, 221 tweets, 40 min read
My Authors
Read all threads
~A Thread~

"Tinggal Sendiri di Kos-Kosan"

Based on true story

#bacahorror #horrorthread #threadhorror #Threadstory @bacahorror
Hallo semua, ini thread pertama gw, mohon dimaklumi jika masih banyak kesalahan dalam penulisan dan mungkin kurang tertata rapih dan engga bikin merinding.

Maklum newbie, hehe.

Salam horror.
#bacahorror #threadhorror
Cerita ini terjadi di antara pertengahan tahun 2017 sampai awal tahun 2018 lalu.

Semua nama tokoh, nama tempat, yang ada di cerita ini disamarkan, spy menghormati pemilik kos-kosan tersebut.
Cerita dimulai ketika Dewi (tokoh utama dlm cerita ini) berkeliling di daerah C untuk mencari kos2an baru, karena kosan yg lama seminggu lg habis masa kontraknya, dan alasan yg paling mendasar mengapa Dewi mencari kosan baru karena kosan yg lama yg biaya kontraknya lumayan mahal
Dewi memilih berkeliling mencari kosan di daerah C karena lokasinya lebih dekat dengan kampus Dewi drpd lokasi kosan yg sebelumnya.
Dewi tidak sendirian, siang ini Dewi ditemani Bela (teman satu kosan Dewi di kos yg lama).

Dewi dan Bela berkeliling dan berhenti setiap ---
--- kali ada bangunan yg ada plakat "TERIMA KOS PUTRI".

Seperti halnya orang mencari tempat tinggal baru dengan melihat-lihat kondisi bangunan, kebersihan lingkungan, akses dan peraturan, harga, dan yg terakhir adalah masih ada atau tidaknya kamar kosong utk ditempati
Hari semakin sore, karena memang Dewi dan Bela berangkat sekira pukul setengah 2 siang tadi,

Bela : "Wik, balik sek yo wes meh surup iki, sesuk meneh tak kancani" (Wi, pulang dulu yuk udah mau maghrib, besok lagi tak temenin")
Dewi : "iyo, Bel. Aku yo wes lumayan lemes iki ---
--- sisan mampir golek maem yo ning ngarep kampus U, biasa penyetan langganan kae Bel" ("Iya, Bel. Aku juga udah lumayan capek ini, sekalian mampir cari makan ya di depan kampus U, biasa warung penyet langganan itu Bel")
Bela : "Iyo ayo, aku yo luwe, haha" ("Iya ayo, aku juga ---
--- lapar, haha")

Dewi bergegas menyalakan motor maticnya dan menuju warung penyet langganan mereka.
Singkat saja 4 hari berlalu, Dewi belum jg mendapat kosan yg tepat.

Malam ini Dewi kebetulan berada di minimarket dekat daerah C, guna membeli pasta gigi. Selesai dr situ Dewi berinisiatif untuk berkeliling lagi di daerah C dibagian gang kecil lain yg belum ia lewati sebelumnya
Sekira 20 menitan Dewi berkeliling menyusuri gang2 dg motornya, ketika berada di pertigaan Dewi memilih arah untuk menuju arah Timur saja.

Dan betul saja, baru kira-kira 3 meter ia membelokkan stang motornya, di kiri jalan ada plakat "TERIMA KOS PUTRI" lengkap dengan nomor ---
--- telepon yg bisa dihubungi.

Dewi pun bergegas mengerem motornya dan berhenti sejenak untuk melihat keadaan depan kos, dan tak lupa menyalin nomor telepon yg tertera diplakat, untuk segera Dewi hubungi.
Entah kenapa firasat Dewi tertarik sekali pada kosan itu, hingga membuat Dewi menyudahi pencarian kosan pada malam itu jg.

Dewi akhirnya sampai di kosan yg lama, saat itu pula Dewi membuka HP dan segera menghubungi nomor yg Dewi salin tadi.

Dewi girang sekali ketika pemilik ---
--- kosan menjawab pertanyaan Dewi, bahwa di kos tersebut masih ada kamar kosong yg siap pakai.

Dewi dan pemilik kos (sebut saja Bu Karti) pun berkencan keesokan harinya guna mengecek kondisi dalam kos.
Keesokan harinya Dewi bergegas menuju kos Bulan (samaran nama kos-kosan Bu Karti) untuk menemui Bu Karti.

Sesampai di sana keadaan terlihat beda karena gerbang di buka lebar, entah karena akan kedatangan Dewi atau memang jika ada matahari kos tsb sengaja di buka lebar.
Gerbang itu langsung berhadapan dg garasi, karena terlihat motor-motor terpakir tepat di balik gerbang.

Dewi : "Assalamualaikum.."
Bu Karti : "Waalaikumsalam, apa ini dik Dewi yg telfon cari kos kemarin ya?"
Dewi "Iya betul, Bu, saya Dewi"
Bu Karti : "Monggo dilihat-lihat ---
--- dulu, begini kondisi kamar-kamar yg masih kosong dik"

Bu Karti menjelaskan seisi kosan, kosan ini terdiri dari 2 lantai, ada 14 kamar, ada 4 kamar mandi (2 di lantai bawah, 2 di lantai atas), 1 dapur di lantai atas, tempat jemur pakaian di lantai atas.
Dari 14 kamar hanya beberapa kamar saja yg terisi oleh mayoritas mahasiswa kampus B, dengan satu rumpun berasal dari pulau Kalimantan, NTT, NTB, tidak ada sama sekali yg berasal dari Jawa seperti Dewi.

Dewi sedang memilih kamar mana yg akan ia tempati,
Mengingat 2 hari lagi masa kontrak di kosan lama akn habis, Dewi pun memilih untuk akan tinggal di kos Bulan ini.

Walau sebenarnya kondisinya agak berbeda dg kos yg lain, penataan bangunannya aneh, dari garasi, ruang tamu, hingga bangunan 2 lantai yg menurut Dewi kurang ---
--- sempurna, penataan kelistrikan yg kurang tepat juga, karena banyak kabel bergelambir di tembok, di lantai tangga.

Apa boleh buat, Dewi sudah lelah mencari kos kesana kemari yg notabene nya sudah penuh terisi semua, harga yg ditawarkan di kos Bulan pun tergolong murah
Akhirnya Dewi sepakat mengambil kamar nomor 1, paling dekat dg kamar mandi, paling dekat dg garasi.
Dalam benak Dewi sebenarnya merasa aneh, kenapa yg lain tidak memilih kamar yg ini, tp Dewi menghempas pemikiran itu.
Mungkin saja mereka lebih nyaman berada di kamar yg lain.
Satu minggu berlalu, Dewi sudah menempati kosan yg baru itu selama seminggu ini.
Dari sini Dewi mulai berkenalan scr lebih dekqt dg teman-temannya yg lain, dan Dewi berkeliling kos untuk melihat2 apa saja isi dalam kos itu.
Ada 2 kamar tepat di bawah tangga menuju lantai atas, 2 kamar ini saling berhadapan, Dewi mengecek apa isi kamar itu karena terlihat tidak berpenghuni dan pintunya terbuka lebar.
Ternyata 1 kamar difungsikan untuk menaruh kulkas, 1 kamar lagi untuk ruang TV.
Tapi anehnya ---
--- 2 kamar ini seperti jarang sekali terjamah oleh manusia, terlihat dr lantai yg sangat berdebu tebal dan tidak ada jejak sendal atau jejak kaki.
Padahal kebanyakan orang dikos ini lebib sering menghabiskan waktunya sepulang kuliah untuk tetap stay di kos.
Lagi-lagi Dewi menepis apa yg ada di pikirannya itu. Dewi masih mencoba berfikir positif.

Dibawah tangga terdapat sanyo air, tanda kosan ini supplai air dari sumur bukan dari PAM setau Dewi.
Dewi berbalik arah dan hendak menuju lantai atas, ketika badan Dewi berbalik dan sembari matanya melihat ke arah atas tangga, Dewi seperti melihat sesuatu yg tiba-tiba hilang begitu saja.

Dewi sempat kaget, tapi lagi-lagi Dewi masih mencoba berfikir positif, mungkin saja ada ---
Teman kos lain yg lewat barusan.

Dewi pun melangkah menaiki tangga, sesampai di atas, Dewi mengecek 2 kamar mandi yg ada di lantai atas ini, alangkah terkejutnya Dewi, 2 kamar mandi ini sudah tidak terpakai, seperti sudah tidak bisa di fungsikan, tempatnya sangat kotor,
Banyak bambu, kayu, ember yg sudah tidak layak pakai, baunya juga pengar.
Pantas saja, selama di sini orang2 yg menempati lantai atas pada mandi di kamar mandi bawah.

