Mereka yang tak kasat mata, selalu ada disekitar kita. Sebagaimanapun mereka menganggu ditempatku, rumahku tetaplah yang ternyaman bagiku.
@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #threadhorror
Pada saat proses pembangunan, salah satu tukang bercerita bahwa setiap malam ada suara ketukan dari kamar 2 yg berada di lantai 2.
Beberapa bulan kemudian, keluarga gue mengadakan selametan atas pembangunan rumah ini. Akhirnya keluarga besar gue dari kampung pun turut hadir.
"Assalmualaikum."
"Waalaikumsalam." Ujar nenek gue sambil berjalan menuju pintu depan. Namun anehnya tidak ada satu orangpun disana.
"Mi, tadi denger suara orang ketuk pintu dan mengucapkan salam?" Tanya nenek ke umi.
Umi mengangguk, "Iya nek, tadi umi denger. Emang siapa?" Tanya umi kembali.
Umi terlihat syok, "Beneran nek?"
Nenek mengiyakan. Namun sosok berusia lebih dari setengah abad itu menenangkan anaknya, "Udah gapapa mi, lagian dia jin baik kok. Kan mengucap salam." Ucap nenek sambil mengelus bahu umi.
Pernah suatu malam, saat itu tante menginap dirumah. Dia tidur di ruang keluarga karena anaknya menangis.
Awalnya dia mendengar seperti orang mencuci piring di dapur, namun dia mengabaikannya karena tante mengira bahwa itu adalah umi yg sedang mencuci piring.
"Masa umi jam 3 pagi nyuci piring?" Tanyanya dalam hati. "Gak beres ini." Lanjutnya.
Tak selang lama, tante mendengar bunyi gelas beradu dari meja makan. Arah matanya kita menghadap dapur.
Yang membuat bulu kuduk merinding adalah tante sama sekali tidak melihat manusia disana, melainkan sosok hitam tinggi melebihi plafon.
Setan itu kemudian berlalu menuju arah bagasi mobil. Sedangkan tante tidak bisa menggerakan badannya.
Gue dan om mendatangi tante yg tengah menutup mata dan akhirnya dia menceritakan kejadian yg baru saja menimpanya. Selanjutnya, sekeluarga tidak ada yang tidur sampai pagi.
Gue hanya tau kisah-kisah yang ada di rumah gue dari saudara-saudara gue. Bahkan juga ada temen gue yang juga diganggu oleh mereka.
Hari itu gue pulang sekolah dan sampai rumah jam 4 sore. Gue dapat kabar bahwa orang tua gue sedang keluar dan menaruh kunci rumah di rak sepatu. Gue tanpa curiga sedikitpun membuka kunci pintu rumah.
"Assalamualaikum." Ucapku.
"Waalaikum salam."
Gue berhenti seketika, tangan gue bergetar sambil menggenggam ganggang pintu. Ada yang menjawab salam dari dalam. Entah itu siapa.
Beberapa hari kemudian, hal yang lebih menakutkan lagi terjadi. Gue masih ingat hari itu hari jumat.
Saat itu ortu juga sedang keluar dan gue masuk ke rumah itu sendirian.
Pada saat itu gue duduk di ruang tengah sambil menonton tv. Tiba-tiba ada suara aneh yang berasal dari dapur.
Disaat gue sedang mencari tahu, tiba-tiba suara itu berpindah dan terdengar dari garasi. Akhirnya gue balik lagi menuju garasi.
Pada saat gue sampai di garasi, suara itu menghilang. Jujur gue kesel. Tapi disaat gue mau mengumpat, tiba-tiba terdengar bunyi dari dapur.
Ya, suaranya seperti setumpukan buku yang dibanting ke lantai. Jelas sekali di telinga gue. Gue berjalan menuju dapur, tapi tidak ada satupun barang yang terjatuh.
Jujur, gue kesel dikerjain sama mereka pada saat itu.
Tiba-tiba ada suara buku dibanting kembali, persis suaranya di dapur.
"Bruk...!"
Gue liat ke sekitar, gak ada apa-apa. Gue merinding, akhirnya gue lari ke luar rumah.
