, 62 tweets, 11 min read Read on Twitter
-horror true story-
-urban legend-

JANGAN KELUAR RUMAH JIKA DILUAR MASIH/SUDAH GELAP

(based true story era 70-80an diceritakan langsung oleh Almarhumah ibu saya, saat beliau masih ada)

BAGIAN 4

PERI

#bacahorror
#ceritaht
@ceritaht
@bacahorror
Bagaimana gambaran reader tentang "PERI"? cantik, mungil, bersayap?? kalau di Jawa timur, PERI tak secantik yg reader bayangkan. Sudah siap dg deskripsi saya tentang peri dalam trhead bagian 4 kali ini?
mari kita Flashback, saat usia saya masih 7tahun, sekitar tahun 1999. Saya
tinggal bersama nenek dan kakek(dari bapak) karena org tua saya di kabupaten lain, sibuk bekerja. Hanya pada hari sabtu dan minggu saja kami bisa bertemu. Saat pertama kali saya pindah dibawa ke rumah nenek Katiyah, tidak ada perasaan excited sama sekali, justru saya merasa aneh
karena rumah nenek dikelilingi kebun, dibelakang rumahnya terdapat rimbunan pohon bambu dan satu pohon salam yg cukup besar. Suasananya sama seperti kampung kelahiranku. Hanya saja kalau ingin ke jalan raya provinsi hanya perlu jalan kaki karena jaraknya hanya 100m dari rumah
dan tetangga kami jaraknya dekat dekat. Saya masih ingat jelas, saat pertama kali datang kesini, bberapa malam sy tidak bisa tidur, kata bapak, "nggak krasan" karena belum terbiasa tidur disana. Karena hari sudah larut malam namun sy tak kunjung tidur akhirnya kakek, mempunyai
ide, beliau memperdengarkan saya sebuah cerita. Mungkin kakek berfikir, dg menceritakan kisah2 menakutkan bisa membuat sy lekas tidur, dg antusias sy mendengar kan apa yg kakek ceritakan, yaitu legenda mbak SURIYAH. (sumpah merinding gwe nulisnya) kisah ini berawal ketika, pohon
salam itu tumbuh liar dibelakang rumah, awalnya lingkungan kami aman2 saja hingga suatu hari, beredar rumor, banyak orang sering melihat wanita cantik saat malam hari di rumah yg tak jauh dari letak pohon salam tsb, (next saya menceritakan kembali dari point view kakek saat itu)
"ayo En ndang babuk, lek ora ndang babuk ngko diden i mbak Suriyah lho"(ayo En cepat tidur, kalau nggak nanti kamu ditakut2i mbak Suriah lho) kata kakek, otomatis aku yg masih bocah bertanya balik "sopo kung mbak Suriyah?"(siapa kek mbak Suriyah) kakek menjawab "Mbak Suriyah kui
sing lek ngguyu, ih ih ih ih"(Mbak Suriyah itu yg kalau ketawa, ih ih ih*menirukan tertawa nya mbak kunti*) seketika itu aku meringsek ke dalam selimut, menyadari ketakutanku kakek melanjutkan "mbak Suriyah kui lek eruh cah cilik yahene urung turu, ngko diparani"(mbak Suriyah itu
kalau lihat anak kecil sekarang blm tidur, nanti dia kesini) tanpa banyak bertanya aku langsung memejamkan mata berusaha untuk tidur. Keesokan harinya usai pulang sekolah, aku mengingat kembali cerita kakek semalam, diburu rasa penasaran atas cerita kakek, aku berusaha mencari
jawabannya. Saat itu aku sedang bermain di Rumah Nia, saat sedang asik bermain tiba2 Nia memarahiku, dg spontan aku berkata "we ngko lek nakal2 tak celukne Suriyah"(kamu kalau nakal2 nanti ku panggilkan Suriyah) mendengar itu wajah Nia langsung pucat, nampak ketakutan. Sepertinya
Nia juga tau siapa Sosok Suriyah tsb, lalu tiba2 dari arah belakang emaknya Nia datang dan ikut memarahiku, "ojo sok muni Suriyah teko, lek sampek teko tenan kapok koe ngko"(jgn suka bilang Suriyah datang, kalau sampai benar datang, kapok kamu nanti) bukannya membuatku takut