Setelah mengecek kamar mandi, Dewi berjalan melihat kamar-kamar berjajar di samping kanan kirinya.
Dewi merasa aneh kembali, kenapa entah di lantai bawah dan lantai atas, kamar yg dekat dengan tangga tidak pernah ada yg mau menempati.
Toh ukuran kamar sama saja, fasilitas dalam kamar juga sama saja, tidak ada bedanya sama sekali.
Btw di kos ini ada 2 tangga.
1 tangga menghubungkan lantai bawah ke garasi, gerbang, dan kamar mandi yg disebut kamar mandi bawah.
1 tangga lagi menghubungkan lantai bawah dg lantai atas.
Kamar Dewi tepat di tangga yg menghubungkan lantai bawah dg garasi dll tersebut.
Anehnya depan kamar Dewi itu juga ada kamar, lagi-lagi kamar ini juga tidak di tempati.

Aneh sekali gumam Dewi.
Perasaan Dewi mengenai keanehan di kos tsb mengundang berbagai macam pertanyaan di benak Dewi.

Dewi sendiri pun banyak mengalami kejanggalan dari pertama mencari kos ini.

Di awal, Dewi sebenarnya kurang sreg dg tempat tinggal barunya, karena ---
Lingkungannya cukup sepi, karena bangunan kos ini berdiri di paling pojok dekat pertigaan gang.
Kanan kos ini bukan langsung berjajar rumah, akan tetapi ada kebun kosong yg rimbun.
Depan kosan tepat di seberang jalan juga ada kebun kosong yg rimbun.

Tak hanya itu,
Dewi baru mengetahui setelah beberapa minggu ia tinggal di kosan itu, bahwa di sebelah selatan kurang lebih 100 meter dari pertigaan kos itu ada makam daerah situ.
Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi,

Dewi yg notabennya jarang menghabiskan waktu di kos, dikarenakan Dewi berkuliah dan bekerja, sehingga waktu Dewi untuk di kos hanya ketika sudah larut malam saja untuk mengisitirahatkan diri.
Setiap malam Dewi selalu dikagetkan dengan suara ketukan di tembok yg ada di sebelah Barat.
Ketukan itu terjadi di hampir setiap malam ketika Dewi sedang mengistirahatkan tubuhnya.