"Bajingan, djancok." Umpat gue sambil lari.
"Sia kunaon, Nan?" (Lo kenapa, Nan) Tanya tetangga gue. Sebut aja teh amy.
"Aya jurig, teh." (Ada setan, mba) Kata gue sambil ngos-ngosan.
Gue langsung translete aja yak. Pake bhs indo.
Gue cuma diem. Masih ngatur nafas.
"Yaudah, pintunya ditutup. Lo mahriban dulu di rumah teteh. Sekalian teteh ambil sesuatu dulu ke rumah." Ucap teh amy terus masuk ke rumahnya diikuti gue.
Hanya lampu teras yang menyala terang, sedang lampu diruang tengah hanya remang-remang dan selebihnya lampu dimatikan.
Waktu kita noleh ke arah dapur, bom! Ada sosok hitam tinggi disana. Teh amy mengenggam erat tangan gue. Lah gue, cuma bisa diem melongo melihat sesuatu yang seperti itu.
"Anjir, tadi suara doang, sekarang wujudnya." Umpat gue lagi.
Gue dan teh amy cuma bengong di pelataran rumah, akhirnya gue menunggu ortu gue sampai pulang (lagi).
Semenjak kejadian itu gue jadi penakut, bahkan gue selalu tidur di lantai bawah dan membiarkan lantai atas tak berpenghuni.
Sampai suatu hari, gue dinasehatin seseorang agar gue gak takut terhadap hal begitu.
Sampai suatu hari gue tidur di lantai dua, dan benar-benar sendiri.
Dulu pernah gue bangun tidur. Waktu itu masih jam 5an kalo ga salah. Gue itu selalu naro handuk di pegangan deket tanda (cek foto cover, itu adalah foto di lantai 2 dan ada handuk disana.)
Gue tidur di kamar 1 di lantai 2 dan waktu gue ambil handuk, otomatis gue nengok ke lantai satu. Dan lo tau, gue liat orang berjalan di bawah.
Gue liat seseorang memakai jubah warna putih, sama seperti kakek gue pas naik haji. Jujur, gue gak takut sama sekali waktu itu, bahkan gue berlari turun tangga buat kejar dia.
Kayaknya, seumur-umur gue liat begituan, cuma saat itu doang, gue gak gemeteran. Bahkan gue kejar itu setan yang menyerupai kakek.
"Nan, asu rumah lo banyak banget." Ucap Amin sedaat setelah masuk rumah.
Awal-awalnya dia nunjukin ditempat mana aja yg ada setannya.
"Gue cuma pernah diliatin yg genderwo." Kata gue jujur.
"Mau gue buka lagi?" Tanyanya.
"Ogah." Jawab gue sambil gelenggin kepala.
"Lo sholat sama dzikir di lantai dua gih."
Dia menuruti permintaan gue. Dia lalu sholat isya diatas, tanpa penerangan. Benar-benar gelap. Dan apakah kalian tau apa yg terjadi?
"Kenapa lo?" Ucap gue saat liat dia turun tangga.
"Anjir, banyak kampret." Umpat dia.
Gue cuma ngakak waktu itu.
"Tapi gue gak beruntung di gangguin mulu, Min."
Dia gamau cerita apa aja yang ada di lantai dua, katanya mah biar gue ngerti dengan sendirinya. Dan katanya dia berdoa supaya gue diliatin juga, ngeselin kan?
Kamar 2? Gue gak berani. Jujur, kamarnya gelap, hawanya yang gelap maksudnya hehe.
Beh gue selalu ngehidarin kamar itu untuk beberapa tahun. Bahkan gue juga ga pernah masuk ke kamar itu.
Akhirnya gue iseng-iseng buat tidur di kamar dua itu. Dan segalanya terpampang jelas dalam mata dan telinga.
Kalo kalian mikir itu tetangga, kalian salah besar. Rumah gue itu tingkat sendirian disitu. Dan gak mungkin itu tetangga yang ngetuk temboknya.
Jam 2 malam, suara ketukan itu muncul.
"Dug dug" Bunyi tembok di ketok.
