, 82 tweets, 13 min read
-Kesalahan-

Ketika kita melakukan kesalahan, lalu mereka menegur kami melalui mimpi.

@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #threadhorror
Beberapa tahun yang lalu, salah satu teman gue yang bernama Jono mengajak gue untuk naik gunung. Karena gue memang suka hiking, akhirnya gue memutuskan untuk ikut. Lagipula, selain jaraknya yang lumayan deket dan tidak perlu modal begitu banyak.
"Ada ceweknya?" Tanya gue. Sejujurnya gue males jika ada cewek yang ikut. Bukannya apa-apa, hanya kurang 'sreg' aja gitu.
"Ada, Nan. Lumayan buat nambah konsumsi." Kata Jono sambil nyengir.
Setelah gue menimang-menimang. "Okelah, gue ikut jon." Kata gue.
Beberapa hari kemudian, terkumpulah 7 orang dalam perjalanan kali ini. 5 laki-laki itu diantaranya: Gue, Jono, Ipul, Tatang dan Karyo. 2 perempuan: Neneng dan Sari. Gue udah sering naik bareng Jono dan Ipul sedangkan yang lainnya ya baru kali ini.
Singkat cerita, kami sampai di basecamp pada tengah malam. Saat pagi harinya jam 8, Jono pergi ke kantor untuk laporan simaksi. Setelah memanjatkan doa bersama, akhirnya kami mulai memasuki jalur pendakian sekitar jam 9 pagi.
Seperti formasi biasanya, Jono sebagai leader, Ipul sebagai Navigator dan gue sendiri sebagai sweeper. Pada awalnya, perjalanan masih dibilang lancar dan masih ditemui kebun-kebun warga. Bahkan masih ada warga yang bekerja di ladangnya.
Setelah beberapa lama berjalan, Jono menyuruh kita untuk berhenti dan berputar balik.
"Kita salah jalan, puter balik." Katanya.
Setelah kita bertanya pada warga yang kebetulan lewat, akhirnya kita kembali ke jalan yang seharusnya.
Jujur, gue belum merasa ada yang aneh disitu. Tapi kemudian Jono menghampiri gue yang berada di belakang.
"Ada yang aneh, Nan."
Gue kebingungan, "Aneh apanya?" Gue balik nanya.
"Gue juga belum tahu, tapi nanti kita tahu." Ucapnya, lalu balik lagi ke depan.
Akhirnya kami mulai memasuki hutan. Jalanannya setapak dan menanjak, walau begitu masih terbilang mudah, karena jalanan tersebut berbatu. Macam seperti sudah dibuat untuk para travellers agar lebih mudah dalam pendakiannya.
Sampai pos selanjutnya kita istirahat lama banget, bahkan kita sampai buka bivak. Karena dari pagi belum sempat sarapan, akhirnya kita makan besar. Disini kita ketemu dua orang dari jakarta. Ngobrol dan ngopi sama mereka. Gak lama, mereka jalan duluan.
Salah satu dari mereka sempat berbisik ke gue, "Nanti kita bakal ketemu lagi di atas." Matanya sayu tapi tersenyum.
Gue sih gak mikir yang aneh-aneh, toh nanti memang bakal ketemu lagi. Ya kalo gak di pos selanjutnya atau di puncaknya gitu.
Aslinya di sepanjang perjalanan gue sempat kesel sama satu anak cewek, dimana karena hal itu juga yang membuat gue kurang sreg kalo ada cewek ngikut hiking. Tapi ya ga bakal gue ceritain, kita fokusnya sama yang horor aja. Kita jalannya lambat, sebentar-sebentar istirahat.
Tapi ada satu yang buat gue penasaran. Setahu gue, Karyo sama Neneng itu gak deket waktu di lingkungan rumah tp kok bisa-bisanya mereka bisa deket selama perjalanan kali ini. Bahkan mereka itu selalu nempel macam perangko, tapi gue belom mikir yg macam-macam.
Perjalanan yang dari awal kita prediksi akan sampai pos camp itu jam 6, malah meleset jauh. Bahkan ketika hari mulai gelap, kami baru sampai di pos 3. Jujur, gue udah mulai gak enak saat itu. Banyak suara-suara yang jarang gue temui saat di kota.
