A Horror Thread
"Base on True Story"
#bacahorror #ceritahorror
@bacahorror @ceritaht @InfoMemeTwit
Salam hangat dan sayang,
Hari ini izinkan saya untuk kembali berbagi cerita mengenai kejadian dan pengalaman yg dialami oleh istri saya semasa ia tumbuh dan besar bersama keluarganya.
Tapi pengalaman kali ini bukan dialami langsung oleh istri saya,
Bagi yg sudah pernah membaca tulisan saya sebelumnya mengenai pengalaman istri saya di rumahnya, pasti tahu nama samaran yg saya berikan kepada kakak ipar tertua saya tersebut.
Yes, A Rian
Seperti biasa, untuk nama orang, nama jalan, dan apabila ada nama sebuah instansi pun akan saya samarkan untuk menghindari hal-hal yg ditakutkan dapat menyinggung pihak-pihak terkait.
Di rumah inilah ia dan keluarganya melalui berbagai fase dan momen kehidupan.
Tidak bisa dibilang "salah satu"nya jg sebenarnya, karena memang tidak hanya satu dan dua kejadian, melainkan banyak kejadian yg bersinggungan dengan hal mistis pernah terjadi di rumah ini.
Cerita kali ini menceritakan tentang beberapa kejadian yg terjadi di lantas atas rumah mereka.
Ya, lantai atas yg sudah lama tidak ditempati dan dibiarkan kosong begitu saja.
Bahkan tangga berputar yg menjadi satu-satunya akses menuju ke sana pun kini ditutup dengan box-box sepatu, tas dan berbagai macam box lainnya.
Plafon atap yg sudah lapuk dan bocor, lantai kayu yg mulai rapuh, dan memang sudah tidak ada lg yg mau menempati dua buah kamar di sana.
Sebelumnya, lantai atas ini pernah dibiarkan kosong tidak ditempati untuk jangka waktu yg lama karena keluarga istri saya sempat menetap di salah satu rumah di bilangan Ciledug untuk beberapa lama.
Dan semua kejadian "aneh" di lantai atas dimulai dari sini...
Ditya kini memasuki tahun keduanya di bangku SMP. Namun tahun ajaran ini, ia harus memulai semuanya dari awal lg. Sekolah baru dan teman-teman yg baru.
Seluruh keluarganya harus kembali ke Bekasi, ke rumah pertama mereka yg mereka tinggalkan selama lebih dari satu tahun lamanya.
Karena satu dan lain hal, mereka pun pulang.
A Galuh terpaksa menetap di daerah Jatiwaringin ketika seluruh keluarga pindah ke Ciledug. Menimbang masa sekolahnya yg sudah kelas 3 SMA dan tinggal satu tahun lg, rasanya sayang kalau...
Dan kini, A Galuh pun terdaftar sebagai salah satu mahasiswa teknik informatika di salah satu universitas di Bekasi.
Sedangkan A Rian, kini memasuki tahun keduanya di salah satu sekolah tinggi ekonomi ternama di bilangan Selatan, Jakarta.
Hal ini membuat Mamih menetapkan dua ruangan kamar di lantai atas rumah menjadi kamar bagi masing-masing putranya.
Berisik? Pasti.
Khawatir? Ada tentunya.
Namun di sisi lain, membuat rumah jadi semakin ramai dan terasa aman. Terlebih untuk Mamih dan adik-adik A Rian dan A Galuh...
Sampai pada suatu pagi,
A Rian yg baru saja terbangun dari tidurnya di sofa ruang tv, meraih hp nya yg ia letakan tepat di sampingnya.
"Anjiir... Telat gw!",
A Rian segera bergegas bangkit dan beranjak ke kamar mandi.
Hari ini kelas dimulai pukul 08:20 WIB. Mengingat kondisi jalanan Jakarta yg sudah pasti macet, A Rian pun segera menyudahi mandinya...
***
"Elaah... Macet banget sih!"
"Tiin... Tiiin...!!!"
"Jalan woooi! Gila nih, tinggal belok doang aja malah macet..."
Tak berapa lama kemudian, mobil A Rian berbelok dari jalan raya Kuningan ke arah kiri memasuki sebuah jalanan besar lainnya.
