** Kisahku pada Masa SMU **
| - Chapter 1 - |
` Terteror Sepanjang Tahun `
#SpiritualExperience
#bacahorror @bacahorror
#memetwit @InfoMemeTwit
Cerita ini diawali pada hari pertama Aku memasuki kegiatan belajar di SMU tersebut.
"Mah ... Pah ... Aydin ke Masjid".
"Iya A" jawab Ibu dari dalam kamar. Lalu Aku melangkahkan kaki dan keluar rumah.
"Hmm ... Hawanya kalau tidak salah baru kali ini Aku rasakan"
Pkl 6 Aku sudah bersiap untuk memulai petualangan baru. Aku pamit sambil mengucapkan salam kepada Ayah & Ibu setelah mencium tangan mereka.
Bel sekolah pun terdengar, Aku bergegas menuju lapangan beserta teman-temanku.
Setelah prosesi upacara selesai, Aku kembali masuk ke kelas.
"Assalaamu'alaikum."
"Wa 'alaikum salam." Jawab kami serempak.
"Perkenalkan nama bapak adalah Yandi, bapak adalah guru bahasa inggris dan kebetulan menjadi wali kelas kalian."
Pemilihan KM pun dilaksanakan dan menghasilkan keputusan Andri sebagai KM terpilih.
Tidak lama berselang, terlihat beberapa murid kelas lain ribut di pintu kelas sambil mengacungkan jari tengah yang ditujukan entah pada siapa.
"Maaf ada masalah apa sedemikian sehingga kalian terlihat geram terhadap kami?" Tanyaku.
"Maaf apabila salah satu temanku telah berbuat seperti itu terhadapmu." ucapku pada siswa yang ditunjuk tadi.
Dg menahan emosi Aku menjawab "Ya sudah nanti saya ajak temanku untuk meminta maaf, tapi tidak sekarang ya, sebentar lagi bel."
Aku masuk kemudian bertanya "Siapa yang telah mendorong siswa kelas lain setelah upacara tadi?"
"Saya, tapi tidak disengaja dikarenakan Aku sendiri terdorong Rafi." Jawab Bambang
"Ah kalian ini sudah jadi siswa SMU tapi kelakuan masih kaya anak SMP. Sudah jangan ribut!" ketusku sambil memukul meja.
"Andri tolong panggil guru mata pelajaran ekonomi ya." Pintaku.
Andri kemudian bergegas menuju Ruang guru.
Aku berdiri dan berjalan keluar kelas untuk melihat apakah kelas 1.7 ada aktivitas belajar atau tidak. Ternyata situasinya sama, tidak ada guru di kelas tersebut.
Sesampainya di depan kelas Aku ketuk pintu "Maaf KM nya ada?" Tanyaku pada salah satu siswa. "Tunggu sebentar" jawabnya sambil memanggil seseorang.
Aku: "Kamu KM kelas ini?"
KM17: "Iya, saya sendiri."
Aku: "Sesuai janji saya tadi, ini Bambang yg tadi mendorongmu. Dia tidak sengaja melakukan itu, karena dia sendiri terdorong oleh teman saya yg lain."
Bambang: "Maaf, saya tidak sengaja mendorongmu" sambil menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak salaman
KM17: "Ya sudah tidak apa-apa." Sambil tersenyum dengan menerima ajakan salam dari kedua temanku.
Aku yg diperlakukan seperti itu sudah tdk mampu mengendalikan diri.
"Aing euweuh urusan jeung maneh, urusan Aing ka dieu ngabereskeun masalah jeung KM maneh. Sugan lolong panon teh hah? Tiluan disebut ngarempug."
Aku mengalihkan tatapan kepada KM kelas itu dan berkata: "Urusan antara anak ini denganmu sudah clear kan?"
"Iya, sudah" jawabnya singkat.
"Maafkan saya yang telah membuat kegaduhan di kelas ini"
Akupun keluar kelas 1.7 ini kemudian masuk ke kelasku.
Fyi, Aku duduk di kelas 1.9
Terdengar sayup-sayup beberapa teman di bangku belakang sedang membicarakan kejadian tadi.
Tidak terasa bel yang menandakan waktu istirahat berbunyi. Aku berdiri kemudian berjalan keluar kelas.
"Aydin, tunggu!"
Aku menoleh dan ternyata Rafi yang memanggilku.
Aku: "Ada apa Raf?"
Rafi: "Kamu mau ke mana?"
Aku: "Aku mau ke Musholla."
