, 37 tweets, 6 min read
"Mba dini jahil."

Semenjak ewinghade menyerang, gue selalu panggil mba kun itu dengan nama mba dini.

@bacahorror #bacahorror #threadhoror
Ini kejadian sekitar hampir dua tahun yang lalu. Malam itu sehabis pulang main futsal, gue nongkrong disebuah ruko milik salah satu temen futsal gue. Rukonya memang biasa jadi tempat kumpul gue sehabis main futsal. Btw, rukonya dia itu fotokopi.
Kebetulan, gue denger kalo karyawan dealer motor di sebelah ruko temen gue ini kesurupan pada sore harinya. Gue pasti mikir itu ulah 'mba dini' penunggu pohon mangga di belakang ruko dealer itu. Akhirnya malam itu gue putusin buat ngobrol-ngobrol masalah itu.
Kok gue tahu kalo dibelakang ruko dealer itu ada pohon mangganya serta ada mba Dininya? Karena temen gue yang punya fotokopi itu pernah ngontrak disitu sebelum pindah ke ruko sebelah. Makanya gue tau seluk beluk ruko itu. :)
Malam itu gue, udin (teman futsal gue), dan asep (karyawan dealer yang kesurupan) akhirnya berbincang-bincang di sebuah meja di teras antara ruko dealer dan fotokopi. Temen gue yang punya fotokopi udah masuk ke dalam beserta anak istrinya.
Gue duduk di kursi panjang bersama udin, menghadap ke arah dealer, sedangkan si asep duduk dengan membelakangi dealer atau menghadap ke arah kami. Gue kasih tau gambarannya.
Waktu itu gue duduk berdempetan sama si udin, terus gue naruh tas sepatu gue di atas meja, sedangkan kunci motor gue taruh di kursi panjang disebelah kanan gue. Waktu itu folding gate dealer kebuka sedikit, ya cukup sebadan kita kalo lewat.
Malam itu sekitar jam 11 malam gue mulai berbincang dengan asep ini. Kalo si udin mah asyik sama game moba analognya. Soalnya dia balik nebeng gue, jadi ya mau gak mau harus ngikut gue kalo mau baliknya gak jalan mah hahaha.
"Sep, kok lo bisa kemasukan tadi sore?" tanya gue langsung to the point.
"Gatau dah, kayaknya sih gara-gara gue bengong pas magrib."
"Yang lo rasain apa?"
"Gak inget apa-apa, ingetnya waktu kebangun udah rame aja disini."
Dia lalu mulai menceritakan dirinya sendiri, "Gue dari kecil udah sering liat begituan, Nan." Ujarnya.
"Ya sebenarnya sih udah ga kaget kaya gitu, cuma gue aja bingung kenapa gue sampai pingsan sore tadi."
"Kayaknya sih gara-gara gue niat ga magriban tadi, hehe."
Pea, kewajiban akhirat ditinggalin nih bocah, ucap gue dalam hati.
"Dia mba dini ya?" Tanya gue.
Dia nunjukkin ekpresi kaget, "Lo bisa juga?"
Gue yang mengerti maksudnya langsung menampik hal itu, "Kagak kok, gue bukan indihom."
"Udah gausah dipikir, lanjut cerita." Perintah gue mengingat dia terlihat berfikir, gatau sih apa yang dipikirnya.
"Gue udah kenalan sama dia kok, udah lama malah, namanya tuh mba ****." Tapi ya kita panggil dia mba dini aja ya hehe.
"Gue bahkan sempet ngegambar dia."
Asep lalu menunjukan sebuah foto di hapenya. Ya, bentuknya memang seperti kuntilanak, mirip bet mirip.
Dia masih bercerita, "Gue aja udah tahu asal usul dia, bagaimana dia bisa mati dan kenapa berdiam diri di....."
"Di pohon mangga belakang?" Gue memotong pembicaraannya.
Lagi-lagi dia terkejut, kemudian mengangguk, "Iya."
"Lo kayaknya udah tau ya, Nan?"
"Kalo soal bagaimana dia mati sih belom." Ujar gue sambil nyengir. Tapi soal mba dini dan pohonnya, gue udah tau.
"Dia itu dulu dibunuh sama pacarnya di sekitar pohon mangga itu."
Gue rada lupa tentang kasus ini, tapi intinya dibunuh sama pacarnya.
Tapi kalo ga salah sih gara-gara hamil atau gimana dah, lupa gue tuh. Ehehe.
Tiba-tiba sekelebat bayangan keluar dari dalam ruko dealer. Gue yang melihatnya pun terperanjat.
"Itu dia yang disebelah lo?" Gue menunjuk objek yang tak kasat mata disebelah Asep.
Asep menoleh sekilas, tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya kembali lalu mengangguk.
Bayangan itu menghilang bersamaan dengan bunyi ketawa yang melengking, membuat bulu kuduk merinding. Bahkan udin yang masih terpaku dengan gamenya, kini memegang bahu gue. Suasana malam itu di sekitar lokasi kejadian sangat sunyi.
"Doi terganggu ya karena kita omongin?" Gue bertanya.
Dia mengangguk, "Tapi gatau dah, kalo lo gak ngasih tau, gue juga gabakal ngerti kalo dia dateng, ya walau hawanya rada berubah sih tadi."
"Tapi kayaknya sih iya." Lanjutnya.
Tidak terasa waktu menunjukan pukul setengah satu pagi. Udin pun sudah mengakhiri permainan mobanya. Bahkan dia kini ikut mendengarkan kisah yang diceritakan oleh si asep.