Disini, kita ketemu sama dua orang Jakarta tadi. Jujur, sepanjang naik kita cuma ketemu sama dua rombongan, pertama sekelompok anak muda yang udah jauh di depan dan satu lagi ya dua orang jakarta ini. Padahal dibawah tadi lumayan ramai.
"Tuh kan ketemu lagi" Ucap orang jakarta itu sambil nyengir.
Gue cuma tersenyum. Gue berkenalan dengan mereka, yang ngomong tadi namanya mas seno, sedangkan yang satu lagi namanya mas parto.
"Kok baru sampai sini?" Tanya gue.
"Kita lupa ga bawa senter." Kata mas seno.
"Udah lama disini mas?"
"Ya sejam lebih. Sengaja nunggu kalian, biar barengan hehe." Ucap mas parto.
"Oh, gabung aja mas." Tawar gue sama jono ke mereka berdua.
Akhirnya kita barengan, nambah dua personil.
Ga selang lama, kita jalan lagi. Sekarang posisi sweeper dipegang mas seno, sedang gue berada didepannya. Akhirnya perjalanan kali itu sangat lamban karena kita minim pencahayaan, soalnya cuma ada 4 senter, udah gitu medannya lumayan terjal.
Tidak lama, kami beristirahat kembali. Saat itu jono yang ada disebelah gue megang tangan gue sambil mukanya memberikan kode. Gue melihat ada sekelebat asap dari belakang tempat duduknya si tatang. Gue cuma diem gatau harus berbuat apa.
"Ayo jalan lagi." Kata mas seno, tapi matanya menatap ke arah asap tersebut.
Gue yang melihat perilaku mas seno sadar lalu berdiri, "Yok, sekarang lanjut lagi." Ucap gue cepet.
Namun ipul merengek, "Nan, badan gue berat. Bentaran lagi ya." kata ipul.
Gue akhirnya bingung antara kasihan dengan ipul atau tetap melanjutkan perjalanan karena perasaan tidak enak. Namun hanya gue, jono dan mas seno yang menyadari akan hal itu. Akhirnya kami istirahat sebentar, gak lama kami melanjutkan perjalanan.
Baru beberapa langkah, ipul kembali lagi beristirahat. "Beneran deh, berat banget ini. Ngecamp disini aja yak?" Kata ipul dengan nada yang memelas.
Jono menghampiri gue, "Kasihan ipul, kita camp disini aja ya, Nan?"
Leadernya tuh dia, tapi malah minta saran ke gue.
"Lo liat sendiri tadi ada asap putih kan?" Gue mengungkit masalah tadi.
"Kasihan ipul tapi, nan."
Gue berargumen, "Tapi ga ada tanah datar disini, jon."
Jono memandang sekitar lalu kelihatan sedang berfikir. Tiba-tiba datang rombongan yang sedang turun gunung.
"Mas, pos camp masih jauh?" Tanya Jono.
Salah satu dari mereka menjawab, "Wah satu jam lagi mas."
"Kalo kita camp disini kira-kira aman gak mas?" Tanya gue.
Orang itu diem sebentar, lalu bilang, "Sebaiknya jangan mas, mending lanjut aja sampai pos camp." Sarannya.
"Kenapa mas?" Kali ini mas seno.
"Ya jangan aja, apalagi kalian sedikit, takutnya ada binatang buas atau hal lain." Jawab orang itu.
Akhirnya rombongan itu pamit untuk jalan, sedang gue dan jono menimang-nimang keadaan.
"Lanjut apa gimana jon?" Tanyaku.
Jono cuma diam, tapi gue lihat ada kebimbangan pada raut wajahnya. Lalu dia menghampiri ipul.
"Pul, beneran udah ga kuat?"
Ipul cuma anggukin kepala.
"Yaudah kita lanjut sampai ketemu tanah yang datar ya, habis itu buka camp aja disana, setuju?" Tanya jono ke kita semua.
Kita semua mengiyakan pertanyaan jono. Soalnya gue liat jam juga sudah menunjukan pukul delapan malam. Akhirnya dengan sisa tenaga, kami melanjutkan perjalanan. Malam itu sepanjang jalan gue ngerasa gak nyaman banget sama keadaan sekitar.
"Kamu kenapa?" Colek mas seno dari belakang.
Tapi gue cuma gelengin kepala, "gapapa bang, hehe."