A Rian menghentakan sen mobilnya ke kiri setelah ia melihat sebuah ruang kosong yg sekiranya cukup untuk mobilnya.
"Kiri dikit... Dikiit... Oooop!!!",
Suara tukang parkir terdengar keras sekali menembus kaca mobil A Rian.
"Braaak...!!!"
Tiba-tiba sesuatu menghantam keras pintu kaca kanan mobil tepat di sisi pengemudi.
A Rian yg terkejut, segera menoleh.
"Wooi... Telat lo yaa?!"
"Resek lo Fan!",
Sahut A Rian pada Irfan. Salah satu teman dekatnya di kampus. Mereka telah berteman sejak pertama masuk kuliah. Bahkan tak jarang Irfan menginap di rumah.
"Macet banget gila di depan...",
"Emang! Makanya gw jg telat ini... Hahaha!",
Irfan tertawa sambil menunjukan jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul 09:03 WIB.
"Ngantin dulu aja lah! Udah telat jg Yan...",
Ajak Irfan kepada A Rian. A Rian pun setuju, dan mereka beranjak menuju ke sebuah lahan yg dipenuhi penjual makanan di samping gedung kampus.
"Lo pesen apa Yan?",
Tanya Irfan yg berdiri sambil menyeruput sebotol minuman dingin.
"Gw ngopi aja lah... Ngantuk banget ini mata...",
Sahut A Rian
"Sama kopi susu Bu 1!",
Irfan pun duduk bersebrangan dengan A Rian pada sebuah bangku yg dipisahkan..
A Rian yg sedang sibuk dengan hp nya tiba-tiba tersentak, seolah melihat sesuatu yg aneh. Irfan yg menyadari hal tersebut pun bertanya,
"Kenapa lo?"
"Lah... Koq...?",
A Rian bicara terbata-bata kebingungan.
"Apaan sih?!"
"Liat apaan lo?",
"Ini... Apaan deh...?"
"Ini... Siapa...?!",
Tiba-tiba suara A Rian meninggi dengan nada bingung dan sedikit ketakutan.
"Apaan deh lo Yan?! Kenapa siih...?!",
Irfan menjadi semakin penasaran dengan sikap A Rian.
"Fan, ini aneh sih..."
"Sumpah aneh!"
A Rian pun mengutak-ngatik hp nya, mencari sesuatu dan menelpon,
Irfan hanya memperhatikan gerak-gerik A Rian sampai sepertinya nomor yg A Rian tuju sudah mengangkat panggilan tersebut,
"Halo Mih... Mih, semalem Mamih buka-buka hp aku gak sih?"
"Hah??! Serius Mih...?!"
"...Gak... Gak papa Mih, yaudah kalo gitu. Makasih Mih...",
A Rian pun mematikan telepon dan terdiam seakan memeikirkan sesuatu.
"Lo kenapa sih Yan?",
Tanya Irfan kembali.
"Aneh banget lo..."
Jawab A Rian sambil menoleh ke sahabatnya itu. Ia pun mengambil hp nya, mencari sesuatu di dalamnya. Tak lama kemudian ia segera menunjukan hp nya kepada Irfan,
"Menurut lo... Ini siapa..."
"... Itu... Apa...?",
Ucap A Rian sambil terbata-bata.
A Rian memperlihatkan sebuah video.
"Video apaan Yan..?",
Tanya Irfan.
"Lo liat aja sendiri...",
Sahut A Rian.
Irfan pun mengklik tombol play di video tersebut. Betapa bingung dan kagetnya Irfan melihat itu
Namun aneh.
Wajah ini, bukan wajah yg familiar bagi A Rian.
Terlebih lg...
Wajah itu terlihat tanpa ekspresi. Datar. Pupil matanya pun sama sekali tidak mengikuti arah gerak kamera.
Dan,
Bila diperhatikan seksama, seluruh matanya hitam pekat.
Tidak ada bola matanya.
Kulitnya putih, pucat dan berkeriput. Seperti sosok seorang nenek-nenek.
Semakin aneh lg dengan pernyataan Mamih yg menegaskan bahwa tidak ada satu pun memainkan hp A Rian tadi malam. Karena memang A Rian tidur paling terakhir.
Seolah sosok tersebut sedang bermain dan berkaca menggunakan hp milik A Rian.