justru menjadi sangat penasaran dg sosok Suriyah ini, saat menjelang sore aku blm juga pulang dari rumah Nia, dari luar, Mas Yudha(tetangga depan rumah mbak Nia) memanggil ku,"En kok ra ndang muleh, wes surup"(En kok g cepat pulang, sudah petang) lalu cepat2 aku menemuinya dan
berkata, "iya mas sik tho, aku sik dolanan"(iya mas sebentar tho aku masih mainan), selanjutnya setali 3 uang dg emak Nia, mas Yudha berkata "ra ndang muleh diparani suriyah we ngko"(g cepat pulang, didatangi suriyah kamu nanti) tanpa menjawab aku berlari pulang, di jalan aku ber
fikir, terkenal sekali si Suriyah ini, sebenarnya siapa sih dia. Saat sampai dirumah si Mbok(nenek Katiyah) menyambut ku "ayo En ndang adus wes bengi"(ayo En cepat mandi sudah malam) dari belakang kakak perempuan ku, berceloteh "ra ndang adus diparani Suriyah koe ngko"(g cepat
mandi, didatangi Suriyan kamu nanti) seakan akan Suriyah ini sudah menjadi momok, bak artis terkenal dimana mana org membicarakannya, aku yg orang baru masih menerka nerka siapakah dia? hingga suatu hari saat bapakku datang menengok ku, aku beranikan diri untuk bertanya, "pak pak
aku arep takon, Suriyah kui sopo tho? kok kabeh2 do ngeden2 i aku jarene diparani Suriyah lek nakal2"(pak aku mau nanya, Suriyah itu siapa sih, kok semuanya pada nakuton aku katanya bakal didatangi Suriyah kalau aku nakal) tapi jawaban bpk tidak memuaskan,"westo pokok e lek dolan
mulihe ojo surup2"(sudahlah pokoknya kalau main pulangnya jgn petang2) dahiku mengernyit, masih belum puas aku pun hendak bertanya ke kakak ku Sari, namun belum sempat bertanya dia mengajakku pergi membeli tempe di rumah Mbah Nem nenek Nia yg letaknya di Utara rumah Nia, aku ber-
tanya "lha nyapo tho kok kon mbaturi aku?"(lha kenapa sih kok minta ditemenin aku) kak Sari menjawab "enek Suriyah aku wedi, wes ojo dirasani ayo gek budhal"(ada Suriyah aku takut, dah jgn dibicarakan ayo cepat berangkat) dg berjalan kaki kami pun bergegas, saat berjalan 15m dari
rumah, kami sampai ditikungan yg gelap, disana kak Sari tiba2 menarik bajuku dan mengajakku berlari kencang, kami pun berlari tanpa berani menoleh kanan kiri, setelah sampai ditempat terang, aku bertanya kenapa lari, namun kak Sari justru memarahi ku, aku diminta untuk diam,
akhirnya setelah sampai dirumah mbak Sari bercerita, konon katanya ditikungan gelap tadi adalah pertama kali Suriyah terlihat di lingkungan kami, dibalik pohon kedondong, namun tempat berdiamnya justru adalah pohon Salam besar di belakang rumah, dari sini aku mulai sadar bahwa si
Suriyah ini memang bukanlah manusia, tapi makhlus. Akhirnya aku mendesak kakek untuk menceritakan kebenaran tentang makhluk ini, ya orang orang dilingkungan kami sering menyebutnya sebagai "PERI", menurut kakek perwujudan nya, mirip seperti mbak Kunti, perempuan dg baju putih
panjang, menutup hampir seluruh tubuhnya namun, bedanya PERI disini berparas wajar artinya sama sekali tidak menakutkan, bahkan kedatangannya selalu didahului dg bau wangi
Kakek : ndhuk, sampean nek pas dwean mambu wangi2 ndang ngalih, ojo sok dolanan nganti surup(nak kalau kamu
sedang sendirian menghirup bau wangi, cepat pergi, jgn main sampai petang)
Aku : lha nyapo kung? apa mbak Peri kui enek tenan tho?(kenapa kek, apa PERI itu benar2 ada?)