"Saya tau kamu ngerasa gak nyaman."
Dia menepuk pundak gue, "Gapapa, asal kita jaga sikap itu udah cukup kok." Lanjut mas seno lagi.
Gue melanjutkan perjalanan lagi sampai dari kejahuan terlihat ada orang yang nge camp, terus kita menghampiri mereka.
"Mas, kita ikut camp disini boleh?" Tanya jono.
Salah satu dari mereka menganggukan kepala, "Boleh, silahkan bang."
Tapi ada kendala saat itu.
Kendalanya adalah minimnya tanah datar disekitar situ. Bahkan mas seno sama temennya bangun tendanya disamping jalan persis, diantara dua pohon besar dan tanahnya gak rata. Gue kasih tau gambarannya. (Sorry gambarnya jelek, gue lagi diluar).
Setelah tenda terbangun, kami sempat masak-masak untuk makan malam. Waktu jam 10, semuanya masuk tenda kecuali gue dan jono. Sedangkan mas seno dan parto menyalakan kompor di dalam tenda, tapi pintu tendanya di tutup.
Kita bikin kopi dan ngerokok bareng.
Waktu kita ngobrol, jujur banyak banget gangguan. Apalagi suara-suara yang begitu jarang terdengar oleh gue. Seperti suara hewan tapi kok bikin gue merinding gitu. Sampai kemudian jono izin masuk tenda dan meninggalkan gue sendirian.
Beberapa menit kemudian gue masuk tenda yang kecil, tapi tenda itu udah terisi 4 orang yaitu Jono, Ipul, Tatang sama Salsa. Kalo gue ikut masuk ya sempit dong. Akhirnya gue masuk tenda yang lebih besar. Isinya ada gue, karyo dan neneng. Tapi terlalu lega, hehe.
Gue selama hiking, ga pernah bawa sb (sleeping bag). Gue tidur cuma pake kaos kaki, celana panjang, jaket dan sarung itu udah cukup. Mungkin karena gue berasal dari sebuah desa di pegunungan, jadinya dingin itu ya udah hal yang wajar.
Gue liat karyo dan neneng udah mepet banget bahkan mereka udah bisa dibilang pelukan. Akhirnya gue tidur memunggungi mereka. Kepala dan kaki gue masuk dalam sarung macam orang kedinginan. Mungkin karena hal itu atau ada hal lain yang membuat karyo menawarkan sb nya.
"Nan, pakai aja sb gue." Kata karyo sambil melepas sb nya.
Kemudian karyo masuk kedalam sb milik neneng, sehingga mereka berdua dalam satu sb. Gue tidak memperdulikan mereka, lalu memakai sb yang diberikan oleh karyo dan menutupnya hingga kepala.
Tak begitu lama, saat gue mencoba untuk tidur, jika gue tidak salah dengar, terdengar bunyi 'cup cup', dengan kata lain seperti orang ciuman. Gue gak nuduh ya, cuma perasaan gue aja lho. Kok gue bisa nebak gitu? Lah dari pengalaman sih kalo bunyi 'cup-cup' ya ciuman. 😂😂
Tapi jujur gue gak peduli. Gue hanya mencoba memejamkan mata untuk tidur, tapi amat teramat susah. Padahal gue kecapean lho, biasanya gue kalo kecapean terus rebahan ya bisa terlelap. Tapi kok hawa-hawanya kayak panas, terus sumpek banget.
Saat gue udah tertidur, gue merasa ada yang nepuk bahu gue. Akhirnya gue buka resleting sb dan gue lihat muka karyo yang pucat. Dia tengah melototi sesuatu di samping tenda. Gue mengikuti arah pandangan matanya dan disaat itu pula terpampang objek yang membuat gue melek seketika.
Sebuah siluet berbentuk setan lontong itu terpampang jelas dibalik kain tenda. Gue sampai sekarang pun gatau kenapa bisa keliatan, padahal minim cahaya pada saat itu. Gue lihat objek itu perlahan berjalan sampai siluet itu menghilang.
Gue melihat sosok kedua manusia disebelah gue, neneng memejamkan matanya sambil memeluk karyo. Karyo masih dengan muka pucatnya berbicara secara gagap.
"I..itu a..apa, Nan?"
Aku hanya bisa menggeleng tanpa suara. Dia berbicara kepada neneng bahwa kejadiannya sudah usai.