Irfan yg telah selesai memperhatikan semua video pun mengembalikan hp itu kepada A Rian.
"Yan... Gw no comment deh..."
"Gw no comment Yan..."
"Menurut lo itu... Siapa Fan...?"
"Yan... Kan gw udah bilang, gw no comment...",
Mereka berdua hanya bisa terdiam. Irfan kembali menyuapi mulutnya dengan sendok demi sendok batagor yg telah ia pesan. Sementara...
Pagi itu, mereka melanjutkan kuliah tanpa membahas tentang video tersebut lg.
***
A Rian, Irfan, dan Bram sedang bersantai di kamar A Rian. Tepatnya di lantai atas rumah.
"Yan, gw balik yaa... Udah jam segini.",
Ucap Bram.
"Elaah... Nginep aja sih lo!",
Sahut A Rian kepada salah satu teman dekatnya tersebut.
Jawab Bram yg memang berperawakan tinggi besar.
"Aa... Aa... Makan malem dulu!!",
Tak lama terdengar suara Mamih memanggil mereka.
"Iyaa Miih...!"
"Nah, nyokap gw udah nyiapin makan itu. Makan dulu aja!",
"Aduuuh... Masakan nyokap lo lg yak. Yaudah laah, gw makan dulu!",
Sahut Bram.
"Woo... Giliran makan aja cepet lo!",
Celetuk Irfan mengolok-olok Bram sambil tertawa.
"Bawel aah! Udah ayok makaan...!",
Ucap Bram sedikit kesal.
Berselang beberapa lama, tanpa terasa mereka pun sudah menyelesaikan makan malam mereka.
Tiba-tiba, Mamih membuka sebuah pertanyaan.
Sebuah pertanyaan yg sangat A Rian dan Irfan hindari hari ini.
Pertanyaan itu tiba-tiba membuat A Rian dan Irfan terdiam. Mereka menyadari arah pertanyaan Mamih tersebut.
"Emang hp ko kenapa Yan?",
Tanya Bram bingung. Ia memang tidak mengetahui apa pun mengenai kejadian tersebut. A Rian dan Irfan pun...
"Gak papa koq. Gak rusak.",
Jawab A Rian.
"Beneran? Kalo emang rusak coba service aja dulu kalo emang udah gak bisa dibenerin...",
Lanjut Mamih polos tanpa berfikir aneh.
"Hp lo kenapa dah? Perasaan baik-baik aja tadi"
"Gak rusak sih. Cuma...",
A Rian menoleh ke arah Irfan, mencoba membuat kontak mata dengan sahabatnya itu. Ia tidak ingin menceritakan mengenai video tersebut pada siapa pun sebenarnya. Namun sepertinya, pikiran-pikiran anehnya tidak terbendung lg...
Irfan yg seolah paham dengan tatapan A Rian hanya mengangguk seakan setuju dengan jalan pikiran A Rian untuk menceritakan tentang video tersebut.
Melihat reaksi Irfan, A Rian pun mengeluarkan...
Mamih hanya bisa terdiam. Sementara Bram kembali mengulang ketiga video tersebut.
"Koq aneh sih?",
Tiba-tiba Bram berkomentar.
"Ini lo take di mana?",
Lanjutnya.
"Hah? Take apaan?",
Sahut A Rian.
"Video nya laah",
Bram kembali bertanya.
"Bukan gw yg take Bram..."
"Yah kali... Trus maksud lo ini dia ngerekam sendiri si nenek-nenek?!",
Sambung Bram sambil tertawa seakan tidak percaya akan pernyataan A Rian.
A Rian dan Irfan saling bertatapan mendengar...
"Serius Bram... Bukan gw...",
Ucap A Rian berusaha menegaskan.
"Hahahaha... Becanda lo boleh jg sih!",
Sahut Bram tertawa masih dengan nada bercanda, tidak mempercayai ucapan A Rian.
"Udaah aah! Udah jam berapa nih... Gw balik dulu ya!",
"Mih... Aku balik dulu ya. Besok sore ke sini lg!",
Bram beranjak dari duduknya, menghampiri Makih yg duduk di sisi sebrang meja untuk bersalaman dan pamit pulang.
Mamih yg masih bingung pun berdiri menyambut Bram,
"Iya, hati-hati ya.."
