bu ratna masuk diikuti nek nur sang ahli pijat.
Kemudian nek nur tanpa berkata sepatah pun duduk disamping boby.
Semua orang di kamar itu keheranan melihat tingkah nenek itu.
"Nek silahkan mulai dipijat". Kata bu ratna tak sabaran.
Nek nur membuka matanya, namun ia msh terdiam.
"Ini bukan terkilir biasa bu, ada campur tangan lain".
"Maksudnya nek ?" Kata bu ratna msh belum mengerti.
Nek ratna kemudian memandangi boby, kemudian rio, aldi, dan edo.
"Kalian bandelnya kelewatan" kata nek nur.
"E..emang kami kenapa nek ?" Tanya rio berusaha mencerna kata2 nenek itu.
"Boby seperti ini akibat ulah kalian beberapa malam lalu, makhluk ini berasal dari tempat itu" timpal nek nur serius.
"Makhluk apa nek ? Saya tak mengerti" kata aldi tak kalah terkejut.
"Kalian tahu makhluk mana yg saya maksud" kata nek nur sembari memandangi mereka satu persatu.
Mereka terdiam membisu, tak salah lg yg dimaksud nek nur adalah makhluk di kamera boby.
"Apa maksudnya nek ? Saya benar benar tak mengerti".
Nek ida menghela nafas dalam dalam.
"Coba kalian ceritakan yg sebenarnya, kalau tidak saya tdk bisa mengobati boby" kata nek ida serius.
Akhirnya rio pun menceritakan detail cerita mereka uji nyali dan tindakan boby yg sembrono tdk luput diceritakan nya.
"Astaga, kalian ini apa sih kurang kerjaan sekali, kayak orang gila saja" kata bu ratna ibu boby marah.
"Ulah kalian sendiri membuat kalian celaka" kata nek ida
"Sekarang setan ini ada di dalam tubuh boby" kata nek ida menambahkan.
Semua yg ada di ruangan itu terkejut.
"Anak ini harus mati, karena sudah berani menantangku" itulah yg keluar dari mulut boby, rupanya iblis itu sudah merasuki boby.
Semua yg ada di ruangan tersebut tercekat.
"B..bagaimana i..ini nek ?" Kata bu ratna ketakutan.
"Kita keluar dulu dari sini bu tidak aman, makhluk2 lain mulai berdatangan" kata nek nur.
"Nek apa yg harus kita lakukan ?" Kata bu ratna cemas
"Tlg jemput anak saya dirumah, saya tdk akan bisa menangani ini sendirian" perintah nek nur.
"Biar kami saja nek alamatnya dmn" kata aldi.
Dari dalam kamar terdengar suata teriakan boby, berteriak histeris mengerikan.
"Nek tolong selamatkan anak saya, saya akan bayar berapapun" kata bu ratna mulai menangis.
Bu ratna tak henti menangis sampai setengah jam kemudian aldi dan teman2nya kembali membawa anak nek nur.
Sosok seumuran bu ratna dgn jenggot panjang, ia biasa dipanggil pak danu.
Nek nur hanya melirik pada pintu kamar boby.
"Bantu emak dan, mak sdh tua gak sanggup sendiri" kata nek nur
"Jgn ada yg masuk ya, takutnya iblis itu malah pindah masuk ke kalian".
Bu ratna, aldi rio dan edo pun hanya bisa pasrah menunggu diluar kamar.
Berulang kali bu ratna memaksa masuk krn tidak tahan mendengar teriakan boby yg terdengar seperti orang yg sangat kesakitan.
Namun aldi dan teman teman nya terus mencegah bu ratna.
Air mata terus mengalir di pipinya. Ia tak tahu harus bagaimana jikalau sesuatu buruk terjadi pada anak semata wayang nya.
"Bagaimana boby nek" tanha bu ratna panik.
Nek nur yg terlihat lelah menghela nafas dalam2.
"Persetujuan apa nek ?" Tanya bu ratna masih menangis.
Dengan tatapan tajam nek nur menatap bu ratna.
"K..kalau tidak apa nek?"tanya bu ratna pilu.
Bu ratna yg mendengarnya tak kuasa menahan pecah tangisnya.
Dia tersungkur terduduk tak kuasa menahan pilu.
