Terkadang mereka menunjukan eksistensinya bukan untuk menakuti, tapi untuk membuka tabir dimasa lalu.
@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #threadhorror
sumber foto: google.
"Kalo di daerah gue, ada kisah menarik tentang kentongan." Ujar Budi sambil menyeruput kopinya.
Budi bermain mata dengan gue, seolah-olah meminta izin untuk menceritakannya, lalu gue menganggukan kepala. Gue sendiripun tahu kisahnya, karena gue dan Budi berasal dari satu daerah yang sama.
"Malam itu adalah malam yang panjang. Gue merupakan pemuda kalong, yang artinya kita hidup di malam hari, sedangkan saat siang harinya adalah waktu untuk beristirahat dan tidur.
"Udah jam 2 aja." Ucap Adit teman se daerah gue.
"Dari jumlah bunyi kentongannya." Gue menghembuskan nafas sebentar. "Tadi bunyinya 2 kali, berarti jam dua." Lanjut gue kemudian.
"Masalahnya tuh disini gak ada keamanan. Jangankan hansip, orang ngeronda aja jarang." Kata Adit menjelaskan.
"Maksudnya?" Tanya Tomo lagi.
Tomo hanya menampilkan wajah terkejut, sedangkan Bejo hanya memasang wajah datar.
"Tapi dari mereka yang tak terlihat oleh mata." Ujar Adit menambahkan.
Gue tertawa pelan, "Gak percaya ya?"
"Kalo gak percaya, coba aja cari sendiri sumber suaranya bro." Saran Adit. "Palingan lo gak bakal nemu sumber suara itu dimana." Lanjutnya dengan tersenyum.
Namun Bejo hanya senyum mengejek, "Kalian cuma nakut-nakutin aja kan?" Katanya. "Yaudah nanti kita cari bareng aja, gimana?" Tawarnya.
"Kenapa lo takut?" Tanya Bejo dengan sedikit nyolot.
"Yaudah besok kesini aja bro, jam 1an gue tunggu di rumah gue yak." Ujar Adit sembari menaikkan sebelah alis.
"Beneran nih Dit?" Gue mengungkapkan isi hati yang sedari tadi tertahan.
Adit tertawa, "Ya lagian mereka yang mau toh?"
"Buset, niat bet niat." Kata gue sambil tertawa melihat banyaknya makanan ringan yang dibeli oleh mereka.
Gue hanya menggelengkan kepala melihat perilakunya yang sembrono itu.
"Yaudah kita jalan ke arah selatan yuk, soalnya tadi jam 1 suaranya dari sono." Ajak Adit.
Lalu kita bertiga mengiyakan dan berjalan menuju selatan.
Keadaan saat itu sunyi, bahkan tidak ada kehidupan lagi selain kita berempat.
"Lima menit lagi, Dit." Bisik gue kepada Adit.
Adit tersenyum, "Jo, lima menit lagi jam dua, pastiin lo denger sumber suaranya darimana." Titah Adit kepada Bejo.
Namun setelah jauh berlari, tidak mendapatkan hasil.
"Iya, suaranya harusnya dari sini." Tebak Bejo.
Gue dan Adit hanya berpandangan, seperti yang kami prediksi sebelumnya, bahwa kita tidak akan menemukan sumber bunyi tersebut.
Bejo berdalih, "Orangnya udah lari kali."
"Buat apa mereka lari anjir?" Tanya gue. "Terus buat apa juga mereka bunyiin kentongan di tengah kebun begini?" Lanjut gue kembali.
Gue baru sadar, sepertinya kami terlalu jauh masuk ke dalam kebun.
Mata Adit memandang sekitar, namun gue yakin jika dia juga bakal berfikiran sama dengan gue saat ini. Iya, kita gak tau ada dimana. Tempatnya begitu asing.
"Masa orang sini gak hafal?" Tanya Bejo.
Gue hanya mengangguk lemah, "Gue kan jarang ke kebun sini, apalagi udah mau masuk hutan begini."
"Bajingan." Umpat gue sambil menunjuk objek itu dengan telunjuk tangan. Sesosok manusia berkaki kuda tengah berdiri disana.