Seru Bram kepada kedua temannya itu.
"Iyee...",
Sahut A Rian.
"Awas Bram, nanti lo diikutin...",
Celetuk Irfan dengan nada sedikit kesal namun bercanda pada Bram.
"Hahaha... Kagak lah! Masih aje lo becanda!",
***
A Rian mendengar sayup-sayup suara memanggil namanya.
"Yaan... Bangun woi! Udah jam 7 lewat!",
Kalimat itu seketika membangunkan A Rian dari tidurnya.
"Hah... Serius lo Fan?!",
A Rian membuka selimut yg menutupi tubuhnya, bangkit dari posisi tidurnya.
Seru Irfan pada A Rian yg masih dalam posisi terduduk sambil memegang kepala bagian belakangnya yg sedikit pening karena terbangun akibat terkejut.
Ia melihat Irfan sudah rapih, duduk sambil menghisap sebatang rokok di sampingnya.
"Iyee iyee... Sabar aah, masih pusing ini!",
Sahut A Rian sambil perlahan beranjak bangun.
A Rian pun bergegas turun menuju kamar mandi di lantai bawah.
Mereka kini sudah siap berangkat dan bergegas turun ke bawah.
"Miih... Aku berangkat yaa!",
Seru A Rian di depan kamar Mamih.
Tak lama pintu...
"Lhoo udah mau jalan? Udah sarapan belom?"
"Nanti aja Mih, di kampus... Takit telat nih...",
Sahut Irfan kali ini menjawab pertanyaan Mamih.
Mereka keluar menuju mobil dan berangkat pergi ke kampus.
***
Celetuk Irfan melihat kondisi jalanan Jakarta yg jarang sekali mereka temukan.
"Woi... Jangan ngomong jorok lo! Nanti tiba-tiba macet aja...",
Sahut A Rian mendengar celetukan temannya tersebut.
"Waelaah... Mitos aje lo ah! Hahaha..."
"Eeh Yan... Si Bram nelpon tuh...",
Ucap Irfan yg meliriki pada layar hp A Rian.
"Laah... Tumbenan jam segini nelpon tuh anak...",
A Rian pun meraih hp yg di letakannya di atas dashboard mobil.
"Halo Bram, kenape?"
"Iya iyaa... Tenang dulu... Cerita dulu lo kenapa?",
Irfan pun menoleh ke arah A Rian mendengar reaksi sahabatnya yg kebingungan mengangkay telpon tersebut.
"Hah?!! Gimana, gimana...??"
"...Yg bener lo Bram?!!"
"...Yaudah, gw sama Irfan ke sana deh..."
Tanya Irfan penasaran
"Nanti deh, lo denger sendiri cerita dia..."
"Kita cabut ke rumahnya aja yok!",
Ajak A Rian
"Anjir... Cabut kelas nih?!"
"Kuliah doong... Gak keburu jg kl ngejar kelas yg lain."
"Elaah... Yaudah ayok!"
***
Terdengar suara dari sisi luar pintu kamar Bram.
Tiba-tiba pintu kamarnya pun terbuka. Dilihatnya sosok Ibunya di depan pintu kamar, mempersilahkan kedua temannya yg berdiri tepat di belakang Ibunya.
"Nak, Rian sama Irfan datemg nih...",
"Masuk Yan, Fan..."
"Iya tante...",
Sahut A Rian dan Irfan bersamaan.
"Tante panggilin si mbok dulu ya buat ambilin minum."
"Iya tante, makasih..."
Mereka pun memasuki kamar Bram. Mereka melihat temannya yg terduduk di pojok kasur sambil menyelimuti badannya.
Panggil Irfan
"Masuk buru...",
Sahut Bram kepada mereka berdua
Mereka pun menghampiri Bram di sisi kasur yg lain.
"Kenapa lo...?",
Tanya Irfan
"Fan... Gw diikutin...",
Jawaban Bram membuat Bram dan A Rian saling melihat satu sama lain.
"Diikutin gimana...?"
A Rian hanya terdiam mendengar ucapan Bram, seolah sudah mengetahui hal ini sebelumnya.
"Semalem... Gw ngeliat...",
Jawab Bram terbata-bata.
"Liat apaan?",
Irfan pun jadi semakin penasaran dengan jawaban Bram yg sebenarnya tidak menjawab pertanyaannya.