Sangat aneh sekali, malam-malam ada yg ngetok tembok dg keras secara berulang kali,
Padahal di sisi tembok sebelah Barat itu tidak ada bangunan sama sekali, yg ada hanya kebun kosong yg rimbun ditumbuhi ilalang.
~~~lanjut besok yaa, udah ngantuk, nemenin tidur suami duluuu~~~
Ceritanya masih puanjaaangg, keanehan bukan hanya di situ saja, banyak kejadian horror yg dialami Dewi, setelah ada beberapa insiden yg terjadi menimpa seluruh penghuni kos.

Stay tune yaaa...
Apa mungkin ada orang iseng yg memang usil mengetok-ngetok tembok dari arah luar, tapi kejadian itu hampir setiap malam dialami oleh Dewi.
Tapi apa mungkin? Ada orang yg nyempatin waktunya tengah malam untuk ganggu orang dg mengrobankan dirinya masuk ke kebun kosong yang ---
--- penuh dengan ilalang dan pepohonan pisang.
Gumam Dewi dalam benaknya.

Tidak hanya suara ketukan itu, namun ketukan itu sering kali diiringi dg suara orang berlarian di belakang tembok itu.
Hal itu membuat Dewi berfikir untuk menanyakan ke salah satu teman kosnya yg kamarnya bersebelahan dg kamar Dewi, sebut saja Caca.
Apakah Caca juga mengalami hal yg sama dengan Dewi atau tidak, Dewi hanya ingin memastikan.

#bacahorror #bacahoror #threadhorror #hororstory
Di kos ini Dewi lebih sering berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, karena memang mayoritas penghuninya dari luar Jawa dan kurang fasih dalam berbahasa jawa.

Dewi : "Ca, lagi ngapain? Ngga kuliah?"
Caca : "Ngga, Wi, baru sedikit pusing, kamu biasanya kerja kan?"
Dewi : "kebetulan hari ini aku libur. Ca, aku boleh tanya sesuatu ngga ke kamu?"
Caca : "boleh, mau tanya apa, Wi?"
Dewi : "kamu pernah ngalamin kejadian aneh engga di sini?"

Caca sedikit menunjukkan ekspresi kaget dan meringis kecut.
Caca diam sejenak sambil meneguk air putih yg ada dalam botol minumnya.

Caca : "memangnya kenapa kok kamu nanya begitu, Wi? Ada yg aneh ya?
Dewi : "aku cuma mau mastiin aja sih, apa cuma aku doang yg ngalamin, karena sering banget itu terjadi"
Dewi menceritakan kejadian yg Dewi alami selama di kos pada Caca, Dewi menceritakan kejadian ketukan di tembok dan suara orang berlarian di tengah malam.

Lagi-lagi Caca diam dg raut wajah yg menciut setelah mendengar cerita Dewi.
Caca : "jangan keras-keras nanti pada dengar" bisik Caca ke Dewi dengan suara lirih.

Dewi pun mengangguk paham.
Akhirnya Caca membuka cerita tentang pengalamannya sendiri selama di kos itu.
Cerita versi Caca~

Suatu malam, Caca sedang sendirian di kos, karena pada saat itu sudah memasuki libur semester hari pertama, teman2 nya yg lain sudah berangkat terbang ke pulau masing2 untuk mengisi waktu libur semesternya di kampung halaman masing2.
Tinggal Caca yg belum berangkat terbang ke NTB karena kebetulan kehabisan tiket pesawat di hari itu, sehingga Caca tidak bisa berangkat di hari itu sama seperti teman2 nya yg lain.

Otomatis Caca bakal bermalam sendirian di kosan malam ini. Untuk menunggu jadwal penerbangan besok
Pagi sampai sore Caca lebih memilih untuk menghabiskan waktu di kos saja, untuk sekedar beristirahat karena besok harus melakukan penerbangan yg lumayan memakan waktu.

Tidak ada keanehan sebelumnya, hingga waktu malam pun tiba dan sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Tiba-tiba

BRUUAAKKKKKK!!

Ada suara benda jatuh.
Caca yg tadinya sudah terlelap pun sontak terbangun dari tidurnya karena kaget.
Dengan mata masih belum melek sempurna, Caca membuka pintu kamarnya dan mengecek benda apa yg barusan terjatuh seperti dari lantai atas ke lantai ---
--- bawah. Caca menyusuri area lantai bawah dengan harapan menemukan benda apa yg barusan terjatuh.

Hasilnya nihil. Caca tidak menemukan benda apapun yg terlihat, dan bekas benda jatuh pun juga tidak ada.

Lantas Caca kembali lagi ke kamarnya untuk kembali tidur.
Ketika Caca mulai memejamkan matanya, tiba-tiba ada suara ketukan samar-samar dari tembok sebelah Barat.

Caca kaget dan kembali membuka matanya, juga memasang telinga untuk mendengarkan apakah tadi benar suara ketukan atau bukan.
Tp suara itu tiba-tiba hilang.
Caca kembali memejamkan matanya. Lagi-lagi ketukan itu muncul lagi dari arah yg sama semakin lama ketukannya semakin menunjukkan ritme ketuk yg sangat cepat dan keras.

Caca terbangun, dari sini Caca berfikir ini sudah tidak beres. Mana ada kebun kosong jam segini
Malam-malam begini ada orang yg mau iseng.

Ketukan itu bukannya berhenti, semakin lama ketukan itu berubah menjadi suara tembok yg dipukul-pukul tangan secara keras dan cepat.

Caca mulai keluar keringat dingin dan merinding sejadi-jadinya. Caca ketakutan sekali malam itu.
Caca berfikir, itu pasti bukan manusia.
Suara pukulan tembok itu semakin keras dan tidak kunjung berhenti, diiringi dengan suara seperti ada orang bercengkerama di balik tembok itu dg suara berat.

Caca semakin ketakutan, nyali Caca semakin ciut, Caca pun beringsut mundur
Dari tempat tidurnya dan memilih menepi di belakang daun pintu yg ia kunci rapat.

Tangis Caca pecah, Caca sangat ketakutan saat itu, sembari dia selalu memegang kalung Rosario nya dan membaca doa minta perlindungan Tuhannya.

Sampai Caca tersadar ketika HP nya bunyi menandakan
Alarm di HP Caca.

Caca kaget dan terbangun, waktu menunjukan pukul 7 pagi, dengan posisi yg masih sama, Caca masih berada di belakang pintu, entah tertidur atau pingsan karena kejadian semalam yg mencekam.
Berarti semalam Caca tidak bermimpi, atau Caca hanya ngelindur saja sampai-sampai bisa tidur dg posisi duduk menelungkup di belakang pintu.

Pagi itu jelas, kos sunyi, karena hanya tinggal Caca. Caca masih terbayang2 kejadian semalam.
Tapi Caca tetap harus memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan segera beraktifitas. Karena jadwal tiket pesawat terbang siang ini.
Sepenggal kisah yg diceritakan Caca kepada Dewi, membuat Dewi semakin penasaran dan yakin, bahwa selama ini Dewi tidak pernah salah dengar adanya ketukan-ketukan di tembok itu tiap malam.

Lalu siapa yg sering mengetuk bahkan memukul tembok malam-malam?
Siapa yg suka berlarian di tengah malam? Siapa juga yg bercengkerama malam hari di kebun kosong itu?
Manusia atau hantu?

Dewi semakin penasaran, akhirnya Dewi mengajak Caca untuk mengantarkannya mengecek kebun kosong di balik tembok barat ini.
Siang hari memang, Dewi dan Caca benar mengecek kebun kosong barat bangunan kos ini.

Dan dari penglihatan, hanya ada pohon pisang, rumput liar dan ilalang yg rimbun dan tumbuh cukup tinggi.

Seperti tidak ada bekas aktifitas manusia berjalan di sana.
Hingga pada suatu malam, ketika Dewi baru sampai di kos sepulang dia kerja. Seperti biasa Dewi memarkirkan motornya di garasi yg tidak terlaku luas itu.
Ketika Dewi hendak menutup gerbang, di kebun kosong seberang jalan,
Dewi merasa ada yg mengawasinya, Dewi pun mengamati area kebun kosong itu yg memang gelap, karena tidak ada lampu di sana.

Sampai Dewi melihat di satu titik, yaitu di pohon petai, tepat di balik pohon itu,
Dewi melihat sesosok makhluk hitam tinggi berdiri tepat di belakang pohon petai itu, dengan mata merah menatap tajam Dewi yg ada di depannya.

Dewi gugup, dan seketika itu Dewi dengan cepat menutup gerbang tanpa menggemboknya, lalu berlari menuju kamarnya.

Sebelum masuk kamar,
Dewi di tegur sapa oleh beberapa teman kosnya yg saat itu sedang bercengkerama santai di depan kamar Dewi.