Kakek : suk nek wes teko wayahe smpean eruh dewe, makane lek bubuk ojo bengi2, lek dolan ojo nganti surup(nanti
kalau sudah tiba waktunya kamu tau sendiri, makanya kalau tidur jgn malam2, kalau main jgn sampai petang)
aku : lha ngopo maneh kung?(lha kenapa lagi kek)
kakek : mbak Suriyah metune bengi, demen karo bocah cilik(Mbak Suriyah keluarnya malam suka sama anak kecil) kata kakek,
merasa masih belum percaya aku pun bertanya
aku : lha omah e mbak Suriyah kui ngendi? kok meh kabeh uwong eruh mbak Suriyah?(lha rumah mbak Suriyah itu dimana? kok hampir semua orang tau mbak Suriyah)
kakek : omah e nang buritan e awak e dewe, nang uwit salam sing gedhe kae,tapi
mbak Suriyah kwi iso turut ngendi2, pancen kawit cilik ane kakung mbak Suriyah kui uwis ono (rumahnya dibelakang rumah kita, di pohon salam yg besar itu, tapi mbak Suriyah itu bisa sampek kemana mana, memang dari kecilnya kakek mbak Suriyah itu sudah ada)
Merasa sudah cukup aku
berhenti menanyakan itu semua, lama lama aku parno, karena tiap malam kakek nenekku selalu mematikan semua lampu sebelum semua tidur, hingga suatu malam menjadi malam pertama ku melihat siapa itu mbak Suriyah, saat itu semua orang sudah tidur, tak seperti biasa,suasananya panas
Mbok katiyah lupa tidak menyiapkan air minum dikamar tempat ku tidur, aku pun turun dari pelukan kakek, dg meraba raba aku berjalan ke arah dapur, di dapur hanya ada satu cahaya lilin saja, dari kejauhan ku lihat sekelebat bayangan perempuan, ku pikir itu adalah nenek, saat aku
mendekat dan mencoba memanggil, tidak ada jawaban sama sekali, justru semakin dekat dg dapur aku mencium aroma harum sekali mirip bunga sedap malam, kemudian aku teringat dg cerita kakek, akhirnya ku urungkan niatku untuk ke dapur, namun saat aku berbalik, bayangan perempuan itu
tepat berada dibelakangku, sadar itu bukan manusia aku menunduk dan menutup wajahku dg kedua tangan, lalu menangis, aku ketakutan sekali. Mendengar tangisanku mbok langsung berlari mendekat dan meraihku,
mbok : bengi2 nyapo turut kene(malam2 kenapa sampai kesini)
aku : aku ngelak
mbok(aku haus nek)
lalu kakek turun dari dipan, memelukku
kakek : wes nduk ayo bubuk maneh ben dijikukne mimik mbok mu(ayo nak tidur lagi biar diambilkan minum nenek mu) kemudian nenek mengambil kan ku segelas air, setelah minum aku kembali tidur keesokan harinya, aku bertanya
kepada nenek,
aku : mbok, Suriyah kok wani mlebu omah tho mbok?(nek Suriyah kok berani masuk rumah sih mbok)
nenek : lho kok ngerti sampean nek mambengi kae Suriyah?(lho kok tau kamu kalau yg semalam itu Suriyah) aku terdiam sejenak lalu mulai menceritakan
aku : mambengi aku eruh
wong wedok ng pawon, klambine putih, ambune wangi mbok, kui mesti dudu si mbok(semalam aku lihat perempuan di dapur, bajunya putih baunya harum, itu pasti bukan nenek)
nenek : lha makane saiki lek wengi ojo metu dewe ndhuk, gugah si mbok opo kakung(lha makanya skrg kalau malam
jangan keluar sendirian, bangunin nenek atau kakek) mbok mengalihkan perhatianku. Kemudian aku mencoba mengingat kembali wajah perempuan itu, namun sulit karena dalam kondisi ruangan yg gelap, hanya terlihat jelas pakaian nya putih dan rambutnya yg menutup dada. Semenjak kejadian
itu, aku banyak menghabiskan waktu hanya di sekitar rumah, bermain sendirian hingga suatu siang kak sari mengajakku main di rumah Nia, disana anak anak sedang bermain polon(permainan membubarkan tumpukan batu/pecahan genteng/keramik dg melemparnya menggunakan batu yg lain yang
lemparannya meleset akan berjaga dan mencari anak2 lain yg bersembunyi) sudah hampir 2 jam, tibalah giliran ku berjaga karena lemparan gaco(sebutan senjata untuk permainan itu) ku meleset. Saat anak2 yg lain bersembunyi aku masih menghitung, saat aku membuka tangan, ku lihat sepi
artinya teman2 ku sudah bersembunyi, mencari kesana kemari, satu per satu anak ku temukan, kurang kak Sari dan Nia yg belum ku temui karena mereka lihai bersembunyi, hari sudah semakin sore. Hingga akhirnya aku memperluas pencarian, sampai tak sadar tempat ku berdiri sudah dekat
dg pohon salam dibelakang rumah, aku terkejut, bagaimana aku bisa tiba2 sampai kesini, saat aku ingin kembali tiba2 lagi2 ku cium aroma wangi bunga itu lagi, aku merinding, ingin segera pergi, namun langkahku berat, hampir saja aku menangis, tiba2 ada yg menepuk pundak ku "hei..