Tanya A Rian yg tidak ingin membuat Irfan jadi tambah penasaran.
"Semalem... Balik dari rumah lo...",
A Rian dan Irfan pun menyimak dengan seksama penjelasan Bram.
***
Bram bersenandung mengikuti lagu yg diputar di cd player mobilnya.
Jalan toll JORR arah Pondok Indah saat itu memang masih sangat sepi mengingat beberapa ruas jalanan baru dibuka blm lama ini.
Tak berapa jauh, pintu keluar toll Pondok Indah pun terlihat.
Bram mengarahkan mobilnya ke kiri mendekati pintu keluar.
Tiba-tiba dari kaca spion kirinya, ia melihat sesuatu seakan melesat dengan sangat cepat.
"Wooi...!!!",
Teriak Bram kesal sambil membuka kaca mobil di sisi kirinya.
Anehnya, setelah ia sadar, tidak ada satu kendaraan pun yg baru saja melintas di sisi kiri mobilnya.
"Laah... Koq aneh...?"
"Au ah! Perasaan..."
Tak lama, ia sudah berada pada sebuah persimpangan yg menuju ke rumahnya.
Ia pun menghentak sen mobilnya berbelok ke kanan.
Tiba-tiba Bram kembali menginjak rem mobilnya mendadak, melihat sesuatu...
Sesuatu yg terlihat bergerak cepat.
Bukan mobil.
Dan yg membuatnya semakin aneh adalah...
Benda itu seolah... Terbang.
Iya... TERBANG!
Dan hanya dalam sekejap, benda itu pun kini berada tepat di sisi belakang kanan...
Betapa kagetnya Bram ketika yg ia lihat benar-benar diluar akal sehatnya.
Sosok seseorang berpakaian putih yg menutupi hampir seluruh tubuhnya.
Hanya sepertiga lengan dan kakinya saja yg tersingkap.
Ketika sosok itu sampai tepat berada di samping kanan kaca mobil tempat Bram duduk, ia menoleh dengan senyum menyeringai dan mata yg... terlihat kosong.
Kosong, tanpa bola mata.
Sampai sesaat sosok itu melintas berlalu dari mobil Bram.
"Tiiin... Tiiiin...!!!",
Bram pun tersadar oleh suara...
Ia segera menancapkan gas mobilnya, bergegas kembali ke rumah dengan keadaan ketakutan.
Tak berapa lama, ia pun sampai di rumah. Ia bergegas memasukan mobilnya ke dalam garasi, dan langsung...
Bram mencoba menenangkan pikirannya sejenak, sebelum akhirnya ia beranjak ke kamar mandi, berniat membasuh mukanya sebelum pergi tidur.
Kini Bram telah selesai membersihkan dirinya di kamar mandi. Ia menggantungkan handuknya di pintu kamar mandi.
Namun tiba-tiba langkahnya terhenti.
Ia kembali mematung melihat sosok berambut panjang yg sedang duduk di sofa ruang tv...
Seakan mendengar suara, sosok tersebut perlahan memutar kepalanya.
Melihat pergerakan mengerikan tersebut, tanpa pikir...
Ia segera mengunci pintu kamar, melompat ke kasur dan menutupi seluruh badannya.
***
Mereka tahu cerita itu terdengar sedikit... Tidak masuk akal. Namun mereka berdua sadar, berbagai kemungkinan bisa menyebabkan Bram diikuti memang.
Akhirnya, mereka bertiga pun sepakat untuk tidak menceritakan...
Hari-hari selanjutnya pun berjalan normal kembali.
Tidak ada hal-hal aneh lg yg terjadi...
...
...
...untuk beberapa minggu.
***
Semua berkumpul di lantai atas.
Ada yg mengerjakam tugas, ada yg sambil melanjutkan revisi makalah, ada yg bergitar sambil melantunkan lagu-lagu favorit mereka, bahkan ada yg hanya duduk sambil ngemil.
Risih, karena berisik tentunya. Namun di sisi lain rumah terasa menyenangkan dan aman.
Namun, dini hari itu tiba-tiba suasana berubah seketika mencekam ketika salah seorang teman mereka...
"Eeh, Bro..."
"Itu siapa..."