Rafi: "Aku ikut"
Kemudian kami berjalan menuju Musholla.
Keempat temanku itu menunggu di luar Musholla, sedangkan Aku masuk untuk shalat sunat.
Selepas shalat kami bergerak ke kantin untuk mencari makanan.
Tiba-tiba ada yg mencengkram leherku dari belakang. Ternyata Aku sudah dikelilingi oleh segerombolan siswa (sekitar 20an orang) dengan tampang yg tak ramah.
Aku: "Kita lihat saja nanti"
Rudi: "Apa sebaiknya Aku meminta bantuan teman yg sekolah di SMU SP?"
Aku: "Jangan Dud, masa hari pertama sudah tawuran, bawa-bawa siswa sekolah lain lagi"
Aku: "Iya, gak apa-apa. Saya yakin nanti Allah akan menolongku. Terima kasih atas kekhawatiranmu"
Dalam shalat Aku berdo'a "Ya Allah .. Aku adalah milikMu, jalan hidupku adalah ketetapanMu. Ya Allah .. Aku berlindung kepadaMu dengan AsmaMu
"Walau nanti mereka tidak membantuku, aku bersyukur setidaknya mereka bisa menjadi saksi jk terjadi sesuatu terhadapku" pikirku
"Akhirnya keluar juga samsak kita teman-teman" Kata seseorang yg sempat akan memukulku sebelumnya diiringi dengan gelak tawa dari mereka.
"Gila, masih sempet-sempetnya tersenyum nih anak. Sudah bawa ke tempat yg kita rencanakan tadi"
Aku dibawa oleh empat orang dengan dikerubuni sekitar 30 s/d 40 siswa. Kedua tanganku diarahkan ke belakang sambil dipegang sangat erat.
Namun karena kondisinya sulit, akhirnya tamparan itu tetap mengenai wajahku.
Dalam situasi tersebut terdengar teriakan seorang pria "Hey, apa yang kalian lakukan?"
Terdengar pria yang tadi berteriak mengatakan "Kamu tidak apa-apa nak?"
Sambil membuka mata Aku menjawab: "Alhamdulillah pak, hanya mata kananku perih"
Bpk T: "Kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti tadi?"
Aku: "Bagaimana saya bisa melawan mereka pak, badan dan tangan saya dipegangi. Lagian bapak lihat sendiri berapa banyak jumlah mereka."
Bpk T: "Iya, sama-sama"
Teman-teman sekelasku yang sebelumnya hanya menonton kemudian mendekatiku setelah bapak tadi berjalan kembali ke pos jaganya.
Rafi: "Merah Ay, tapi gak terlalu"
Aku: "Boleh Aku ke rumahmu sebelum pulang? Aku tidak ingin orangtuaku mengetahui hal ini"
Rafi: "Boleh lah, ayo berangkat"
Akhirnya belaian kepada rambutku sudah mulai tidak terasa.
Sudut mata kiriku melihat sosok perempuan itu sedang duduk di kursi belajar.
Kulihat jam dinding menunjukkan pkl 1:50, Aku bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Ku gelarkan sajadah kemudian Aku shalat.
"Mah, Pah, do'akan yang terbaik untuk Aydin menjalani hari ini ya. Assalaamu'alaikum"
Yoga: "Ay, kemarin siapa yang mukulin kamu?"
Aku: "Siapa yang dipukulin? Hanya terkena kecupan tangan satu kali dibilang dipukulin"
Aku: "Siapa yang bercanda, Aku juga serius. Btw, Aku nggak tahu namanya, Kita kan baru sekolah satu hari."
Yoga: "Lalu kalau mereka menerormu lagi bagaimana?"
Aku: "Aku sudah tahu 'pimpinan' mereka yg mana, kamu lihat saja nanti."
Aku: "Sudah kubilang kalau Aku hanya kena kecupan tangan satu kali, masih aja ngeyel dipukuli. Sudahlah, tidak perlu di bahas lagi!"
Yoga: "Iya, Iya, dikecup deh. Muach .."
Kemudian kita berdua tertawa lepas
Sampai akhirnya bel pulang sekolah terdengar. Aku & teman-temanku ke Musholla untuk shalat dhuhur terlebih dahulu sebelum pulang.
V: "Aman"
S: "Kamu ke Musholla sekarang, pastikan keberadaan anak itu di sana!"
A: "Oke" sambil berjalan memasuki gerbang.
Seiring siswa tersebut masuk, penggambaran yang Aku lihat pun menghilang.
