Ketika kita melakukan kesalahan, lalu mereka menegur kami melalui mimpi.
@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #threadhorror
"Ada, Nan. Lumayan buat nambah konsumsi." Kata Jono sambil nyengir.
Setelah gue menimang-menimang. "Okelah, gue ikut jon." Kata gue.
"Kita salah jalan, puter balik." Katanya.
Setelah kita bertanya pada warga yang kebetulan lewat, akhirnya kita kembali ke jalan yang seharusnya.
"Ada yang aneh, Nan."
Gue kebingungan, "Aneh apanya?" Gue balik nanya.
"Gue juga belum tahu, tapi nanti kita tahu." Ucapnya, lalu balik lagi ke depan.
Gue sih gak mikir yang aneh-aneh, toh nanti memang bakal ketemu lagi. Ya kalo gak di pos selanjutnya atau di puncaknya gitu.
Gue cuma tersenyum. Gue berkenalan dengan mereka, yang ngomong tadi namanya mas seno, sedangkan yang satu lagi namanya mas parto.
"Kok baru sampai sini?" Tanya gue.
"Udah lama disini mas?"
"Ya sejam lebih. Sengaja nunggu kalian, biar barengan hehe." Ucap mas parto.
"Oh, gabung aja mas." Tawar gue sama jono ke mereka berdua.
Akhirnya kita barengan, nambah dua personil.
Gue yang melihat perilaku mas seno sadar lalu berdiri, "Yok, sekarang lanjut lagi." Ucap gue cepet.
Namun ipul merengek, "Nan, badan gue berat. Bentaran lagi ya." kata ipul.
Jono menghampiri gue, "Kasihan ipul, kita camp disini aja ya, Nan?"
Leadernya tuh dia, tapi malah minta saran ke gue.
"Kasihan ipul tapi, nan."
Gue berargumen, "Tapi ga ada tanah datar disini, jon."
Jono memandang sekitar lalu kelihatan sedang berfikir. Tiba-tiba datang rombongan yang sedang turun gunung.
Salah satu dari mereka menjawab, "Wah satu jam lagi mas."
"Kalo kita camp disini kira-kira aman gak mas?" Tanya gue.
Orang itu diem sebentar, lalu bilang, "Sebaiknya jangan mas, mending lanjut aja sampai pos camp." Sarannya.
"Ya jangan aja, apalagi kalian sedikit, takutnya ada binatang buas atau hal lain." Jawab orang itu.
Akhirnya rombongan itu pamit untuk jalan, sedang gue dan jono menimang-nimang keadaan.
"Lanjut apa gimana jon?" Tanyaku.
"Pul, beneran udah ga kuat?"
Ipul cuma anggukin kepala.
"Yaudah kita lanjut sampai ketemu tanah yang datar ya, habis itu buka camp aja disana, setuju?" Tanya jono ke kita semua.
Tapi gue cuma gelengin kepala, "gapapa bang, hehe."
"Saya tau kamu ngerasa gak nyaman."
Dia menepuk pundak gue, "Gapapa, asal kita jaga sikap itu udah cukup kok." Lanjut mas seno lagi.
"Mas, kita ikut camp disini boleh?" Tanya jono.
Salah satu dari mereka menganggukan kepala, "Boleh, silahkan bang."
Tapi ada kendala saat itu.
Kita bikin kopi dan ngerokok bareng.
Kemudian karyo masuk kedalam sb milik neneng, sehingga mereka berdua dalam satu sb. Gue tidak memperdulikan mereka, lalu memakai sb yang diberikan oleh karyo dan menutupnya hingga kepala.
"I..itu a..apa, Nan?"
Aku hanya bisa menggeleng tanpa suara. Dia berbicara kepada neneng bahwa kejadiannya sudah usai.
"Tidurnya jangan jauh-jauh napa, Nan. Sini diatas tangan gue." Ucapnya.
Namun gue menolak, tapi gue membuka sb hingga se perut karena merasa hawanya panas. Kemudian kembali memunggungi mereka.
Gue balik badan, "Gatau." Sahut gue.
Sumpah, saat itu terdengar kayak rame banget, menurut gue ramainya macam suasana di pasar gitu.
"Kagak, gue gak ngapa-ngapain." Jawabnya tidak jujur.
Gue berdecih, "Deh. Lo tau sendiri ini di gunung toh."
Tiba-tiba suara-suara aneh terdengar kembali, "Nan, baca al-quran lagi." Perintah karyo.