Mita : "Wi, kamu kenapa kok lari-lari an di dalam kos sampai ngos2an gitu?"

Dewi tak kunjung menjawab, Dewi masih mencoba mengatur nafasnya yg tersengal-sengal agar
Bisa berkata lancar, Dewi masih gugup dan gemetar.

Dewi : "iiiii...iituuu, iii...iituu"
Mita : "itu apa, Wi?"
Dewi : "iiiii...tu, di depan, di depan"
Sara : "apa yg di depan, Wi?"
Ani : "iya, ada apa, Wi? Di depan ada apa?"
Yesi : "apa ada orang jahat di depan?"
Caca : "Wi, tenang dulu, duduk dulu, sini minum dulu deh"
Gaby : "iya bener, sini minum dulu"

Dewi pun di papah teman2 nya untuk duduk dulu dan menyodorkan sebotol air putih untuk diminum, agar Dewi bisa tenang dulu lalu bercerita ada apa sebenarnya.
Setelah cukup tenang,

Mita : "sebenarnya kenapa kamu ini, Wi? Ada kejadian apa tadi?"
Dewi : "tadi ada..."

Berhenti sejenak sambil memandang semua teman2nya. Awalnya Dewi enggan bercerita, tetapi teman2nya memaksa Dewi untuk tetap bercerita.
Teman2 : sahut-sahutan berbicara memaksa dewi utk segera bercerita "ayoo Wi, cerita.." "Iya ada apa di depan tadi?".

Akhirnya Dewi menjawab

Dewi : "di depan aku ngelihat ada hantu"
Sontak semua teman2 Dewi berteriak serentak dengan nada kaget.

"Haaaaaaaaaaa!!!!!"

Yesi : "Wi, kamu serius?"

Seketika suasana menjadi hening, semua terdiam, semua saling bertatap mata.

Tiba-tiba
"BRUAAAAAKKKKKK"

Suara benda jatuh dari lantai atas ke lantai bawah, tepat di mana Dewi dan teman2nya duduk berkumpul.

Sekita semua menjerit

"Hwaaaaaaaaaaaaa"

Semua sekarang berpindah posisi dengan saling berdempetan merangkul teman satu sama lain.
Semua menoleh ke sumber suara, lagi-lagi tidak ada benda apa pun yg terjatuh.

Semua tegang, semua ketakutan, di tengah-tengah ketegangan itu, tiba-tiba terdengar bunyi
"Srekkkk... Srekkk.. Srekkk"

Seperti suara orang berjalan menyeret sendalnya.
Kali ini suara itu datang dari 2 arah.
Yg pertama bersumber di lantai atas.
Yg kedua bersumber dr garasi dan ruang tamu.

Dewi dan penghuni kos lain makin tegang,
Mereka semua masih saling rangkul satu sama lain, dengan wajah pucat pasi karena ketakutan.
Yg mereka lakukan hanyalah berdoa sesuai kepercayaan masing2.

Suara itu tidak kunjung berhenti, Dewi dan teman2nya melihat ke arah lantai atas, di sela2 lantai
Atas, memang tidak seluruhnya lantai, di tengah-tengah lantai itu di kasih semacam besi yg saling terhubung dan di beri kanopi untuk pijakan kaki, aneh memang dr segi bangunannya.
Tp dari bawah, akan bisa melihat ke arah lantai atas tanpa harus naik tangga.
Ketika Dewi dan teman2nya melihat ke sisi atas tidak ada aktifitas apapun di sana. Tidak ada jg orang berjalan.

Menoleh ke arah garasi dan ruang tamu juga tidak menemukan apa-apa.

Tapi suara itu masih jelas ada, jelas sekali terdengar oleh telinga Dewi dan teman2nya.

Tiba-tiba
"Aaaaaaaaaaaaa"

Sara berteriak kencang, ada sesuatu yg jatuh di kaki Sara.
Setelah di cek, yg jatuh adalah segumpal rambut panjang yg sebagiam sudah beruban / berwarna putih.
Tanpa pikir panjang, Mita bergegas ke kamar mengambil sesuatu.
Mita mengambil korek api, lalu segumpal rambut itu diraihnya dan lantas dibakar oleh Mita.

Ketika dibakar, bukan bau rambut terbakar yg tercium,
Melainkan bau busuk yg sangat menyengat yg timbul.
Dewi dan penghuni kos lain pun terheran-heran, rambut siapa itu yg dibakar tapi malah bau busuk.

Ketika rambut itu hampir habis terbakar, tiba-tiba listrik padam, semua lampu mati,
Seluruh penghuni kos berteriak histeris. Semua ketakutan, semua bingung, apa yg sebenarnya sedang terjadi.

Ketika kepanikan melanda, Mita lantas berteriak,

Mita : "ayo semua malam ini kita tidur bersama di kamarku"

Tanpa ada jawaban, semua langsung berlari menuju
Kamar Mita.

Semua masih berdempetan dan merangkul satu sama lain di atas kasur kamar Mita.

Keringat dingin mengucur deras di tubuh seluruh penghuni kos.

Tidak ada satupun tetua yg bisa di mintai tolong, karena memang kos ini
Tidak ada penjaganya.

Pemilik kos juga tidak pernah menginap di kos ini, dan jarang sekali menyambangi lokasi kos, hanya ketika ada janjian atau perbaikan bangunan saja biasanya Bu Karti datang, pemilik kos tinggal di daerah S dekat museum purba.
Apalagi ini kos putri, otomatis yg tinggal hanya remaja-remaja perempuan.
Mau meminta bantuan tetangga terdekat, Dewi dan penghuni kos lain tidak ada yg berani keluar.
Takut terjadi hal yg makin menakutkan.

Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat saja
Malam itu.

Keesokan harinya semua beraktifitas seperti biasanya, hanya saja ada sedikit rasa was-was yg menyelimuti benak seluruh penghuni kos.
Lanjut nanti yaaa~~~ mau rehat dulu~~~

#bacahorror #bacahoror #horrorthread #threadhorror #horrorstory
Berbeda dengan Mita.

Setelah tragedi semalam, sepulang kuliah hari ini, Mita tiba-tiba demam tinggi.
Dewi dan teman kos yg lain mencoba merawat Mita, mengompres kening Mita dg handuk yg diperas dg air hangat.
Hingga larut malam panas Mita tak kunjung turun, Mita semakin menggigil kedinginan. Sudah di beri obat penurun panas pun sepertinya obatnya tidak bereaksi.
Sampai2 Mita mengigau dengan kalimat-kalimat yg kadang tidak jelas.
Mita : "pergi....pergi"

Mita mengigau dg mengucap kata itu terus menerus, entah apa yg Mita maksud.
Ditanya pun juga tidak ada respon selain kata "pergi" yg muncul dari igauan Mita.
Karena keadaan Mita tak kunjung membaik akhirnya Dewi dan teman kos yg lain sepakat membawa Mita ke klinik terdekat agar segera mendapat penanganan medis.

Dewi, Sara, Yesi pergi mengantar Mita ke klinik.
Mita yg diapit bonceng 3 oleh Sara dan Yesi, sedang Dewi naik motor sendiri
Mita dinyatakan harus di rawat inap, akan tetapi karena klinik tsb tidak melayani rawat inap scr lama, maka dr dokter diberi rujukan utk di rawat inap di RS DO.
Akan tetapi Dewi meminta agar malam ini saja biarkan Mita di rawat di klinik itu sementara, baru biar besoknya
Di bawa ke RS.

Akhirnya dokter menyetujuinya.
Keadaan Mita masih sama, Mita masih menggigil kedinginan dan terus mengigau.

Mita : "pergi...tidak mau ikut..pergi"

Igauan Mita semakin menjadi
Dewi, Sara, dan Yesi pun bingung, apa lagi yg harus mereka lakukan selain menenangkan Mita.

Akhirnya dokter menyarankan utk tetap tenang, biarkan Mita seperti itu dulu, itu efek dari panasnya yg tinggi, hingga dia seperti kehilangan setengah kesadarannya, kata dokter itu
Hal yg lumrah jika terjadi kpd orang yg mengalami demam tinggi.

Dokter : "biar obatnya bereaksi dulu, kalian yg tenang dan sabar"

Kalimat dokter cukup menenangkan Dewi, Sara, dan Yesi.
3 hari berlalu, dan Mita sekarang sudah berada di Rs DO.

Belum ada perubahan yg terjadi pada Mita, bedanya demamnya sudah turun, tetapi dia seperti masih kehilangan kesadarannya.

Mita masih mengigau
Siang ini, Mama dan Papa Mita akan sampai dr NTB ke rumah sakit, mereka khawatir akan kondisi Mita anak semata wayangnya.

Selama 3 hari di rumah sakit, Dewi dan teman yg lain bergantian menjaga Mita. Untung ada Andrew pacar Mita yg fulltime menjaga Mita di
Rumah sakit, sampai-sampai Andrew mengorbankan waktu kuliahnya untuk tetap merawat dan menjaga Mita di rumah sakit.

Mita tidak pernah mau makan, setiap makanan yg masuk selalu Mita muntahkan.

Badannya semakin lemas, area bawah mata juga terlihat menghitam
Orangtua Mita sudah datang, Dewi dan Andrew sepakat utk tidak menjaga Mita dulu malam ini.