"Hah? Siapa?",
Tanya A Rian mendengar pertanyaan itu penasaran.
"Itu... Ada yg jalan...",
Sebut saja namanya, Yudi, sambil menunjuk ke arah luar jendela yg berada...
Spontan A Rian, A Galih, Irfan, Bram dan beberapa teman lainnya berdiri untuk melihat ke arah yg Yudi tunjukan.
Seketika mereka semua terdiam. Mereka memperhatikan langkah demi langkah dari sosok tersebut.
Sosok seorang kakek...
Tepatnya, sosok itu melintas tepat diujung atap rumah. Berjalan santai seolah melangkah pada sebuah jalanan biasa, sedangkan...
...mereka sedang berada di lantai atas rumah dengan ketinggian kurang lebih 3m...
Entah kenapa, namun mereka hanya bisa terdiam memperhatikan gerak demi gerak yg sosok itu lakukan.
Sampai akhirnya sosok itu berlalu, dan tiba-tiba menghilang tepat di ujung sisi atap yg lainnya.
Berselang beberapa detik, mereka seakan tersadar...
Dipenuhi dengan rasa takut dan panik, mereka pun berlari sekuat tenaga, berhamburan menuju ke lantai bawah.
Suara teriakan mereka pun membangunkan seisi rumah.
"Aduuh... Kenapa siih malem-malem pada berisik...??!"
Tanyaa Mamih yg telah...
Namun saking takutnya, pertanyaan Mamih pun tidak mereka hiraukan.
Mereka semua bergerombol masuk ke dalam kamar tamu di depan garasi. Mengunci diri mereka di dalam dan berdiam menenangkan pikiran dan hati.
Orang pintar itu pun mencari di setiap sudut rumah, dan...
Menurutnya, kedua sosok itu merupakan sosok yg menetap di dalam sepasang patung kakek-nenek yg Mamih dapatkan sebagai cinderamata dari Budapest beberapa tahun lalu.
Entah untuk alasan apa mereka menetap di dalamnya. Namun yg jelas,
Salah satu alasannya, yaah... seperti ini. "Mereka" suka menetap di dalamnya, mencoba menyerupai bentuk dan tampilannya
Alhamdulillaah...
Kejadian ini merupakan teror terakhir dari kedua sosok tsb.
"Kejadian ini merupakan teror terakhir dari KEDUA SOSOK TERSEBUT...",
HANYA dari KEDUA SOSOK tersebut, tapi tidak dengan sosok lainnya yg seakan menunggu gilirannya untuk tampil ke depan menunjukan eksistensinya.
***
Namun dalam waktu beberapa tahun terakhir, ruangan lantai atas pun kembali aktif semenjak Ditya memasuki...
Iya, di lantai atas.
Sebenarnya, selama rentang waktu beberapa tahun...
Namun, kejadian paling akhir yg terjadi di lantai atas akan kembali saya paparkan.
***
Malam itu, Ditya yg sudah memasuki semester 6 di bangku perkuliahan berkumpul dengan teman-temannya di rumah.
Mereka seperti biasa meramaikan suasana rumah yg memang sudah mulai sepi...
Sedangkan A Galuh kala itu mendapatkan tugas dinas di Myanmar sebagai salah satu local staff Kedutaan Indonesia.
Teman-temannya yg lain lebih memilih pulang ke rumah masing-masing setelah kesal dengan bercandaan Putra yg terkesan "menantang" mereka yg berbeda alam.
Bukan tanpa maksud, melainkan ingin melihat apakah benar makhluk-makhluk ghoib itu memang menyukai kopi pahit seperti mitos..
Singkat cerita, mereka pun bermalam dan tidur di lantai atas berdua.
Di kamar yang berada di sisi bagian belakang rumah di lantai atas.
Agus sudah terlelap pulas dengan suara dengkurannya yg keras. Sedangkan Putra masih memainkan game online kesayangannya.
Sampai tiba-tiba...
"Dok... Dok..."
Suara ketukan yg entah dari mana membuat Outra sesat menghentikan permainannya.
Ucap Putra dalam hati
"Dok... Dok..."
Suara ketukan itu kembali terdengar. Dan kali ini Putra mencoba melirik sekeliling, mencari arah datangnya suara tersebut.
Ditengoknya ke kiri, ke kanan, ke belakang, bahkan sampai ke atas, masih berfikir itu suara tikus.