Karyo memberi kode agar gue tidur diatas tangannya.
"Tidurnya jangan jauh-jauh napa, Nan. Sini diatas tangan gue." Ucapnya.
Namun gue menolak, tapi gue membuka sb hingga se perut karena merasa hawanya panas. Kemudian kembali memunggungi mereka.
Tak lama terdengar kembali bunyi-bunyi aneh seperti sebelumnya. Karyo kembali menepuk bahu gue, "Itu suara apa sih, Nan?"
Gue balik badan, "Gatau." Sahut gue.
Sumpah, saat itu terdengar kayak rame banget, menurut gue ramainya macam suasana di pasar gitu.
Sampai kemudian ada suara cewek melengking yang membuat kita bertiga kaget. Bahkan karyo sampai melepas sb, kemudian masuk ke dalam sb milik gue dan memeluk gue dari samping. Eh buset itu neneng ditinggal begitu aja, batin gue saat itu.
Setelah itu neneng mendekati kita berdua dan memeluk karyo, sedangkan gue tidur menyamping dengan tangan karyo sebagai bantalnya. Jujur bunyinya makin rame dan tiba-tiba siluet di luar tenda muncul kembali, namun kali ini lebih banyak objeknya.
Gue gak bisa sebutin kayak gimana, tapi intinya mah banyak, seperti mengelilingi tenda. Gue udah mikir kalo itu bukan manusia. Gue juga yakin jika itu bukan orang yang mau ngerjain kita. Masalahnya niat banget malem dan dingin begini ngerjain kita kan?
lanjut nanti siang ya, sorry gue habis jemput ibu negara dari tempat kerjanya. Soalnya ada kejadian yg tak diinginkan di tempat kerjanya.
Gue hanya bisa berfikir satu hal aja yaitu baca al-quran. Gue menyalakan ponsel, lalu membuka aplikasi al-quran dan membacanya. Awalnya gue membaca pelan, namun suara gangguan itu semakin keras dan bayangannya semakin banyak. Gue panik tapi mencoba fokus.
Gue meniatkan baca al-quran karena Allah, tuhan semesta alam. Semakin gue fokus membaca al-quran, semakin sunyi keadaan saat itu. Bahkan saat gue melihat sekitar, bayangannya sudah tidak ada. Kemudian gue melihat neneng sudah tidur dan menyisakan gue sama karyo.
"Lo tadi ngapain, yo?" Tanyaku mengingatkan bunyi cup-cup itu.
"Kagak, gue gak ngapa-ngapain." Jawabnya tidak jujur.
Gue berdecih, "Deh. Lo tau sendiri ini di gunung toh."
Tiba-tiba suara-suara aneh terdengar kembali, "Nan, baca al-quran lagi." Perintah karyo.
Gue membaca al-quran kembali, hingga kemudian gue merasa hawa saat itu terasa sejuk. Bahkan gue menguap beberapa kali. Sampai akhirnya gue tidak bisa melawan rasa kantuk itu. Sesaat kemudian, entah bagaimana, gue tiba-tiba tertidur.
Gue tidur dan bermimpi. Ini mimpinya: Gue berada di tempat yang sama, gue sedang duduk di depan tenda. Namun anehnya gue sendirian pada saat itu, tidak ada siapa-siapa. Lalu dari arah lajur pendakian ada sekelompok orang, seperti tentara kerajaan sedang berjalan.
Mereka jumlahnya puluhan. Lalu kemudian ada tentara yang memikul sebuah tandu (kayak tandunya jend. sudirman). Lalu ku melihat mereka berhenti tepat di depanku. Salah satu dari mereka membuka tirai yang menghalangi pandangan orang yang dipikul tersebut.
Aku kaget saat kulihat wajah dari orang yang ditandu tersebut. Seperti seseorang yang sering aku lihat di buku pelajaran. Seseorang yang sempat menjadi pemimpin salah satu kerajaan besar di pulau jawa. Beliau tersenyum kepadaku dan menyuruhku untuk menghampirinya.
Aku berdiri di hadapannya, dia menyentuh pundakku. Dia berbicara dengan bahasa daerah, namun aku paham dengan apa yang dibicarakannya.
"Nak, beritahu ke semuanya untuk menjaga sikap setiap kali kalian berkunjung kemari." Ucapnya.
