Namun ketika didekati, bunyinya hilang, dia yakin kalau itu berasal dari belakang, entah kamar belakang, dapur, atau kamar mandi.
Tapi ya itu tadi, setiap didekati suaranya hilang..
Cp by @dimsoii
@InfoMemeTwit
“Pak, lihat deh, kucing hitam itu muncul lagi.”
Pagi itu, om dan Wahyu sedang duduk di ruang tengah, menikmati pagi di hari libur. Seperti biasa, kopi dan (Kali ini) pisang rebus menjadi santapan.
Iya, kucing hitam, ada seekor kucing berwarna hitam yang nyaris setiap pagi datang ke rumah, entah dari mana.
Biasanya dia datang lalu duduk di depan pintu, di atas keset, gak masuk ke dalam.
Kalau sudah datang kami akan memberinya makan, entah ikan atau ayam atau lainnya, sisa makanan semalam.
Kucing ini juga gak pernah bersuara, kami gak pernah mendengarnya mengeong.
Wahyu langsung bergegas ke dapur, mengambil makanan untuk si kucing.
Lalu dengan lahap dia memakan makanan pemberian Wahyu, dalam hitungan detik makanan langsung habis.
Wahyu bertanya kepada si kucing sambil duduk di hadapannya, tentu saja kucingnya gak menjawab.
Salah satunya, beberapa kali dia tampak menatap tajam ke arah bagian belakang rumah, dapur dan kamar mandi.
Kami gak mau menambah satu persoalan lagi.
***
Dia adalah putri dari pemilik toko kelontong di kota, toko langganan tempat kami berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Mereka selalu bersenda gurau kalau sudah bertemu di toko, om hanya memperhatikan saja tingkah laku mereka ini.
Tapi pacaran atau nggak, om gak tau pasti, karena Wahyu selalu cengengesan kalau ditanya mengenai hal itu.
Kalau pun datang biasanya sambil membawa barang-barang kebutuhan kami juga, sekalian.
Wajahnya merekah sumringah kalau melihat Nuning dan adiknya sedang di atas motor menuju rumah,
***
Tanya om ketika melihat Wahyu resah dan gelisah duduk di teras rumah.
Waktu itu hari minggu, sudah jam sebelas siang. Kami memang bangun kesiangan, setelah shalat subuh tertidur lagi karena malamnya gak tidur sama sekali.
Wahyu menjawab sambil matanya terus menatap perkebunan karet, berharap Nuning dan adiknya muncul dari kejauhan.
Om mengiyakan usul Wahyu, benar juga apa katanya, takut ada apa-apa.
Wahyu pun berangkat, meninggalkan om di rumah sendirian.
***
Tanya Wahyu ketika sudah sampai di toko dan bertemu dengan Nuning. Sukurlah, Nuning baik-baik saja, kekhawatiran kami gak terjadi.
Wahyu kebingungan, kenapa Nuning sudah datang tapi malah pulang lagi, ada apa?
Begini ceritanya..
Sama dengan hari itu, gak menemui hambatan yang berarti, jam sembilan kurang mereka sudah sampai di depan rumah.
Tapi kali ini sepi, rumah seperti gak berpenghuni, pintu dan tirai jendela masih tertutup semua.
Gak ada jawaban..
Nuning mengetuk sekali lagi, namun sama juga, gak ada jawaban..
“Puuusssss..” Kata nuning melihat kucing itu.
Entah apa yang ada di pikiran Nuning, Kemudian dia berjalan mendekati.
Ketika sudah berada di depannya, Nuning berjongkok sambil mulai mengusap kepala si kucing.
Pada detik itu Nuning terdiam, terperangah..
“Kak Nuning, kak. Ada apa? Kok diam?” Tanya sang adik.
“Ayo dek, kita pulang, cepat nyalakan motor. Kita harus pergi dari sini cepat-cepat.”
Dengan wajah panik Nuning bilang seperti itu.
***
“Kami ketakutan, lalu segera pulang.”
Begitu penjelasan Nuning.
***
Selama ini kami belum pernah sekali pun melihat setan atau hantu berwujud perempuan, agak kaget mendengarnya.