Ketika Dewi dan Andrew akan berpamitan pulang, tiba2 Mita berteriak dan meronta2, badannya kaku, jari jemarinya seperti ingin mencengkram sesuatu, matanya melotot ke atas
Mita seperti orang kerasukan, dia terus berteriak dg suara yg berat
"bocah iki melu aku!!!" (anak ini ikut aku!!!)

Semua yg di ruangan kaget dan panik, Dewi menatap Andrew
Dewi : "sejak kapan Mita bisa berbahasa jawa?"
Andrew terlihat bingung
Orangtua Mita berteriak memanggil suster, bingung dg apa yg terjadi, Mita tetap tidak bisa di tenangkan.

Dewi membantu dg melantunkan ayat2 Al-Qur'an, memijat jempol Mita sekuatnya.
Tiba-tiba Mita pingsan, ya mungkin jin yg merasuki tubuh Mita sudah keluar
Saat itu pula HP Dewi terus berbunyi, ternyata Sara yg menguhubungi Dewi
Dewi mendapat kabar bahwa kondisi di kosam sedang kacau, semua ketakutan, dan yg paling membuat Dewi kaget dan bingung adalah Sara mengabarkan kalo Caca kerasukan.

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM...!!"

Ujar Dewi setelah mendapat kabar itu, Dewi bergegas pamit
Dan langsung menuju kos.

Sesampai di sana, sudah ada beberapa warga yg membantu menenangkan teman2 kos, dan Caca juga sudah sadar dr kerasukannya.

Warga A : "hati-hati, Nduk"
Dewi : "iya, Pak"
Warga B : "ora aman wisan" (sudah tidak aman)
Dewi : "pripun Pak? (bagaimana pak?)
Warga A : "wis ora popo, kancamu wes sadar, sing penting dongo ojo kendat" (sudah tidak apa2, temanmu sudah sadar, yg penting doa jangan kendor)
Dewi : "nggih pak, matursuwun sanget" (iya pak, terimakasih sekali)

Warga pun mulai meninggalkan area kos
Ketika Dewi melihat ke arah tangga yg menghubungkan ke lantai atas, lagi2 Dewi melihat sosok hitam bermata merah itu tengah berdiri tegap di tangga

"astaghfirullah, astagfirullah, astagfirullah" gumam Dewi lirih

Namun sosok itu hanya diam saja
Tidak menunjukkan ekspresi ingin menyerang, tiba-tiba sosok itu menghilang begitu saja.

"Alhamdulillah.." ucap Dewi lega

Dewi masih menenangkan situasi dan teman2nya
Sara : "setiap malam kami semua tidur dalam satu kamar, Wi"
Dewi : "apa masih trauma dg kejadian itu?"
Sara : "kami takut, ke kamar mandi pun kami harus bergantian jaga dan pintu tidak pernah kami tutup"
Dewi : "tapi kalian baik-baik aja kan?"
Sara : "kami tidak mau ada kejadian lagi, apalagi sperti yg dialami Mita"
Dewi : "maksudnya?"
Sara : "kamu pasti tau, Wi. Mita itu ngga sakit medis kan, Mita itu diganggu jin, gara2 bakar rambut sembarangan malam itu"
Dewi : "memang kamu tau itu rambut siapa?"
Sara : "rambutnya jin"
Dewi : "haaaa???"
Sara : "Caca kerasukan, dan bilang kalau itu rambutnya jin, rambut petaka katanya"

Dewi terdiam sejenak mendengar ucapan Sara dg nada ketakutan.

Dewi : "ra beres" (tidak beres) gumam Dewi lirih
Hari berganti hari, situasi masih sama saja, hanya saja tidak ada kejadian yg di luar nalar lagi. Mita dibawa orangtuanya pulang ke NTB utk pengobatan alternatif di sana, terpaksa harus mengambil cuti kuliah.

Tapi pagi ini semuanya dilanda kepanikan.
Gaby : "kebakaran!! Kebakaran!!"

Teriakan Gaby membuat seluruh penghuni kos terbangun dr tidurnya pag-pagi buta ini.

Semua berhamburan ke sumber suara Gaby yg berteriak kebakaran.
Kamar mandi lantai bawah yg berdempetan dg kamar Dewi terbakar atapnya, sepertinya ada konsleting dari lampu.

Semuanya panik, ada yg membuka gerbang, berlarian kebingungan, dg penuh keberanian Caca dan Dewi, masuk ke kamar mandi sebelahnya untuk mengambil air dalam bak
Lalu disiramkan ke sumber api, terus menerus di siramkan.
Akhirnya lama kelamaan api padam.

Apa jadinya kalo misal pagi itu tidak ada yg terbangun? Mungkin semuanya akan terpanggang hidup2 di dalam kos, terutama kamar Dewi yg paling dekat dengan sumber api.
Dewi bergidik ngeri.
Dewi lantas menghubungi Bu Karti tetapi WA tidak aktif, dihubungi by telp tidak diangkat2 dan tidak kunjung ada respon.
Akhirnya Dewi hanya mengirim pesan singkat via sms ke Bu Karti mengenai kebakaran yg barusan terjadi.
Dewi memandang semua teman2nya, mereka semua berkespresi bingung, melamun, shock, ada yg menitikkan air mata juga.

Dewi hanya bisa menenangkan mereka dg kalimat2 sederhana saja.
Karena Dewi pun sebenarnya juga shock, tp Dewi mencoba menutupi agar seakan baik2 saja.
Keesokan paginya Dewi dibuat kaget dan bingung oleh semua teman2 kosnya.

Dewi : "loh Ca, mau kemana? Sara kamu juga mau kemana?"
Dewi : "kok semuanya pada kemas2 barang kalian? Ada apa ini?"
Semua penghuni kos pagi itu mengemasi semua barang perkakasnya, kecuali Dewi.

Sara : "kami mau pindah, Wi"
Dewi : "hah? Pindah? Kalian pindah kos?"
Sara : "iya, Wi, kami semua sepakat utk pindah saja dari sini, ayo kamu ikut sekalian"
Dewi : "kenapa kok mendadak begini?"
Sara : "udah gak betah, kejadian yg mistis sering menghantui kami, belum lagi kejadian kebakaran kemarin, itu bikin kami berpikir nyawa taruhannya, nyatanya sampai sekarang bu Karti tidak datang juga kan, sekedar ngecek pun tidak, suruh tukang kesini juga tidak,
Kami sudah konsultasi dg ortu kami masing2, jalan terbaik ya kami pindah dr sini, nyawa Wi taruhannya, kebakaran kemarin yg bikin trauma setengah mati, kalo Gaby ngga ke kamar mandi pagi itu, bagaimana? Semua akan terbakar habis, termasuk kita manusia di dalam kos ini"
Dewi mengangguk paham.

Caca : "kamu ngga ikut pindah Wi?
Dewi : "mungkin belum utk saat ini, belum ada pandangan mau kos di mana lagi"
Sara : "ayo ikut sekalian lah Wi, nyawa Wi nyawa, bu Karti itu ngga tanggung jawab sama keselamatan kita semua"
Dewi : "iya aku paham, tp belum sekarang, toh kan aku juga jarang di kos, aku hanya nempatin kos ini waktu mau tidur malam saja kan"

Sara : "yasudah kalo tidak mau ikut, kami tidak paksa, tp kamu hati2 ya di sini, kalo ada apa2 bisa WA kami"
Benar, pagi itu semuanya keluar dari kos Bulan, kecuali Dewi yg masih bertahan.

Dewi sedih, ada sedikit rasa cemas juga pada dirinya sendiri, jika terjadi sesuatu hal yg tidak diinginkan.
Tetapi Dewi yakin, Dewi masih punya Tuhan.
Dewi sekarang sendirian di kos itu
Hari berganti hari, Dewi sudah terbiasa dg kejadian2 ketukan, suara2 yg bermunculan setiap malam. Dewi terus berpikir positif.

Sampai suatu hari, bu Karti datang ke kos, kali itu bu Karti mencoba menghibur hati Dewi, agar Dewi tidak ikut pindah
Bu Karti bilang bahwa akan ada yg kos di sini lagi dr anak2 mahasiswa juga, pokoknya bu Karti selalu mengiming2i Dewi terus menerus, akan tetapi realitanya tidak pernah ada satupun orang yg hendak kos di kos Bulan.
Sudah 1 bulan Dewi menempati kos itu seorang diri
Bu Karti datang lagi, kali ini dia memberi tau Dewi kalo akan ada yg nemanin Dewi di kos ini nanti sore akan datang, dia yg nantinya akan menjaga kos Bulan ini, sbg ganti bu Karti yg tidak pernah bisa menempati kos ini.
Sebut saja Bu Sum (samaran penjaga kos baru), wanita paruh baya yg bersedia menjual jasanya sebagai penjaga kos Bulan ini.
Sore itu beliau benar datang, sepulang dr Dewi kuliah agak sedikit kaget karena gerbang dalam keadaan terbuka.

Setelah Dewi masuk, ternyata benar
Ada Bu Sum sedang sibuk menyapu area ruang tamu.

Bu Sum : "sampeyan mbak Dewi ya? Yg tinggal di kos ini di kamar itu mbak? Sy bu Sum yg dikasih mandat ibuk buat jaga kos ini"
Dewi : "iya betul bu sy Dewi, maaf sy belum bisa ngobrol banyak ya bu, ini sy buru2
Mau keluar lagi, ada janji sama temen2 kampus sy bu"