"Nak, beritahu ke semuanya untuk menjaga sikap setiap kali kalian berkunjung kemari." Ucapnya.
"Nak, kamu anak yang sopan dan biarkanlah itu tetap begitu." Lanjutnya.
Dia lalu menunjuk ke tendaku, "Aku memaafkan perilakunya karena kamu."
Aku tidak paham maksudnya, namun aku kepikiran tentang hal yang diperbuat oleh karyo dan neneng.
"Sekarang bangunlah, sebelum tendamu terbawa tanah." Ucapnya sambil memberiku kode untuk melihat tendaku.
Aku berbalik dan kudapati tendaku sudah miring ke jurang.
"Gimana mimpinya?" Tanya mas seno ke gue.
Gue terkejut, gue makin lama percaya kalo orang ini cenayang.
Gue cuma tersenyum, akhirnya menceritakan mimpinya.
Gue tiba-tiba syok.
"Beliau tadi datang dan minta ketemu kamu."
Gue masih ga percaya.
Mas seno cuma ketawa, "Kadang emang yang gak masuk akal itu terjadi disekitar kita."
Gue mengigil seketika.
Mas seno memberikan gue segelas teh hijau. Namun rasanya pahit banget. Tapi gak lama, gue lebih seger.
Karyo balik ke tenda duluan dan gak lama jono keluar dari tendanya lalu mengecek tenda gue, kemudian melihat kita bertiga dan menghampiri kita.
Gue mengangguk
Mas seno ketawa, "Iya, tuh mukanya pucet."
Akhirnya jono menceritakan mimpinya dan kurang lebih sama alur mimpinya dengan apa yang gue mimpikan.
"Kalian jaga teman kalian, saya takutnya masih terjadi sesuatu." Ucapnya mengingatkan.
Gue dan jono mengangguk, akhirnya kita berpisah.
"Soal tadi pagi pas di tenda mas seno, gue juga dimimpiin kok, nan." Ucap si karyo.
Gue kaget kok bisa di mimpiin juga.
"Itu apaan nan?" Tanya karyo.
Gue melihat seperti istana besar. Tapi ga bakal mungkin ada istana disini.
"Hayo liat apa kalian?"
Gue dan karyo berbalik dan menggeleng.
"Bukan istana itu." Jelasnya.
Gue balik lagi melihat objek tadi dan ternyata tidak ada apa-apa. Hanya rerimbunan pohon.
Tiba-tiba ada pertigaan, gue juga gatau ini harus belok kemana, sedangkan temen-temen yang lain udah gak kelihatan.
"Belok kiri, nan. Tuh ada si sari." Tunjuknya.
"Jalannya kesini." Tegas gue.
Gue menghela nafas, "Itu bukan sari."
Aku masih menarik tangannya, "Udah ikutin gue." Ajakku.
Tidak begitu lama gue melihat teman-teman yang lain sedang menunggu kedatangan kami.
Pas lagi jalan, neneng terjatuh. Gue gak sempet ngeliat sih, soalnya kan gue ada di barisan belakang. Pas diliat pelipis neneng terlihat berdarah, walau ga banyak. Kita istirahat kembali.
Neneng sedang menceritakan apa yang dialaminya.
Jono terlihat bengong, namun kedua sudut matanya sepeti melihat sesuatu. Gue mengikuti arah matanya dan mendapati ada anak kecil, hitam dan bertanduk.
Anjir, batin gue.
Kita mengikuti leader. Akhirnya kita sampai di beskem. Kita membantu luka-lukanya neneng dan akhirnya memutuskan untuk menginap di beskem dan pulang di esok harinya.
"Masih ingetkan waktu awal naik, gue sempet bilang kalo bakal ada yang aneh-aneh?"
Gue mengangguk.
"Karena waktu itu ada yang menghalangi jalan kita. Seakan akan dia tidak ngijinin kita naik."
Jono menyeruput kopinya, "Tapi gatau kenapa, gue ngerasa nyaman kalo lo ikut. Makanya setiap naik, gue pasti ajak elo, walau pas lo ga ada duit." Lanjutnya.
Gue mengernyit bingung, "Maksudnya nego?"
Jono ketawa, "Makasih udah selalu ingat kepada sang khalik, tuhan semesta alam."
Jono bangkit dan pergi meninggalkan gue dengan pertanyaan yang belum terjawab.
-End-
Salam, Nan.