ayo balek ae, wes sore"(hei, ayo pulang saja, dah sore)ya.. itu suara kak sari, dalam hatiku lega "ah aku selamat".. akhirnya kami pulang lewat pintu belakang dapur yg dekat dg pohon salam itu, setelah masuk aku bercerita kepada kak Sari, bahwa saat aku mencarinya tadi, mencium
aroma wangi seperti bunga sedap malam. justru kak sari memarahi ku "makane ojo ndomblong ae"(makanya jangan bengong aja) setelah itu kami berlalu pergi untuk mandi, diluar pun sudah gelap. Saat kami mandi tiba2 bau itu muncul lagi, spontan kak sari berteriak, "pak bapak baturono"
pak bapak temenin kita) dari kecil kak sari sudah terbiasa memanggil kakek dg sebutan bapak. Menyadari suara ketakutan kak sari kakek pun datang, menemani kami yg sedang mandi, dari luar. "wes ojo dulinan gek mlebu omah wes wengi"(sudah jgn mainan cepet masuk rumah dah malam)
*dapur kami letaknya terpisah dg rumah*
hari itu terasa sangat melelahkan, karena untuk kedua kalinya aku hampir bertemu PERI ini, malam kurasakan sangat lama, hingga keesokan harinya sebelum subuh aku sudah terjaga, aku merasa takut. Saat aku bangun ternyata nenek sudah didapur
saat mata masih mengantuk nenek menyuruh ku membangun kan kak sari, setelah kami berdua bangun, nenek memberikan kami uang
nenek : ndang tukuo tempe, ngge lawuh sarapan(cepat belilah tempe, buat lauk sarapan) aku kaget subuh pun belum terdengar diluar sangat gelap, namun kak
sari mengangguk, dia takut si mbok marah, karena memang mbok katiyah adalah org yg tidak bisa dibantah, dg langkah kecil kami berdua mulai keluar dari dapur, kami saling berpegangan tangan, kak Sari berkata padaku "enek opo2 g usah noleh, mlaku terus, nek ra manut tak tinggal"
(ada apa2 jgn menoleh jalan terus, kalau g nurut ku tinggal) aku mengangguk, ditempat yg sama, ditikungan pohon kedondong yg gelap dan sunyi, kami berdua mempercepat langkah kaki, saat tiba2 tercium bau wangi sekali, hatiku sudah menebak itu siapa, namun tak berani berkata, saat
sudah separuh jalan, dari kegelapan muncul suara gesekan daun2 kering, kak sari menggenggam erat tanganku, berusaha meyakinkan semua baik2 saja. Ku dengar kak Sari membaca surat Al-fatihah, mungkin dia sangat ketakutan. Tak lama kemudian kami melihat cahaya terang, ya rumah mbah
Nem pintunya terbuka lebar, cahaya yg keluar dari sana menerangi jalan kami. Hati kami lega, saat proses jual beli tempe selesai kami kembali pulang, harus berhadapan kembali dg kegelapan, kak Sari tetap memegang erat tanganku, lalu aku berkata "mbak opo ra enek dalan liyo?"(kak
apa g ada jalan lain?) kak sari menatapku tajam dan menjawab "enek En tapi yo podo ae medeni"(ada En tapi ya sama saja menakutkan) lalu aku meyakinkan "ayo mbak lewat dalan liyo ae"(ayo kak kita lewat jalan lain saja) akhirnya kita sepakat untuk lewat jalan lain, tepat disamping
rumah mbak Riana, yg letaknya tepat dibelakang rumah, sebenarnya justru ini adalah jalan yg dekat dg pohon salam, namun aku belum pernah melewatinya karena tidak tahu, saat kami lewat gang kecil disana, diujung gang ada sebuah kamar mandi, aku sudah diperingatkan kak Sari agar