"Apa sebenarnya yg kulihat tadi? Apakah itu merupakan gambaran situasi yg saat ini terjadi?"
Setelah keluar Musholla, Aku melihat seseorang yg ada pada penglihatan tadi menuju pancuran wudhu sambil melihatku.
Sambil menenteng sepatu, Aku mendekati Yoga
"Yog siap-siap, mereka sudah menunggu kita" ucapku
"Tahu dari mana kamu Ay?" Tanya Yoga
"Coba lihat siswa itu! Dia di sini untuk memastikan keberadaanku" jawabku
Aku: "Hush jangan, kita yg nanti akan disalahkan apabila permasalahan ini sampai terdengar pihak Sekolah. Biarkan saja dia melapor.
Kemudian siswa itu berjalan di depan kami dan terdengar "Lagi ngecek Mang" celoteh Yoga
Setelah selesai memakai sepatu, akhirnya kami (Aku, Yoga, dan teman2 lelaki sekelasku lainnya) berjalan menuju gerbang sekolah.
Sang leader pun terlihat emosi kemudian menghampiriku dengan tangan yg terkepal seperti menyiapkan sebuah pukulan untukku.
"Yog, ini pimpinannya. Biar Aku yg menghadapinya. Cukup back up Aku dari pergerakan teman-temannya" bisikku.
"Siap" jawab Yoga sangat singkat
Akhirnya pukulan yg sudah kutunggu melayang juga, Aku tangkis dibarengi pergerakan memukul dagunya.
Melihat kondisi leadernya kewalahan, beberapa temannya bergerak maju untuk mengeroyokku.
Aku yg melihat lawanku sudah tersungkur & mengerang kesakitan berkata "Sebaiknya kalian urus temanmu ini!"
Aku makan di meja belajar sambil mengerjakan pekerjaan rumah yg telah ditugaskan oleh beberapa guru.
Gelas itu Aku simpan di meja belajar lalu merebahkan tubuhku di kasur.
FYI, kasur yg kugunakan untuk tidur cukup untuk digunakan berdua.
Ketika kubuka mata, lagi-lagi Aku harus bertatapan muka dgn perempuan yg sama dengan malam kemarin.
"Aku tidak boleh menyerah" pikirku. Lalu kukerahkan seluruh tenagaku hingga keringat sudah cukup membasahi tubuhku. Namun percuma saja, jemariku pun tak mampu digerakkan.
Tangan kirinya perlahan mulai bergerak menyentuh keningku dilanjutkan dg pergerakan membelai rambutku sementara jemari tangan kanannya tak beranjak dari tanganku.
Kejadian sama yg berulang 2 hari berturut-turut, baik siang maupun malam membuatku sedikit gelisah.
Aku simpan tas kemudian duduk sambil bertanya kepada Rafi "Kenapa pada tepuk tangan?"
Aku geleng-geleng kepala atas tindakan mereka kemudian berdiri "sahabatku semuanya, kita tidak pernah tahu akan kejadian di masa yg akan datang."
"Assalaamu'alaikum"
"Wa 'alaikum salam" balas ku atas ucapannya.
Aku: "Memang kemarin Ane berkelahi sama seorang siswa, tp gak tahu namanya siapa. Kenapa gitu?"
Iqbal: "Iya, dia namanya Sande. Tadi juga ribut sama Ana pas istirahat."
Iqbal: "Nggak ada, kenapa gitu?"
Aku: "Ya sudah keluar gerbangnya barengan aja sama Ane & temen2 kelas Ane, gimana?"
Iqbal: "Hehe .. Memang itu sebenarnya maksud Ane nyamperin Antum".
Aku hanya membalasnya dgn senyuman
Ketika mereka melihatku & Iqbal keluar berbarengan, terlihat mereka seperti sdg berdiskusi.
Kemudian Sande mendekat & berbicara "Sorry Aydin, Aku ada keperluan dgn si Iqbal"
Sande: "Oh .. Baiklah kalau seperti itu."
Kemudian Sande & Iqbal terlihat berbicara sambil berjalan. Aku terus mengawasi pergerakan mereka.
Iqbal: "Untung saja Ana pulang sama Antum, kalau nggak, habis Ana dikeroyok mereka"
Aku: "Memangnya ngomong apa si Sande?"
Aku: "Lalu kamu jawab apa?"
Iqbal:" Aku jawab Antum itu satu organisasi sama Ana di IREMA sekarang mau ke tempat pertemuan sama senior IREMA."