Walau dia tidak terlalu suka dengan cerita horor.
Gue berniat ingin pulang, tapi tiba-tiba kunci motornya menghilang. Padahal gue yakin dan masih ingat jika kunci itu gue letakin di sebelah kanan tempat duduk gue.
"Perasaan tadi gue taruh disini deh." Ucap gue pada asep dan udin.
"Lo cek di tas, di kantong atau jatuh kali." Usul si asep.
Gue melakukan apa yang diperintahkan oleh asep, namun hasilnya nihil.
"Coba telpon si Bagas, kali aja ketinggalan di dalem." Usul Udin kemudian. Bagas itu pemilik fotokopi dan sebelumnya gue memang masuk ke rukonya.
"Semoga aja belum wik-wik dia." Ujar gue sambil mencoba menghubungi nomor hapenya.
Alhamdulillahnya bagas ngangkat telpon, lalu gue menyuruhnya untuk keluar sebentar. Tak begitu lama dia membuka folding gatenya.
"Emang lo taro mana?" Tanya Bagas.
Gue menjelaskan bahwa gue menaruh kunci di kursi, namun kini tidak ada. Kemudian kita mencari sama-sama, bahkan hingga masuk ke dalam rukonya bagas, namun kami tidak berhasil menemukan titik temu.
Sekitar setengah jam mencari kunci, gue kelelahan dan duduk di bangku sebelumnya.
"Apa dijahilin ya sama mba dini?" Gue menerka kejadian itu.
"Gatau dah." Jawab si asep.
Kemudian gue mengingat-ingat kembali, apakah gue lupa naroh kuncinya.
Hingga kemudian disaat gue terdiam, gue seperti menghayal dalam pikiran bahwa kunci itu berada di bawah pohon mangga di belakang ruko dealer.
"Gue tau kuncinya dimana, dibawah pohon mangga."
Asep menyahut, "Iya gue juga dilihatinnya begitu."
Kami saling berpandangan, seperti ada sesuatu yang baru saja menimpa kami.
"Beneran kita diusilin ini mah." Gue membuka suara.
Asep mengangguk. Tapi Udin dan Bagas hanya terheran-heran melihat kami berdua.
Tapi apakah mungkin kunci itu ada di bawah pohon?
Kami berempat merasa takut pada saat memasuki ruko dealer itu. Namun rasa penasaran lebih besar daripada ketakutan yang gue rasa.
Gue membuka pintu folding gate itu perlahan, lalu memasuki ruangan diikuti oleh asep, udin dan bagas.
Sebelum membuka pintu belakang, kami saling dorong.
"Lo aja, Sep."
Gue mendorong tubuhnya agar ke depan, namun dia mengelak.
"Enggak dah, Nan." Ucapnya.
Sial, batin gue.
"Tapi jangan pada ninggalin ya."
Mereka bertiga mengiyakan.
Gue buka perlahan pintu belakang dan suasana taman itu sangat gelap. Bahkan lampu di depan kamar mandi itu mati, padahal menurut asep tadi lampunya menyala. Hanya rembulan yang pada malam itu bersinar menembus ilalang di taman belakang.
Gue membuka aplikasi senter di ponsel dan berjalan perlahan menuju pohon mangga yang terletak di tengah-tengah taman. Tumbuhan ilalang yang mulai meninggi itu sesekali menghalangi jalan kami. Walau tempatnya hanya berukuran sekitar 50m persegi.
Tapi entah kenapa, malam itu tempatnya begitu seram. Setelah sampai di pohon, gue menyenter bagian bawahnya, lalu mendapati jika kunci motor gue ada disana. Seketika seluruh tubuh ini merinding dan lari tunggang langgang keluar ruko secara bersamaan.
Setelah sampai diluar ruko, gatau kenapa gue ngerasa capek banget, macam berlari jauh banget. Bahkan keringet udah ngucur saat itu.
"Ini mah di luar nalar." Batin gue.
"Yaudah balik yuk, udah ga nyaman gue." Ucap gue .
"Lo mau nginep di rumah gue apa disini?" Tawar gue ke Asep.
"Nginep sini aja. Selow biasa itu mah." Kata si Asep.
"Lagian seringkan begini, walau gue juga ngerasa takut, haha." Lanjut si Asep.
Akhirnya gue dan udin balik, untungnya sehabis itu ga ada yang membututi kami.
Sumpah ini kejadian diluar nalar, ga mungkin ada orang yang iseng naruh kunci gue disana. Soalnya, gak ada satupun orang dari awal pembicaraan kita sampai akhir yang masuk ke ruko dealer. Bahkan pintu belakang ruko itu udah dikunci sama si Asep.
Bahkan gue aja malam itu gak masuk ke dealer kok, cuma manggil asep dari meja dan kemudian dia keluar menghampiri kita. Mungkin banyak yang mengalami kejadian seperti ini, dan ini adalah salah satu yang pernah gue alami.
Asep juga pernah bilang, "Lo tau kan, kalo di dealer suka gonta ganti karyawan?"
Gue mengangguk.
Asep senyum, "Mereka gak betah karena di gangguin juga. Gue aja baru 5 bulan tapi udah paling lama." Kata si Asep.
Akhir kata, jika ada kesalahan kata dan lainnya, mohon di hampurakeun. Sesunggunya manusia itu tempatnya khilaf. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Salam, Nan.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Call Me, Nan.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!