Aku menunduk.
"Nak, kamu anak yang sopan dan biarkanlah itu tetap begitu." Lanjutnya.
Dia lalu menunjuk ke tendaku, "Aku memaafkan perilakunya karena kamu."
Aku tidak paham maksudnya, namun aku kepikiran tentang hal yang diperbuat oleh karyo dan neneng.
Dia mengusap bahuku dan menyuruhku untuk melihatnya. Aku melihatnya tengah tersenyum.
"Sekarang bangunlah, sebelum tendamu terbawa tanah." Ucapnya sambil memberiku kode untuk melihat tendaku.
Aku berbalik dan kudapati tendaku sudah miring ke jurang.
Tiba-tiba gue terbangun dari tidur. Gue merasa ada yang menutupi muka dan itu ternyata adalah kain langit-langit tenda. Gue liat ke sekeliling dan melihat bahwa tendanya telah miring. Kemudian gue membangunkan karyo dari tidurnya.
Gue keluar tenda bersama karyo dan mendapati bahwa tendanya telah miring sebelah. Jadi dua pasak di bagain belakang telah terlepas dan sebagian miring atau terjatuh ke arah jurang. Gue hanya bisa beristigfar saat itu.
Kemudian gue melihat mas seno dan mas parto sedang ngopi di luar tendanya, kita menghampiri mereka berdua.
"Gimana mimpinya?" Tanya mas seno ke gue.
Gue terkejut, gue makin lama percaya kalo orang ini cenayang.
Gue cuma tersenyum, akhirnya menceritakan mimpinya.
"Kamu gak mimpi kok, itu nyata." kata mas seno.
Gue tiba-tiba syok.
"Beliau tadi datang dan minta ketemu kamu."
Gue masih ga percaya.
Mas seno cuma ketawa, "Kadang emang yang gak masuk akal itu terjadi disekitar kita."
Gue mengigil seketika.
"Udah nih minum."
Mas seno memberikan gue segelas teh hijau. Namun rasanya pahit banget. Tapi gak lama, gue lebih seger.
Karyo balik ke tenda duluan dan gak lama jono keluar dari tendanya lalu mengecek tenda gue, kemudian melihat kita bertiga dan menghampiri kita.
"Lo dimimpiin juga ya?" Tiba-tiba jono langsung bilang kaya begitu sambil nyengir.
Gue mengangguk
Mas seno ketawa, "Iya, tuh mukanya pucet."
Akhirnya jono menceritakan mimpinya dan kurang lebih sama alur mimpinya dengan apa yang gue mimpikan.
Kita ngobrol berempat lama, sampai mas seno memberi beberapa nasehat untuk kita berdua. Bahkan gue akhirnya paham kalo dia bisa ngeliat yang begituan. Jam 5an kami membangunkan teman-teman untuk mengejar summit attack. Mas seno dan mas parto ngikut kita sampai ke puncak.
Pas udah di puncak, mas seno izin pamit karena arah turun kami berbeda. Sebelum berpisah, mas seno memanggil gue dan jono.
"Kalian jaga teman kalian, saya takutnya masih terjadi sesuatu." Ucapnya mengingatkan.
Gue dan jono mengangguk, akhirnya kita berpisah.
Perjalanan pulang dimulai pada pukul 12san. Kami melalui trek yang tidak begitu sulit ketika perjalanan naik. Bahkan jalur ini terbilang lebih ramai. Kami berjalan dengan santai sembari menikmati udara yang jarang didapat di kota.
Sore harinya tiba-tiba hujan. Lagi dan lagi, kita terhambat dalam perjalanan. Akhirnya gue meneduh bersama karyo di sebuah bangunan yang sekiranya pos.
"Soal tadi pagi pas di tenda mas seno, gue juga dimimpiin kok, nan." Ucap si karyo.
Gue kaget kok bisa di mimpiin juga.
Karyo menceritakan mimpinya, intinya ya beliau itu menegur dia dan karyo meminta maaf. Aslinya dia merinding saat melihat tenda kita udah rubuh sebagian. Apalagi saat dia dengar bahwa gue mimpi juga dan mas seno bilang kalo dia itu beneran dateng. Makanya dia langsung msk tenda.