Gue kaget dong, tapi dengan iseng gue balas ketok sebanyak tiga. Dan ketukan gue dibalas 3 kali juga.
Dan sesuatu di luar nalar itu terjadi lagi. Mereka yg tak kasat mata membalas ketukan gue, seirama dengan ketuk pramuka men. Merinding gue saat itu.
Pernah juga suatu malam, mungkin waktu itu masih jam 12an dan gue baru balik dari tongkrongan gue.
Tapi anehnya pas gue pindah ke sudut ruangan yang lain, itu lagu gak ada men. Benar-benar hilang.
Gue merinding saat itu tapi ya gak kabur, masih diem diruangan itu, karena gue udah mulai teratur untuk tidur di kamar 2 itu.
Adik gue 2 dan masih kecil. Mereka tidur di kamar utama dan dikamar lantai bawah.
Umi ke atas paling buat jemur pakaian doang. Sama bangunin gue palingan hehe.
Waktu itu gue liat persis dengan mata kepala sendiri itu gagang pintunya dibuka-buka men, (tapi pintunya ga sampe kebuka) gue kaget saat itu.
Dan dengan cepat gue buka pintu itu, kalian tau? Gak ada siapa-siapa disana. Sumpah eweh jalma didinya. (Gak ada orang disana.)
Oh iya, gue itu orang jawa. Tapi dari kelas 2 SD pindah di sunda, makanya gue paham 2 bahasa daerah.
"Brug"
Gue merinding saat itu juga dan kembali masuk ke kamar untuk melanjutkan tidur. Gue sempetin juga buat minta maaf,
"Yaelah sensian amat jadi setan, lagian ganggu orang tidur." Ucap gue bermonolog.
Waktu itu gue lagi nonton film sambil tiduran di kamar 1, tp pintu kamarnya terbuka.
Saat gue liat pintu kamar, sekelibet ada cewek jalan cuy di depannya. Ngeselin emang.
Setiap malam, gue gak pernah nutup korden jendela.
Suatu malam disaat gue lagi tiduran di kasur kecil itu, yg ada di foto juga.
Gue gak kabur kok, gue cuma diem aja, terus tutupin mata, berharap cepet tidur :) Dan terbangun di keesokan harinya.
Nah kucing itu berjalan menuju arah dapur, dan tentunya gue ikutin dong.
Waktu gue deketin ke bangku itu, kucingnya hilang dong. Bener2 gak ada, seketika gue tutup semua pintu yg ada di dapur.
Gue cari itu kucing di seluruh dapur dan gak ada. Gue panik dong, akhirnya gue buka pintu geser itu, gue keluar dan gue geser lagi pintu itu sampai ketutup.
"Tai ah, yaudah hayok ke rumah gue dah." Ajak gue ke dia. Diapun menyanggupi.
Setengah jam kemudian, sekitar jam 8 malam, gue balik ke rumah bersama temen gue itu. Panggil aja namanya Sukijan.
Itu kucing gimana bisa keluar anjer? Padahal sebelum gue pergi, gue pastiin bahwa kucing itu gak keluar dari dapur.
"Lo lupa kali, kalo kucing itu sebelumnya udah keluar dari dapur, Nan." Kata Sukijan.
"Belom jan, bener, suer dah." Kata gue.
Gue mencari kucing itu bersama Sukijan dan tetap kita gak nemuin. Bahkan setelah 10 menit mencari.
Dan dia cuma diem aja.
Habis itu terdengar bunyi air ngucur dari dapur. Gue dan sukijan pergi ke arah dapur dan di dapur gak ada keran yg mengucur men. Seketika itu sukijan berlari ke luar rumah.
Bahkan dia langsung meminta pulang saat itu juga.
Dia sampai sekarang sih selalu bilang gue itu halu kalo gue cerita habis liat sesuatu, hehe. Semoga lo liat deh jan wkwk.
Aslinya masih banyak gangguan, gara-gara saking banyaknya itu gue bingung mau ceritakan yg mana.
Sehabis thread ini, gue akan memberikan kalian cerita-cerita yang entah itu gue mengalaminya sendiri, atau orang lain yg mengalaminya.
Sekian dari saya.
Salam, Nan.