Seketika, gue dan Adit berlari menjauhi sosok tersebut. Bahkan gue juga sempet lihat jika Bejo dan Tomo mengikuti kami.
"Kenapa pada lari?" Tanya Tomo sedangkan nafasnya tersengal.
"Kalian gak liat apa?" Tanya Adit.
Sedangkan Adit hanya seperti tercengang melihat bangunan ini, bahkan terlihat banyak pertanyaan di raut wajahnya.
"Ini pos apa?" Tanya Adit kepada gue.
Gue melihat bangunan itu sekilas, lalu menggeleng.
"Yaudah, ayok kita jalan lagi." Perintah Adit.
"Emang tau jalan, Dit?" Tanya gue.
Adit menggeleng, "Gatau sih." Kemudian nyengir. "Daripada kita disini, siapa tau nemu jalan keluar toh?" Lanjutnya.
Setelah beberapa lama berjalan, kami melihat sebuah pos lagi di depan. Tak lama, kami sampai disana.
"Asem." Umpat Tomo. "Kita balik lagi ke pos ini." Sambil mendudukan diri di tanah.
*Di puterin itu kayak semacem kita ada disuatu tempat terus jalan tapi kembali lagi ke tempat semula.
"Iya, tuh bekas puntung rokok gue." Ucap Adit sambil menunjuk sebuah putung rokok yang masih baru.
Sampai akhirnya terdengar suara kentongan sebanyak 3 kali. Suaranya sangat dekat, saking dekatnya membuat bulu kuduk merinding.
Sepsang mata elangnya menelusuk ke sela pepohonan, "Hey stop." Teriaknya dengan lantang.
Pak hansip itu membawa kentongan dan pemukulnya, berlari mengejar kedua orang itu sembari memukul kentongan dengan irama yang cepat.
Aku dan sepasang pemuda dari daerah sebrang itu mengejar Adit yang sepertinya penasaran dengan apa yang terjadi. Bahkan Adit berlari sangat cepat menyusul mereka.
Hansip yang sepertinya tidak melihat mereka bersembunyi dibelakang pohon, masih terus berlari hingga melewati kedua orang tersebut.
Hansip itu terjatuh dan terkapar diatas tanah hingga tak sadarkan diri. Kepala bagian belakangnya berdarah.
Mereka berjalan ke sebuah jurang dan membuang raga hansip itu kesana beserta kentongannya. Mereka membalikkan badan dan melihat ke arah kami.
Mereka kemudian berjalan kembali menjauhi kami. Namun pandangan gue tiba-tiba menjadi samar, kepala gue menjadi pening. Dan gue tertidur.
"Gimana? Sudah enakkan?" Ucap beliau.
Gue mengangguk.
"Apa yang terjadi?" Ucap gue setelah menghabiskan air tersebut.
"Kamu sudah melihat semuanya, bukan?" Ujar beliau dan diangguki oleh gue.
"Iya, kek." Jawabku.
"Dulu, waktu kakek masih remaja, ada seorang penjaga keamanan yang sangat disiplin dan jujur." Beliau mulai bercerita.
Kakek itu menghela nafas, "Tapi suatu saat, dia menghilang entah kemana. Ada yang bilang pergi, menghilang di hutan dan ada yang bilang dibunuh."
"Pernah sekali kita mencari tahu darimana asal suara kentongan itu berasal, namun tidak pernah ketemu."
"Tadi lo bilang Nanang? Berarti dia dong?" Ucap Tejo sambil menunjuk kepadaku.
Budi tersenyum, "Iya dari tadi gue menceritakan kisahnya si Nan kok."
"Eh anjir, gue baru sadar." Ujar Tejo.
"Berarti biang keroknya itu si Adit? Karena dia sengaja memancing mereka, agar tau kejadian yg menimpa si hansip di masa lalu?" Lanjutnya.
Gue dan Budi mengangguk.
Tak begitu lama, kami pulang menuju rumah masing-masing.
Salam, Nan.
Bingung-bingung dah kalian bacanya 😂😂
Selamat malam, sampai jumpa di cerita selanjutnya.