Tawa menyeringai menjadi pemicu Nuning untuk langsung berlari menuju adiknya yang masih di atas motor.
Lalu mereka pergi meninggalkan rumah cepat-cepat.
Begitu kata Wahyu.
Tapi, kami berkeyakinan kalau Nuning gak akan berbohong, buat apa?
Namun pada akhirnya, apa yang Nuning ceritakan akan mengerucut menjadi satu dengan peristiwa seram yang akan kami alami di depannya.
kami pemeran utamanya? Belum tentu..
***
Jam satu tengah malam, kami berjalan mindik-mindik di bagian belakang rumah, semua sudutnya kami telusuri, kamar belakang, kamar mandi, dapur, semuanya.
Jawab om, masih dengan garis muka penasaran bercampur takut.
“Ya sudah, kita balik ke kamar lagi saja.”
Lalu kami kembali ke kamar.
Suara Wahyu nyaris berbisik.
“Iya, akhirnya saya juga dengar Yu. Suara apa itu ya? Suara dari mana?”
***
Kata Wahyu, pintu depan dalam keadaan terbuka, sengaja dibiarkan seperti itu supaya udara sore dapat masuk.
Tiba-tiba samar terdengar suara.
Awalnya Wahyu gak memperhatikan suara itu, tapi lama kelamaan suaranya semakin jelas.
Suara apa itu? Pertanyaan itu yang timbul di benak Wahyu. Setelah mulai timbul pertanyaan dan rasa penasaran, Wahyu mengecilkan volume radio, supaya dapat mendengarkan lebih jelas lagi.
“Duk, duk, duk, duk”
Terdengar lagi..
Wahyu yakin kalau suara itu berasal dari belakang.
Hingga akhirnya, dia sampai di depan pintu kamar mandi, menghadap dapur.
Hening, gak ada suara apa pun.
Hasilnya sama, kamar mandi kosong, gak ada apa-apa juga.
Hilang, suara itu tiba-tiba hilang.
***
Begitulah..
Menjelang jam satu malam, kami sudah di ambang tidur.
Tiba-tiba terdengar suara seperti itu.
Om mendengarnya, tapi masih belum yakin dengan pendengaran sendiri.
Om langsung menoleh ke arah Wahyu.
Kata Wahyu yang ternyata belum tidur, ternyata mendengar suara itu juga.
“Kedengarannya dari belakang Yu.” Ucap om lagi.
“Iya Pak.”
“Biarin ajalah Pak, nanti juga hilang sendiri, mungkin.” Wahyu bilang begitu.
Ya sudah, om ikuti apa kata Wahyu.
“Kayaknya kita harus ke belakang Yu, takut ada apa-apa.” Om mengajak Wahyu untuk memeriksanya, mencari sumber bunyi.
Lalu kami membuka pintu kamar dan berjalan ke belakang, lampu petromak ruang tengah masih menyala cukup terang, masih mampu menerangi sampai ke belakang.
Sesaat kami diam, berhenti melangkah, mencoba menegaskan di mana sumbernya.
kemudian kami kembali berjalan, menuju dapur, lalu memeriksa setiap sudutnya.
Tapi suara itu gak terdengar lagi, hilang..
Jam satu tengah malam, kami berjalan mindik-mindik di bagian belakang, semua sudut kami telusuri, kamar belakang, kamar mandi, dapur, semuanya.
Jawab om, masih dengan garis muka penasaran bercampur takut.
“Ya sudah, kita balik ke kamar lagi saja.”
Lalu kami kembali ke kamar.
“Iya, akhirnya saya juga dengar Yu. Suara apa itu ya? Suara dari mana?”
***
Sekitar jam sebelas malam, suara itu muncul lagi..
"Duk, duk, duk, duk.. "
Seperti ada yang memukul-mukul dinding rumah.
"Duk, duk, duk, duk.."
Melangkah ke luar kamar lagi, kami berniat mencari dan mendatangi sumber suara, penasaran..
"Duk, duk, duk, duk.."
Muncul lagi suaranya, kami melirik ke arah dapur, sepertinya dari situ..