FYI, IREMA itu singkatan dari Ikatan Remaja Masjid
Sambil makan Aku bergumam
"Alhamdulillah hari ini tidak terjadi apa-apa di Sekolah, semoga nanti malam juga tidurku tak diganggu makhluk itu"
Aku kaget atas kehadiran ibu yg tiba-tiba & bertanya atas gumamanku.
"Aydinkan siswa baru Mah, tapi masih under control ko, jd gak perlu khawatir" jawabku sembari tersenyum.
Ibu: "Memangnya makhluk apa yg setiap malam suka jahil?"
Ibu: "Oh si Mungil. Ya sudah Mamah mau ke rumah Bu Unggul dulu sebentar"
Aku: "Iya Mah"
"Haruskah Aku membuka mata atau tetap terpejam sampai dia menghilang?"
Akhirnya Aku memutuskan untuk tetap memejamkan mata.
Tubuhnya yg tertutup dress putih tepat melayang di atas tubuhku di mana wajahnya tepat di depan wajahku.
Aku tidak lagii panik ketika tubuhku tidak mampu bergerak karena sudah memprediksi kemungkinan itu.
Tak perlu menunggu dahaga terasa, Aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk berwudhu yg dilanjutkan menunaikan shalat 2 rakaat.
Aku terhenyak setelah mendapatkan penglihatan itu. Diantara ketidakyakinanku atas penglihatan ini berdasarkan kejadian siang tadi, namun Aku harus tetap waspada dan memikirkan solusinya.
Aku: "Rud, bisa minta bantuannya?"
Rudi: "Bantuan apa Ay?"
Aku: "Masih ingat ketika kamu membicarakan temanmu yg sekolah di SMU SP?"
Rudi: "Iya, memangnya kenapa?"
Rudi: "Nanti saya usahakan, memangnya ada apa? Bukannya kemarin mereka terlihat tidak berani macam2 lagi?"
Aku: "Entahlah, tp saya punya firasat mereka akan membuat ulah lagi hari ini."
Rudi: "Sebenarnya Aku sudah cerita sama Jonathan dan dia siap membantu kita. Ya sudah kalau begitu Aku berangkat sekarang."
Rudi: "Oke"
Rudi pun bergegas melangkah menuju SMU SP yg letaknya hanya sekitar 100 meter dari sekolahku.
Kegiatan belajar hari itu pun Aku ikuti dengan ketidakfokusan. Aku masih mencari cara supaya masalah ini selesai tanpa adanya keributan.
Aku: "Rud, tolong lihat situasi di luar ya. Seandainya kamu melihat kondisinya sesuai firasatku, langsung temui Jo. Nanti ajak Jo ke Musholla, ada yg harus saya bicarakan langsung dengannya."
Selepas shalat dhuhur Aku beranjak ke luar Musholla dan mendapatkan kehadiran Rudi dan temannya.
Aku: "Aku Aydin, terima kasih atas kesediaannya untuk hadir saat ini. Mohon maaf sudah melibatkanmu atas permasalahku ini"
Jo: "Aku Jonathan, temannya Rudi adalah temanku juga, so, jangan sungkan".
Jo: "Ok, Aku ikuti permainanmu"
Aku: "Thanks Jo"
Aku sedikit terkejut setelah mengetahui bukanlah Sande yg menyerangku, tp kawannya yg masih satu sekolah dgku.
"Biarkan mereka lari, tak ada keuntungan untuk kita mengejar mereka"
Jo: "Seandainya saja Aku tidak melihatnya secara langsung, Aku tidak akan mempercayai ucapan Rudi mengenaimu Ay"
Aku: "Rudi ngomong apa gitu?"
Aku: "Aku memang belum pernah mempelajarinya."
Aku, Yoga, dan Rafi beranjak pergi menuju tempat biasa kami menunggu angkot yg mengantarkan kami ke rumah masing-masing.
Selama satu tahun penuh, dia selalu datang tepat pkl 1:30. Awalnya memang Aku merasa terteror, namun setelah beberapa bulan Aku pun sudah terbiasa atas kedatangannya.
Siapakah dia sebenarnya? Sampai saat ini Aku pun tdk mengetahuinya.
Saya yakin anda pernah mendengar atau mungkin juga mengalami ketindihan, eureup-eureup, dll. Apabila anda memperhatikan cerita ini dengan seksama maka anda sudah mengetahui cara terefektif untuk mengatasinya.
Sampai jumpa pada chapter berikutnya yg berjudul "Peristiwa Meninggalnya Kakek".