Akhirnya kita jalan lagi dan waktu itu hari sudah mulai gelap. Akhirnya kita sempet istirahat sebentar dipinggir jalan. Gue lagi duduk di sebelah karyo.
"Itu apaan nan?" Tanya karyo.
Gue melihat seperti istana besar. Tapi ga bakal mungkin ada istana disini.
Sebuah tepukan dari belakang membuat gue sama karyo kaget, ternyata itu si jono.
"Hayo liat apa kalian?"
Gue dan karyo berbalik dan menggeleng.
"Bukan istana itu." Jelasnya.
Gue balik lagi melihat objek tadi dan ternyata tidak ada apa-apa. Hanya rerimbunan pohon.
Kita jalan lagi dan gue ketinggalan bersama tatang. Soalnya gue nungguin dia, karena dia merasa capek.
Tiba-tiba ada pertigaan, gue juga gatau ini harus belok kemana, sedangkan temen-temen yang lain udah gak kelihatan.
"Belok kiri, nan. Tuh ada si sari." Tunjuknya.
Tapi samar-samar dari kejauhan terlihat ada yang janggal. Sari tidak berjalan, tapi melayang. Gue yang menyadarinya pun langsung menarik tatang yang sudah mulai berjalan ke kiri, kemudian membawanya untuk belok ke kanan.
"Jalannya kesini." Tegas gue.
Tapi tatang masih ngeyel, "Tapi lo liat sendiri kan kalo sari belok kiri?" Tanya dia.
Gue menghela nafas, "Itu bukan sari."
Aku masih menarik tangannya, "Udah ikutin gue." Ajakku.
Tidak begitu lama gue melihat teman-teman yang lain sedang menunggu kedatangan kami.
Hari sudah gelap dan kami belum sampai, katanya jono sih masih 20 menit lagi.
Pas lagi jalan, neneng terjatuh. Gue gak sempet ngeliat sih, soalnya kan gue ada di barisan belakang. Pas diliat pelipis neneng terlihat berdarah, walau ga banyak. Kita istirahat kembali.
"Gue kayak ngerasa ada yang ngedorong."
Neneng sedang menceritakan apa yang dialaminya.
Jono terlihat bengong, namun kedua sudut matanya sepeti melihat sesuatu. Gue mengikuti arah matanya dan mendapati ada anak kecil, hitam dan bertanduk.
Anjir, batin gue.
Gak lama, setan itu menghilang, kemudian jono bangkit, "Hayuk jalan lagi."
Kita mengikuti leader. Akhirnya kita sampai di beskem. Kita membantu luka-lukanya neneng dan akhirnya memutuskan untuk menginap di beskem dan pulang di esok harinya.
Waktu malamnya, disaat gue berdua sama jono, dia ngomong sesuatu.
"Masih ingetkan waktu awal naik, gue sempet bilang kalo bakal ada yang aneh-aneh?"
Gue mengangguk.
"Karena waktu itu ada yang menghalangi jalan kita. Seakan akan dia tidak ngijinin kita naik."
"Awalnya gue mau bilang, tapi gue kasihan sama mereka yang mau naik, yakali gue gagalin."
Jono menyeruput kopinya, "Tapi gatau kenapa, gue ngerasa nyaman kalo lo ikut. Makanya setiap naik, gue pasti ajak elo, walau pas lo ga ada duit." Lanjutnya.
"Makasih juga udah nego sama beliau." Ucapnya.
Gue mengernyit bingung, "Maksudnya nego?"
Jono ketawa, "Makasih udah selalu ingat kepada sang khalik, tuhan semesta alam."
Jono bangkit dan pergi meninggalkan gue dengan pertanyaan yang belum terjawab.
Pada pagi harinya kita bersiap untuk pulang dan kita selamat sentosa sampai tujuan. Tidak ada kejadian aneh selama perjalanan pulang, semuanya benar-benar normal.
-End-
Maaf jika ada kesalahan kata dan penyampaian ceritanya tidak seram, tapi jujur kejadiannya menurut gue serem banget. Creepy juga. Bahkan pas habis mimpi itu gue menggigil. Gue aja ga sempat bantuin buat bongkar tenda karenanya.

Salam, Nan.
Ohiya, untuk selanjutnya kalian mau saya update hal-hal horor yang terjadi di rumah saya atau kisah horor yang memiliki alur cerita? Saya bingung nih.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Call Me, Nan.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!