Bu Sum : "oh nggih mbak mboten nopo2" (oh iya mbak tidak apa2)
Lanjut nanti~~~ apa yg akan terjadi selanjutnya?~~~ bagaimana bu Sum??~~~
Stay tune teruss yaaa..

@bacahorror @ceritaht #bacahorror #threadhorror #horrorthread #horrorstories #horrorstory #ceritaht
Dewi pulang sehabis isya'

Ketika memarkirkan motor, Dewi kaget karena di ruang tamu ada orang yg sedang duduk membelakangi Dewi. Setelah diamati ternyata itu bu Sum.

Dewi : "sy kira siapa bu, kaget sy"

Bu Sum tidak menjawab apa pun
Bu Sum hanya membalas dg menolehkan wajah ke arah Dewi dan tersenyum lebar tetapi dg ekspresi kecut masam menyeringai.

Dewi lantas bergegas memasuki kamarnya utk segera beristirahat.
Keesokan paginya bu Sum sudah terlihat sedang mengepel lantai.
Dewi keluar kamar dan bergegas ke kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar mandi,

Bu Sum : "mbak, ngapunten nggih, ndek dalu kulo mboten tilem mriki ngrencangi jenengan" (mbak, maaf ya, semalam sy tidak
Tidur sini nemenin kamu)

Dewi : "nggih buk, mboten nopo2" (ya buk, tidak apa2)
Bu Sum : "soale ndek wingi sonten kulo bibar arisan trus nenggo mantu kulo ten rumah sakit mbak" (soalnya kemaren sore setelah arisan trus nunggu mantu sy di rumah sakit mbak)
Dewi : "tp jenengan pas isya' ten mriki kan bu?" (tp Anda waktu isya' di sini kan bu?)
Bu Sum : "mboten mbak, kulo sonten dugi enjing wau ten rumah sakit, niki kilo nembe dugi ten mriki mbak" (tidak mbak, sy sore sampai pagi tadi di rumah sakit, ini sy baru datang di sini mbak)
Dewi nampak berekspresi kebingunan, bu Sum tidak di kos malam tadi, lalu siapa yg duduk di ruang tamu semalam?

Bu Sum : "wonten nopo to mbak? Kok malah mendel mawon?" (ada apa sih mbak? Kok malah diam saja?)
Dewi : "ah mboten nopo2 buk" (ah tidak apa2 buk"

Dewi bergegas masuk
Kamarnya sambil bergumam lirih.

Dewi : "asem, wes wani membo-membo menungso medi ne" (asem, sudah berani menyerupai manusia hantunya)
2 minggu berlalu, dalam kurun waktu ini, Dewi selalu memimpikan bu Sum.

Sudah 2x Dewi bermimpi tentang bu Sum yg meninggal dunia.

Tetapi Dewi masih tidak menggubris mimpi itu, bagi Dewi mungkin itu hanya bunga tidur saja.
Pagi hari Dewi hendak mandi, Dewi melihat 1 pintu kamar mandi tertutup rapat dan terdengar orang sedang mandi. Siapa lagi kalo bukan bu Sum batin Dewi.
Dewi masuk ke kamar mandi sebelahnya, lantas mandi.

Selesai mandi, Dewi berpapasan dg bu Sum
Yg sedang membawa handuk dan di sampirkan ke pundaknya.

Bu Sum : "mpun rampung mbak leh adus?" (sudah selesai mbak yg mandi?)
Dewi : "sampun bu" (sudah bu)
Bu Sum : "gantian aku sek adus mbak" (gantian sy yg mandi mbak)

Dewi kembali dibuat bingung lagi,
Sambil mengamati bu Sum yg memasuki kamar mandi dan lalu terdengar lagi suara orang yg sedang mandi.

Dewi : "edan, wes ra beres tenan, ra aturan medi ne, esuk2 wes gawe wirangku" (gula, sudah tidak beres beneran, tidak punya aturan hantunya, pagi2 sudah buat aku bingung)
Gumam Dewi

Ketika hendak masuk kamar, sosok hitam tinggi itu lagi2 mewujudkan dirinya lagi di tangga.

"hmmmmm...hmmmm" eram sosok itu

Dewi : "ulahmu? Meh ngopo awakmu? Aku ora tau ganggu, tp kok di ganggu trus" (ulahmu? Mau apa kamu? Sy tdk oernah ganggu, tp kok diganggu trus)
Sosok itu menggeleng2kan kepalanya, seolah bukan dia yg melakukannya.

Dewi : "aku ora wedi, tp aku risi, karepmu piye? Wes ngaleh kono, ojo ganggu aku meneh" (sy tidak takut, tp sy risih, maumu gimana? Sudah pergi sana, jangan ganggu aku lagi"

"hmmmm...hmmm" eram sosok itu lagi
Tiba2 sosok itu menghilang begitu saja.

Dewi : "alhamdulillah.."
Dewi dan bu Sum sedang asyik mengobrol, tiba2

Bu Sum : "mbak, gak wedi to ning kene?" (mbak, ngga takut toh di sini?)
Dewi : "kenapa buk kok tanya gitu?"
Bu Sum : "aku wedi mbak, sepi nggone, wingi meh mateni ulo, tp moro2 ilang, sirahe enek koyo mutiara warnane biru"
(sy takut mbak, sepi tempatnya, kemaren mau bunuh ular, tp tiba2 hilang, kepalanya seperti ada mutiara berwarna biru)

Dewi : "ulo buk? Saestu niku?" (ular buk? Beneran itu?)
Bu Sum : "iyo mbak, saestu, ulone ireng mencirit gedhi, ilang koyo siluman mbak" (iya mbak, beneran, ularnya hitam mengkilat besar, hilang seperti siluman mbak)

Dewi : "mungkin jelmaan buk, sy sebenarnya juga pengen pindah dr sini, tp belum sempat"
Bu Sum : "sampeyan kok yo wani wingi2 kuwi dewekan ten mriki mbak, ketok e nggone gawat ngene" (kamu kok ya berani mbak kemarin2 itu sendirian di sini mbak, kayanya tempatnya gawat begini)

Dewi : "di wanek2ne bu" (di berani2 kan bu)
Malam ini Dewi terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk lagi.
Lagi2 Dewi memimpikan bu Sum meninggal dunia.

Perasaan Dewi semakin tidak enak. Dewi beristighfar, semoga saja tidak ada pertanda buruk.
Sore hari saat sedang beristirahat di warung soto, Dewi dibuat shock oleh pesan WA anak dari bu Sum (Galih namanya),

G : assalamualaikum mbak Dewi
D : waalaikumsalam, ada apa mas?
G : sy minta doanya mbak buat ibuk sy, doakan biar lekas sembuh dan jika ibuk sy punya salah
Sama mbak Dewi tolong dimaafkan ya mbak.
D : loh memang bu Sum kenapa mas?
G : ibuk koma mbak, td pagi kecelakaan, luka dalam bagian kepala ini ibuk baru selesai dioperasi, skrg ibuk belum sadar. (sambil kirim foto bu Sum yg sedang terbaring di rumah sakit dg kepala yg diperban
Penuh, dg selang2 yg menyambung dg alat2 medis)
D : astaghfirullahaladzim, sy ikut sedih mas, sy kaget dpt kabar ini, bu Sum orang baik mas, semoga bu Sum lekas sembuh ya mas, mas dan keluarga yg sabar merawat bu Sum.
Lagi2 Dewi harus sendirian menempati kos ini.
Bu Karti juga tidak ada kabar sama sekali, mengabarkan jika bu Sum sesang sakit saja tidak.

Dewi heran, kenapa bu Karti bisa seacuh itu dg kondisi kos miliknya yg seperti ini.
Hari berganti hari, suatu ketika Dewi pulang ke kosan, br sampai di depan gerbang dan membuka gerbang Dewi dibuat kaget,

Dewi : "Mita?? Ngapain kamu di sini? Bukannya kamu pulang ke NTB?"
Mita hanya diam mematung menatap Dewi dg ekspresi sedih.
Dewi : "Mit? Kamu kenapa?"
Mita : "kowe sing paling kuat, meluo ngaleh soko kene, awakmu ora pantes manggoni panggonan reget koyo ngene, ojo nganti ono tumbal meneh mergo podo ngincer awakmu, Nduk. Ngaleh yo cah ayu" (kamu yg paling kuat, ikutlah pergi dari sini, kamu tidak pantas menempati
Tempat kotor seperti ini, jangan sampai ada tumbal lagi gara2 pada mengincar kamu, Nduk. Pergi ya anak cantik)

Mita langsung berlari secepat kilat ke arah luar gerbang menuju kebun kosong depan kos ini dan hilang begitu saja.
Dewi : "dudu Mita, mesti kuwi membo-membo meneh, tp kok aneh karo omongane, asemmmm ono opo meneh iki!!" (bukan Mita, pasti itu menyerupai lagi, tp kok aneh sama perkataannya, asemmmm ada apa lagi ini!!)
Dewi berniat untuk tidak bermalam di kosnya untuk malam ini. Dewi lebih memilih untuk tidur di kampus atau di kos Bella.

Dewi kembali menutup gerbang dan menggemboknya.
Ketika hendak menyalakan mesin motornya, ada mbak2 dr arah timur yg menghampiri Dewi.
"sy Putri mbak, yg kos di kos Cemara timur situ" ucap mbak2 yg menghampiri Dewi.

Dewi : "oh ya sy Dewi mbak"
Putri : "mbak buru2 mau pergi ya?"
Dewi : "ini sy mau jemput temen sy mbak, ada apa ya?"
Putri : "gini mbak, td siang mas Galih kesini tp sepertinya tidak