Suara duk duk itu bersumber dari dalam lantai, seperti ada yang memukul-mukul dari bawah lantai dapur. Memukul-mukul mukul dari dalam tanah..
Lalu apa/siapa yang memukul lantai dari bawah?
Kami langsung merinding ketakutan. Kemudian meninggalkan dapur menuju kamar.
***
Hingga pada suatu malam, ada kejadian yang akhirnya memaksa kami untuk melihat sumber suara.
***
"Muncul lagi Pak, keras sekali kedengarannya."
Nyaris berbisik Wahyu bilang begitu.
"Biarin aja Yu, nanti juga hilang sendiri."
Lalu om coba memaksa diri untuk tidur, memejamkan mata, mengabaikan suara itu yang makin lama semakin keras terdengar.
Duh, keras sekali suaranya, kami semakin gak bisa tidur.
Membayangkan apa kiranya yang sedang memukul-mukul lantai dari bawah, suaranya semakin lama semakin menggiring asumsi seram, berkecamuk liar digelayuti hawa yang juga mencekam.
Lalu tiba-tiba..
Tedengar suara kucing dari luar, sepertinya si kucing berada di bawah jendela kamar.
"Mungkin kucing hitam itu Pak."
"Udah Yu, biarin aja."
Lalu kami kembali diam.
Kucing itu lagi-lagi mengeluarkan suara, beberapa kali dengan kerasnya.
"Biar saya usir aja Pak, berisik"
Wahyu langsung berdiri dan membuka jendela kamar.
"Benar Pak, kucing hitam. Hush hush... Pergi sana."
Kata Wahyu sambil mencoba mengusir kucing itu.
Lalu si kucing berjalan ke belakang rumah, sambil sesekali mengeong keras dan menoleh ke arah Wahyu, menatap tajam.
Ide yang aneh, tapi Wahyu sepertinya sangat penasaran, dengan berat hati om mengikuti ajakannya..
Benar, kecurigaan Wahyu terbukti, setelah melihat ke belakang, ternyata pintu terbuka lebar. Padahal kami yakin kalau pintu sudah terkunci sebelumnya.
Suara Wahyu sudah terdengar bergetar, sepertinya dia mulai cemas.
Perlahan kami melangkah ke pintu belakang.
Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba..
Suara itu muncul lagi, tapi kedengarannya bukan dari dapur seperti sebelumnya, tapi di ruang tengah, tepat di depan lemari. Sumber bunyi tepat di samping kanan kami.
Berhenti beberapa saat unyuk memperhatikan, kemudian kami lanjut melangkah.
Tanpa memperdulikan si kucing, lalu Wahyu menutup pintu dan menguncinya.
tiba-tiba..
Pintu depan perlahan terbuka dengan sendirinya..
Memperhatikan dengan seksama pintu yang semakin lama semakin terbuka lebar, hingga akhirnya terbuka sepenuhnya..
Sosok perempuan berbaju gelap kusam, dengan rambut kusut panjangnya, lampu petromak yang masih menyala redup memaksa kami untuk melihat semuanya dengan jelas.
Sosok yang menyeramkan, bergerak seperti melayang membawa tubuhnya ke ruang tengah...
Kami sangat ketakutan.
Wahyu membuka lagi pintu belakang, menarik tangan om untuk keluar.
Ketika sudah berada di luar, om gak melihat lagi kucing hitam tadi, entah ke mana.
Berjalan cepat kami menyusuri samping rumah dalam gelap.
"Ayok Yu, jalan terus." Om mengajaknya untuk segera pergi.
Wahyu menyuruh om untuk melihat ke dalam rumah, yang akhirnya om ikuti kemauannya.
Ada pemandangan yang menyeramkan..
Lalu om menarik tangan Wahyu untuk segera meninggalkan rumah.
Yang pasti, cepat pergi menjauh..
***
Oh iya, seperti #rumahteteh, #rhdpk juga akan dijadikan buku, mohon doa teman-teman semua, semoga dilancarkan. Buku yang akan sangat gila horrornya..
Met bobo, semoga mimpi indah..
Salam
~Brii~