"Kalian juga doakan boby ya" ujar nek ida sembari menatap aldi dan teman teman nya.
3 sekawan itu hanya mengangguk pasrah.
Lalu menit berganti menit, jam berganti jam berlalu tak terasa.
Seiring berjalan nya waktu teriakan histeris boby bak orang kesakitan terus terdengar.
Aldi rio dan edo serta bu ratna pun teralihkan kesibukan nya menjelaskan kepada tetangga ttg kondisi dan situasi yg terjadi.
Situasi kian mencekam ketika malam tiba.
"Sudah pak, percayakan saja sama nek nur, kita shalat ya doakan boby" cegah bu ratna ketika suaminya memaksa masuk ke kamar boby.
Selesai shalat maghrib, suara teriakan boby pun terhenti.
Tapi tetap tak bisa membuat semua orang dirumah itu tenang.
Didapati lah boby yg sudah tidak sadarkan diri, terlihat tubuhnya dipenuhi lebam kebiruan layaknya habis dipukuli seseorang.
"Boby bangun nak bangun, jgn tinggalin mama" kata bu ratna berurai air mata.
"Tenang bu tenang boby sudah tidak apa apa, makhluk jahat itu sudah berhasil kami usir" ujar pak danu menenangkan.
Nek nur mendekati bu ratna sambil mengelus lembut bahunya.
"Melayat siapa bu ?" Kata bu ratna yg bingung.
Nek nur tersenyum.
"Kami sudah hampir putus asa bu, sampai sesosok qorin seseorang membantu melawan iblis itu" timpal nek nur.
"MBOK TINI" ujar bu ratna tersadar.
Mbok tini memang sangat dekat dgn boby, sedari boby dilahirkan hingga tumbuh besar, beliau lah yg sedari dulu mengurusi boby.
Bu ratna terdiam, teringat sosok pembantu rumah tangga yg bertahun tahun mengabdi kepadanya itu.
"Yasudah kami izin shalat dulu, waktu maghrib sudah hampir lewat" ujar pak danu kemudian.
"Sebaiknya boby dibawa kerumah sakit pak, tangan nya sudah diurut td, tp alangkah baiknya ditangani secara medis lebih lanjut" ujar pak danu pada ayah boby yg mengantar mereka ke pintu pagar.
" sama sama pak, sudah sepantasnya sesama muslim saling membantu. semoga boby lekas pulih" ujar pak danu.
Pagi itu aldi, rio, dan edo duduk dikantin seperti biasa.
Sekejap kemudian mereka terperanjat kaget melihat boby yg datang dari arah parkiran.
"Boby !! Udah sembuh kau ?" Ujar edo girang.
"Sudah kemarin baru keluar dari RS, pesankan aku minum dong" kata boby dgn suara parau nan halus.
Aldi sontak memukul kepala rio.
"Udah sana pesenin, tuan muda haus nih" perintah aldi.
"Sama saja kalian semua brengsek" ujar boby sembari tertawa kecil.
Boby tanpa menjawab kemudian membuka kemejanya. Tampak beberapa luka legam msh terpatri ditubuhnya.
"Ya sudah mendingan lah, kupikir aku bakal mati waktu itu" ujar boby msh dgn suara parau seperti kehabisan suara.
Boby dan edo serempak mengangguk pelan.
"Ohiya, nanti sepulang kuliah, kalian ikut aku ya" ujar boby kemudian.
"Kemana ?" Tanya rio yg tiba2 datang dgn segelas minuman.
Seketika boby pun teringat akan sosok pengasuh nya itu, sosok lemah lembut dan penyayang itu.
Boby sungguh menyesali dirinya sendiri, bagaimana ia tak pernah menjenguk si mbok sewaktu sakit keras, bahkan ia tak ikut melayat ke pemakaman nya waktu itu.
Taburan bunga dan iringan doa menutup segala kisah waktu itu.
Bagaimana itu semua bisa saja membahayakan jiwa dan raga teman kami, dan bagaimana segala yg terjadi membuat kami tak mau lagi kembali ke kantin abah, tkp itu.
Terkadang kita sebagai manusia terlalu angkuh pada lingkungan.
Terkadang kita sebagaimana makhluk sosial terlalu acuh pada orang sekitar.
Tak ada asap jika tidak ada api.
@bacahorror #bacahorror