Ada orang di kos, trus ke kos sy situ, mas Galih berpesan kalo sy disuruh minta kunci gerbang ke mbaknya, untuk beres2 kamar bu Sum mbak, kebetulan dl bu Sum kan juga pernah bekerja di kos Cemara jd sy kenal mbak"
Putri : "oh iya mbak, kebetulan sy punya kunci cadangan
Jd bisa sy titipkan ke mbak, tp ngomong2 kok barang2 bu Sum mau dibereskan kenapa mbak? Bu Sum kan br sakit"
Putri : "loh mbak ngga tau ya? Bu Sum sudah meninggal seminggu yg lalu mbak, sy juga melayat ke sana"
Dewi : "innalillahi wa innailaihi roji'un.. Mbak serius mbak?"
Putri : "serius mbak, masak saya bohong sih"
Dewi : "sy kaget dapat kabar dr mbak, sy kira bu Sum masih proses penyembuhan mbak"
Putri : "engga mbak, sudah seminggu ini bu Sum pergi untuk selama2nya"
Dewi berpamitan pada Putri setelah memberikan kunci gerbang.

Di jalan Dewi masih terbayang2 ucapan Putri tadi, seakan masih tidak percaya apa yg sudah terjadi pd bu Sum.

Dewi : "mimpiku itu, benar terjadi? Astaghfirullahaladzim"
Dewi : "Bu Karti mesti weruh tentang meninggal e bu Sum, tp ngopo kok ora ngabari aku babar blas yo Bel? Aku judheg suwe2 karo kahanan iki" (Bu Karti pasti tau tentang meninggalnya bu Sum, tp kenapa kok tidak kasih kabar aku sama sekali ya Bel? Aku setres lama2 dg situasi ini)
Bela : "......

Masih bakal lanjut~~~ stay tune yaa~~~

#bacahorror #bacahoror #ceritaht #threadhorror #horrorthread #horrorstories @bacahorror @ceritaht
Sorry ya reader, penulis lg sakit, migrain kambuh 3 hari belum sembuh juga🙏
Tau kan kalo migrain trus harus natap layar hp sambil nulis itu gimana😔

Bakal aku lanjut pelan2 cerita ini, dan aku sudah nyiapin judul baru utk thread aku yg selanjutnya.

Tks 🙏
Bela : "sak mestine to Wi, wong bu Sum kan uwonge bu Karti, anak2 e lak yo ngabari bu Karti" (sudah pasti Wi, kan bu Sum orangnya bu Karti, anak2nya ya kasih kabar bu Karti)

Dewi : "aneh Bel"
Bela : "mungkin niate ben kowe ora wedi Wi, ben kowe ora pindah ko kene" (mungkin niatnya biar kamu ngga takut Wi, biar kamu ngga pindah dari sini)

Dewi : "hah? Maksudmu Bel?"
Bela : "nek kowe pindah kan bu Karti wes ora nduwe pemasukan soko kosan kuwi meneh to" (kalo kamu
pindah kan bu Karti sudah ngga punya pemasukan dr kos an itu lagi kan)

Dewi menatap tajam Bela, seakan paham akan penilaian Bela terhadap bu Karti.

Dewi : "tapi kok ono sing ngganjel ya Bel" (tapi kok ada yg ganjal ya Bel)
Bela : "nek ngganjel yo jelas Wi, kawit awal bu kosmu kuwi ora jelas, kabeh kejadian sek mbok alami karo konco2 kosmu wingi2 kuwi, bu Karti bertindak opo? Malah koyo makakne bocah2 e kos" (kalo mengganjal ya jelas Wi, dari awal bu kosmu itu ngga jelas, semua kejadian
yg kamu alami dan teman2 kosmu kemarin2 itu, bu Karti bertindak apa? Malah seperti mengumpankan anak2 nya kos)

Dewi : "huh, kesel aku" (huh capek aku)
Bela : "pindah o soko kono" (pindah aja dari situ)
Dewi : "Bel, kowe reti kan, ora segampang kuwi aku ngaleh soko kono, urung tentu urusane rampung" (Bel, kamu tau kan, tidak semudah itu aku pindah dari sana, belum tentu urusannya kelar)

Bela : "kok ngono to Wi? (kok begitu sih Wi?)
Dewi : "selama aku ora ning kos, ojo mbok kiro aku ora diganggu" (selama aku tidak di kos, kamu kira aku ngga di ganggu"

Bela : "berarti? Ngincer kowe Wi?" (berarti? Mengincar kamu Wi?)

Dewi mengangguk
Bela : "kowe istimewa jare utiku" (kamu istimewa kata utiku)

Dewi : "istimewa?"

Bela : "kelingan ora kowe tak ajak mampir ning omahe utiku bar soko pantai S kae?" (inget ngga kamu aku ajak mampir di rumah utiku sehabus dr pantai S itu?)
Dewi : "iyo eling" (iya inget)

Bela : "utiku mudeng ngono2 an, trus weruh kowe jare kowe ki istimewa dalam kebatinan" (utiku tau gitu2an, trus lihat kamu katanya kamu itu istimewa dalam kebatinan)
Bela : "tapi kowe ora nyadari kuwi dan.." (tapi kamu tidak meyadari itu dan..)

Tiba2 ucapan Bela di potong oleh Dewi

Dewi : "aku nyat ora tertarik karo hal ngono kuwi" (aku memang tidak tertarik dg hal seperti itu)
Dewi : "wes wes gausah dibahas, gek dientekne kuwi ngombene, jare meh balik kampung kowe" (sudah sudah tidak usah dibahas, buruan dihabisin itu minumnya, katanya mau balik kampung kamu)

Bela : "wehh iyo wes yahene" (eh iya udah jam segini)
Bela : "dhisik ya, ati2 ning kos" (duluan ya, hati2 di kos)

Dewi dan Bela bergegas menuju tujuan pulang masing2.

Sebenarnya Dewi agak malas untuk balik ke kos, tapi ya apa boleh buat.
Di suatu malam, ketika Dewi sudah terlelap dalam tidur karena kecapean yg lumayan karena Dewi habis mendaki bersama teman2nya dari gunung M.

Tokk.. Tok.. Tokkk..

Ada suara ketukan pintu, Dewi sedikit bangun dr tidurnya tetapi diacuhkan begitu saja oleh Dewi ketukan pintu itu
Tokkk tokkk tokkk tokkk!!!

Tokk tokk tokk tokkk!!

Tokk tokk tokk tokkk!!

Suara ketukan pintu itu terus2an berbunyi semakin keras, membuat Dewi terbangun dari tidurnya, dg masih menahan rasa kantuk

"Sopo sih kuwi hmmm" batin Dewi
Ketukan pintu itu semakin lama semakin keras, dan pintu yg diketuk adalah pintu kamar Dewi.

Ketika Dewi hendak beranjak dari tempat tidurnya Dewi kaget setengah mati karena tersadar
Tidak ada orang lain selain Dewi yg menghuni kos itu.

"Astaghfirullahaladzim ya Allahh" gumam Dewi lirih

Tiba2 sura ketukan itu berhenti dan berubah dengan bau anyir darah segar yg menyengat dr luar kamar Dewi.
Dewi tidak jadi membuka pintu kamarnya.
Dewi lantas kembali merebahkan badannya dan menyelimuti seluruh tubuhnya dg selimut.

Bulu kuduk Dewi merinding sejadi2nya, dg membaca ayat2 Al-Qur'an dalam hatinya guna mengusir sedikit rasa takutnya itu
Tiba2 badan Dewi terasa panas, ya sangat panas, rasanya seperti berada dalam lingkup api yg membara.
Keringat Dewi bercucuran deras, sungguh rasa panas yg amat dahsyat, baru kali ini Dewi merasakan hal seperti ini.
Tak hanya itu, kepala Dewi pun terasa berat dan berputar-putar melawan arah jarum jam.
Ya, tanpa sadar Dewi seperti memutar-mutar kepalanya sendiri.

Dewi setengah sadar, Dewi melanjutkan kembali melafalkan ayat2 Al-Qur'an yg Dewi ketahui.
Jari jemari Dewi kaku, Dewi tetap mencoba sekuat tenaga untuk terus menjaga alam sadarnya.

Semakin melafalkan bacaan Al-Qur'an semakin panas tubuh Dewi.

Sampai terdengar

"DDUUUARRRRRRRRR!!!"

Suara petir menyambar dr arah barat kos
Malam itu tidak ada hujan sama sekali, tetapi ada suara petir menyambar.

Badan Dewi gemetar, perlahan panas yg dirasakan Dewi hilang, jari jemari Dewi sudah melemas dan bisa digerakkan lagi.
Saat Dewi duduk, Dewi memperhatikan kulit2nya memerah dan mengeluarkan asap
"wes koyo dipanggang tenan" (sudah seperti dipanggang betulan) gumam Dewi.

Dewi terus beristighfar, lalu beranjak keluar kamar mengambil air wudhu untuk sholat malam.

Selesai sholat, hawa panas tiba2 berganti menjadi hawa sejuk, kulit2 Dewi yg sempat memerah juga sudah pulih
Keesokannya Dewi menceritakan kejadian dahsyat itu kepada Bela.

Bela : "mbahayakne nyowomu dewe Wi" (membahayakan nyawamu sendiri Wi)

Dewi : "ngko bengi tulung kancani aku ya" (nanti malam tolong temani aku ya)
Bela : "hadehh, moh wedi aku" (hadehh, ngga mau takut aku)

Dewi : "please Bel"

Dengan wajah Dewi yg memelas, akhirnya Bela menyetujui ajakan Dewi.

Bela : "tapi nek nganti ono opo2 karo aku, titenono" (tapi kalo sampai ada apa2 dg ku, lihat aja)
Dewi : "siap"

Hari ini hari kamis, tepat malam jumat Dewi mengajak Bela utk menginap dikosnya.

Tengah malam mereka tiba di kosnya Dewi. Masuk gerbang Dewi bergegas ke kamar mandi utk sekedar cuci muka dan berwudhu.