tidak merespon apapun jika mendengar atau mencium bau, namun saat benar2 berada dalam suasana itu batinku selalu menolak, saat kami sampai diujung jalan, ku dengar ada suara orang mengambil air di sumur, kak Ros berdoa dg kusyu dan pandangan yg lurus, namun kepalaku tak tahan
ingin sekali melihat sumber suara itu, meskipun tangan kami berpegangan, namun kepalaku menoleh, seketika aku terkejut tak percaya dg yg ku lihat, sesosok perempuan berbaju putih dg paras yg cantik namun pucat sekali, rambutnya tidak begitu panjang, duduk diatas sumur, diikuti
bau yg wangi sekali, kak Sari menyadari aku telah melihat SURIYAH, dia pun berlari sambil berteriak dan menyeretku, kami berdua menangis sampai kerumah. Seakan faham, nenek menyuruh kami cuci kaki, tangan dan muka saat itu juga lalu masuk ke dalam rumah. Didalam rumah kakek ber-
usaha menenangkan kami, kakek berkata "yo kui Suriyah, iso metu soko ngendi lan ng ngendi ae, tapi dekne ora nakal, mung pengen nduwe konco, ora tau nganggu, pesen e kakung nek kowe kowe mambu wangi, nek pas dwean ndang ngalih, golek konco yo"(ya itu Suriyah, bisa keluar dari
mana dan dimana saja, tapi dia tidak nakal cuma ingin punya teman,tak pernah mengganggu, pesan kakek kalau kamu2 mencium bau wangi, kalau sedang sendirian cepet pergi cari teman ya), memang kalau ku ingat kembali Suriyah sosok yg terlihat ramah, wajahnya ayu hanya saja pucat, dan
semenjak kejadian itu, aku jadi lebih waspada dan jarang keluar kalau hari gelap, teringat wajah pucatnya aku tak sanggup, sehingga ketika sudah mencium bau wangi aku segera pergi. Sampai dewasa ini aku masih sering merasakan keberadaan nya, terakhir merasakan kehadirannya saat
bapakku membangun rumah baru tepat didepan rumah si mbok, saat itu rumah masih setengah jadi, sudah berdiri dan beratap namun masih bertembok batako dan beralas tanah, aku dan kak sari bermain petak umpet, saat itu kak sari berjaga dan aku ngumpet di kamar timur, saat itu sudah
sore, saat aku bersembunyi tiba2 aroma wangi menyeruak entah dari mana, aku menyadari itu tanda kehadiran Suriyah, aku segera bangkit dari tempat sembunyi dan berlari keluar, itulah saat terakhir aku merasakan kehadirannya. Namun semua orang masih sering melihatnya berkeliaran
dilingkungan kami, dan kalau diikuti selalu berakhir dibawah pohon salam..

Okay readaer, inilah cerita saya alami mengenai sosok PERI yg berasal dari jawa timur, sosok ini berbeda dg kuntilanak, peri penampilan nya sangat ramah dan diikuti bau harum. Kalau kunti? ah yg jelas
tidak sama.. nulis ini saja masih sering merinding, karena pohon salam itu masih ada sampai skrg, meskipun sudah ditebang, pohon itu tumbuh kembali. Baik reader sekian cerita saya, mohon maaf kalau banyak typo dan ceritanya putus2 lagi2 alasannya adalah karena sya mama dua anak
nulisnya sambil curi2 waktu, terimakasih sudah membaca see u soon
kurang lebih seperti ini denah lingkungan kami 😁
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to NNJouvina
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!