Kali ini suara ketukan itu terdengar semakin keras dan jelas. Putra oun mencoba bangkit dr posisi telungkupnya.
Namun, belum sempat ia membenahi posisinya, suara itu terdengar lg...
"DOK DOK DOK!!!"
Dan kali ini lebih keras, lebih cepat dari sebelumnya.
Dari jendela!
Seketika bulu kuduknya berdiri. Merinding. Hawa dingin yg tiba-tiba muncul semakin membuatnya ketakutan.
Putra lalu segera mengambil selimut dan menutuoin seluruh badannya mencoba menghiraukan...
Ia terus melantunkan doa-doa yg ia tahu, membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an yg ia hafal sampai akhirnya suara itu perlahan menghilang.
Ia pun terlelap tak berapa lama kemudian.
***
Suara tinggi Ditya seketika membangunkan mereka berdua.
"Aaah... Apaan sih Dit...?",
Tanya Agus sambi menutupi matanya dari cahaya matahari yg menusuk masuk melalul celah jendela yg tersingkap gordennya.
"Ini... Apaan nih... Koq banyak bgt...
Mendengar hal itu Agus dan Putra langsung tersadar.
"Hah... Ijuk apaan??!",
Tanya Putra
"Nih... Liat aja sendiri...!!",
Jasab Ditya sambil menunjuk pada sesuatu di lantai.
Betapa kagetnya mereka melihat banyak sekali helai-helai ijuk berserakan.
Tanya Agus bingung
"Mana gw tau... Makanya gw nanyaa!"
Putra dengan spontan meraih dan mengambil sehelai ijuk yg berserakan di lantai itu. Ia ingin memastikan dengan jelas benda apa itu.
Teksturnya yg kasar jelas sekali seperti ijuk,
"Ini mah rambut Dit...",
Ucap Agus
Mereka semua terdiam mendengar pernyataan Agus.
"Aneh!"
Cuma...
Pasalnya tak hanya tekstur dan ukurannya saja yg tidak wajar. Helai-helai itu hanya berserakan disekitar tempat mereka berdua tidur.
Lebih tepatnya, seolah mengitari mereia berdua.
Tiba-tiba Putra pun teringat akan sesuatu.
Namun kini mereka berdua menjadi bingung melihat Putra yg hanya terdiam kaku menatap sesuatu. Tatapannya bingung dan sedikit... Takut.
Tanya Agus
"Kopinya...",
Jawab Putra terbata
"Kopi?",
Tanya Ditya dan Agus bingung.
Tiba-tiba Putra berbalik dan menatap mata mereka satu persatu, kemudian ia melanjutkan ucapannya
"Lo pada inget kopi yg gw taro di dak luar semalem kan...?",
Tanyanya.
"Sekarang tinggal setengah...",
Ucap Putra melanjutkan.
"Hah?!",
Sontak mereka berdua pun terkejut mendengar itu. Mereka segera bangun dan beranjak menuju jendela, mencoba memastikan perkataan Putra.
"Lo gak minum kan Gus...?",
Tanya Putra memastikan. Agus hanya menggeleng.
Putra melemparkan pandangannya ke Ditya,
Tanyanya
Ditya pun hanya bisa menggeleng seperti Agus.
Mereka bertiga menyadari ada yg tidak beres!
Spontan mereka bertiga bergegas turun ke bawah dan menceritakannya kepada Mamih.
***
Sempat ada salah satu kenalan Mamih yg datang berkunjung jauh setelah kejadian itu, dan kebetulan memiliki kemampuan untuk melihat "mereka".
Menurutnya, di lantai atas rumah Mamih sempat dihuni oleh beberapa...
Beberapa usaha sempat dilakukan untuk "membersihkan" lantai atas rumah, namun karena memang tidak ada yg menempati jadi sepertinya "mereka" tetap datang kembali
Ingat,
Kita hidup berdampingan walaupun berbeda alam.
Namun bukan berarti kita harus takut dan tunduk pada mereka.
Allah sudah menetapkan manusia sebagai makhluk ciptaannya yg paling sempurna, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Jangan dikurang-kurangi dengan sikap takut terhadap mereka.
Sekian dari saya,
Salam hangat,
bonkioong