Memang sudah menjadi kebiasaan Dewi sedari kecil, jika tiap malam jumat dirinya harus wajib membaca surat Yasin.

Tp yg tidak biasa adalah ketika Dewi langsung masuk ke kamar mandi utk cuci muka itu, biasanya Dewi sll menaruh tas dll nya dulu ke kamar.
Berbeda dg Bela, sesampai di kosnya Dewi, Bela langsung bergegas masuk ke kamar Dewi dan segera merebahkan badannya.

Dewi sudah mengenakan mukena dan mulai membaca surat Yasin.

Tiba2 dari arah barat kamar Dewi terdengar suara sayup2 lirih, seperti suara
Gendhing jawa yg dinyanyikan oleh seseorang.

"....njur kelingan anak lanang, mbiyen tak openi, ning saiki ono ngendi..."

Dewi dan Bela saling bertatap mata. Kemudian Dewi masih tetap melanjutkan bacaan Yasinnya.
Namun suara sayup2 itu terus menyanyikan lagu jawa itu, Bela lantas beranjak dari kasur dan langsung menuju samping Dewi dan memeluk Dewi dari samping.

Bela ketakutan, Dewi tetap tidak goyah, Dewi tetap melanjutkan bacaan Yasinnya.
Dewi mulai berkeringat dingin, sudah 3x Dewi melantunkan bacaan Yasin namun suara itu tidak kunjung hilang.

"iiiihhhhh ihhhhh ihhhhh...iihhhaaaahahahahaha"

Tiba2 nyanyian itu berubah menjadi suara tangisan dan juga berubah menjadi suara tawa yg khas dari mbak kunti
Ya itu persis suara mbak kunti.

Lama kelamaan suara itu pun semakin dekat, yg tadinya hanya berada di luar area kos, berpindah di area dalam kos, tepatnya seperti di area tangga kos yg menghubungkan lantai bawah dg lantai atas.
Bela : "Wiiii, suarane Wiii..."

Bela merintih ketakutan dg membisikkan kalimat itu terus menerus di telinga Dewi.

Namun Dewi masih diam saja, tidak menggubris ucapan Bela, Dewi masih terus melantunkan bacaan Yasin.
"iiiihhhhh iiihhhhhh ihhhhhhhh..."
"Nduk Dewiiii, iiihhhh iiihhhh iihhhhhh"
"ora tau nduwe wedi" (tidak pernah punya takut"

"iiihhhhh iiihhhh iihhhh"
"koncomu kuwii iihhhhh aaahaaaahhaaahaaa" (temanmu itu)
"keweden" (ketakutan)
"iihhhhaaaahaaahaa iihhh ihhhhh"
Suara itu terus tertawa tanpa henti.
Bela menangis, ketakutan.

Dewi maish tetap terus membaca surat Yasin, sudah ke 4x ini Dewi hampir menyelesaikan surat Yasin, hanya tinggal beberapa ayat, tiba2 suara dr mbak kunti tadi hilang seketika.

Sebelum hilang,
"uwes Wi uwess, panas! Sikilku kobong, uwes Wiii mandheg!" (sudah Wi sudah, panas! Kakiku kebakar, sudah Wiii berhenti)

Perlahan suara tawa berubah menjadi suara tangisan, lama kelamaan suara itu hilang.
Dewi menyelesaikan bacaan surat Yasin yg tinggal beberapa ayat hingga tuntas.

Dewi : "alhamdulillahhirabbil'alamiiiiin"

Dewi tersandar lemas di bahu Bela. Dewi menitikkan air matanya.

Bela : "Wii, nangis o, aku ratau ruh awakmu nangis" (Wii, menangislah,
aku tidak pernah lihat dirimu menangis)

Dewi : sedikit tersenyum dan mengusap pipinya "opo to Bel" (apa an Bel)

Bela : "wes rampung kan?" (sudah selesai kan?)
Dewi tidak menjawab pertanyaan Bela.

Dewi lantas beranjak dan melepas mukenanya ke tempat tidur, disusul Bela.

Masih dg perasaan yg tidak karuan, karena malam masih panjang pikir Dewi. Tidak ada yg berani keluar kamar malam itu.
Dewi : "untung aku wes nguyuh mau, pomo urung iso ngompol" (untung aku sudah pipis tadi, seumpama belum bisa ngompol)

Bela : "aku tak empet tekan esuk" (aku tahan sampai besok)

Dewi : "wes turu" (sudah tidur)
"hmmmmm hmmmmm hmmmmm"

Dewi mendengar suara eram an lagi, sontak Dewi langsung menyelimuti seluruh tubuh sampai kepalanya.

Bela : "opo meneh kuwi Wi?" (apa lagi itu Wi?)

Dewi : "wes meneng, ora sah di gagas" (sudah diam, tidak usah di gubris)
Dewu berharap sosok itu tidak menampakkan dirinya lagi.

Dewi sudah sangat lelah malam itu, berharap agar segera bisa lelap dalam tidur, akan tetapi susah sekali bagi Dewi untuk tidur malam itu.

"hmmmm hmmmmm ojo ganggu Dewi hmmmm hmmmm" (jangan ganggu Dewi)
Dewi mendengar ucapan sosok itu, dengan beribu pertanyaan dihatinya, sosok itu seperti sedang berbicara dg sosok lain, namun Dewi tidak bisa mendengar percakapan itu, Dewi hanya bisa mendengar kalimat itu dr sosok yg suaranya mirip dg sosok tinggi besar hitam yg pernah Dewi temui
Dan baru kali ini Dewi mendengar sosok itu mengucapkan kata selain suara "hmmmm" (eraman).

Dewi tetap tidak memberanikan diri untuk melihat apa yg sebenarnya terjadi di luar pintu kamar Dewi.
Dewi tetqp diam, dan rapat menutup seluruh tubuh dg selimutnya.
Keesokannya, Dewi dan Bela makan di kedai geprek,

Dewi : "golek kos anyar sek layak, larang sitik ora masalah sik penting uripku tentrem" (cari kos baru yg layak, mahal dikit ngga masalah yg penting hidupku tentram)
Singkat cerita, keesokan hari setelah kejadian malam itu, Dewi sudah benar2 tidak mau menginjakkan kakinya di kos Bulan.

Dewi memilih untuk segera pindah di tempat baru hari itu juga. Dari informasi yg Dewi dapat dari teman kampusnya, akhirnya Dewi menemukan kos
baru, hari itu juga Dewi langsung menempati kos baru tersebut. Kos yg baru penghuninya lebih padat, tempatnya terbuka, dan tidak kental dg aura mistis. Walaupun Dewi percaya, semua tempat pasti ada begitunya, tetapi tidak se ekstrim di kos yg sebelumnya.
Bagaimana dg barang2 Dewi yg masih utuh tertinggal di kos Bulan?

Dewi sengaja membiarkan semua barangnya di sana, dan Dewi juga masih rutin membayar sewa kos di kos Bulan itu pada bu Karti.

Dewi pindah, bu Karti pun tidak tau, krn Dewi memilih utk tidak memberitahunya.
Sampai kurun waktu 7 bulanan, Dewi baru membereskan seluruh barang2nya yg tertinggal di kos Bulan.
Itupun Dewi memilih menyewa jasa orang lain untuk membereskan semuanya, sekali lagi tanpa Dewi harus menginjakkan kakinya di kos Bulan itu.
Selama di kos baru, Dewi sudah tidak lagi mengalami kejadian2 aneh seperti di kos Bulan.
Para lelembut itu sudah tidak lagi mengusik hidup Dewi.
Dewi adalah orang yg punya indra sensitif, sesekali Dewi juga diperlihatkan sosok2 yg ada di sekitar kos baru.
Namun mereka tidak pernah mengusik Dewi sama sekali.
Dewi bersyukur bisa lepas dari itu semua.
Terakhir kali Dewi berkomunikasi dg bu Karti via WA saat semua barangnya sudah beres dibersihkan dan dipindahkan dr kos Bulan dan sebagian di paketkan ke kampung Dewi
Dewi sama sekali tidak menceritakan kejadian yg selama ini terjadi pada Dewi selama di kos Bulan itu.
Dewi memilih diam, karena Dewi pikir, bu Karti pun pasti sebenarnya tau, tp beliau lebih menutup rapat2 informasi kejanggalan kosnya itu.
Dewi hanya menceritakan kejadian itu kepada Bela sahabat karibnya dan orangtua Dewi di desa.

Dari informasi yg beredar, kos itu masih dibuka untuk siapapun yg mau kontrak/kos di sana, namun sampai saat ini kos itu belum laku juga, belum ada satupun orang yg mau menempati kos itu
Belum ada renovasi juga di kos itu, warga setempat bilang kalau kos itu sudah tidak pernah di urus lagi, dibersihkan pun tidak.
Diiklankan di media sosial pun, juha tidak laku2 kos itu.
Bu Karti juga sudah tidak pernah terkihat menyambangi kos itu.
Entahlah, kita kembalikan semuanya pada Tuhan Yang Maha Esa.

Sekian thread pertama dr gw gaes, mohon maap sering telat update, krn ada sesuatu hal🙏

Terimakasih yg sudah sempat mampir, gw lg nyiapin thread berikutnya, masih berkutat dunia mistis yaa.

Salam horror!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Oneng

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!