"Tinggal Sendiri di Kos-Kosan"
Based on true story
#bacahorror #horrorthread #threadhorror #Threadstory @bacahorror
Maklum newbie, hehe.
Salam horror.
#bacahorror #threadhorror
Semua nama tokoh, nama tempat, yang ada di cerita ini disamarkan, spy menghormati pemilik kos-kosan tersebut.
Dewi tidak sendirian, siang ini Dewi ditemani Bela (teman satu kosan Dewi di kos yg lama).
Dewi dan Bela berkeliling dan berhenti setiap ---
Seperti halnya orang mencari tempat tinggal baru dengan melihat-lihat kondisi bangunan, kebersihan lingkungan, akses dan peraturan, harga, dan yg terakhir adalah masih ada atau tidaknya kamar kosong utk ditempati
Bela : "Wik, balik sek yo wes meh surup iki, sesuk meneh tak kancani" (Wi, pulang dulu yuk udah mau maghrib, besok lagi tak temenin")
Dewi : "iyo, Bel. Aku yo wes lumayan lemes iki ---
Bela : "Iyo ayo, aku yo luwe, haha" ("Iya ayo, aku juga ---
Dewi bergegas menyalakan motor maticnya dan menuju warung penyet langganan mereka.
Malam ini Dewi kebetulan berada di minimarket dekat daerah C, guna membeli pasta gigi. Selesai dr situ Dewi berinisiatif untuk berkeliling lagi di daerah C dibagian gang kecil lain yg belum ia lewati sebelumnya
Dan betul saja, baru kira-kira 3 meter ia membelokkan stang motornya, di kiri jalan ada plakat "TERIMA KOS PUTRI" lengkap dengan nomor ---
Dewi pun bergegas mengerem motornya dan berhenti sejenak untuk melihat keadaan depan kos, dan tak lupa menyalin nomor telepon yg tertera diplakat, untuk segera Dewi hubungi.
Dewi akhirnya sampai di kosan yg lama, saat itu pula Dewi membuka HP dan segera menghubungi nomor yg Dewi salin tadi.
Dewi girang sekali ketika pemilik ---
Dewi dan pemilik kos (sebut saja Bu Karti) pun berkencan keesokan harinya guna mengecek kondisi dalam kos.
Sesampai di sana keadaan terlihat beda karena gerbang di buka lebar, entah karena akan kedatangan Dewi atau memang jika ada matahari kos tsb sengaja di buka lebar.
Dewi : "Assalamualaikum.."
Bu Karti : "Waalaikumsalam, apa ini dik Dewi yg telfon cari kos kemarin ya?"
Dewi "Iya betul, Bu, saya Dewi"
Bu Karti : "Monggo dilihat-lihat ---
Bu Karti menjelaskan seisi kosan, kosan ini terdiri dari 2 lantai, ada 14 kamar, ada 4 kamar mandi (2 di lantai bawah, 2 di lantai atas), 1 dapur di lantai atas, tempat jemur pakaian di lantai atas.
Dewi sedang memilih kamar mana yg akan ia tempati,
Walau sebenarnya kondisinya agak berbeda dg kos yg lain, penataan bangunannya aneh, dari garasi, ruang tamu, hingga bangunan 2 lantai yg menurut Dewi kurang ---
Apa boleh buat, Dewi sudah lelah mencari kos kesana kemari yg notabene nya sudah penuh terisi semua, harga yg ditawarkan di kos Bulan pun tergolong murah
Dalam benak Dewi sebenarnya merasa aneh, kenapa yg lain tidak memilih kamar yg ini, tp Dewi menghempas pemikiran itu.
Mungkin saja mereka lebih nyaman berada di kamar yg lain.
Dari sini Dewi mulai berkenalan scr lebih dekqt dg teman-temannya yg lain, dan Dewi berkeliling kos untuk melihat2 apa saja isi dalam kos itu.
Ternyata 1 kamar difungsikan untuk menaruh kulkas, 1 kamar lagi untuk ruang TV.
Tapi anehnya ---
Padahal kebanyakan orang dikos ini lebib sering menghabiskan waktunya sepulang kuliah untuk tetap stay di kos.
Dibawah tangga terdapat sanyo air, tanda kosan ini supplai air dari sumur bukan dari PAM setau Dewi.
Dewi sempat kaget, tapi lagi-lagi Dewi masih mencoba berfikir positif, mungkin saja ada ---
Dewi pun melangkah menaiki tangga, sesampai di atas, Dewi mengecek 2 kamar mandi yg ada di lantai atas ini, alangkah terkejutnya Dewi, 2 kamar mandi ini sudah tidak terpakai, seperti sudah tidak bisa di fungsikan, tempatnya sangat kotor,
Pantas saja, selama di sini orang2 yg menempati lantai atas pada mandi di kamar mandi bawah.
Setelah mengecek kamar mandi, Dewi berjalan melihat kamar-kamar berjajar di samping kanan kirinya.
Toh ukuran kamar sama saja, fasilitas dalam kamar juga sama saja, tidak ada bedanya sama sekali.
1 tangga menghubungkan lantai bawah ke garasi, gerbang, dan kamar mandi yg disebut kamar mandi bawah.
1 tangga lagi menghubungkan lantai bawah dg lantai atas.
Anehnya depan kamar Dewi itu juga ada kamar, lagi-lagi kamar ini juga tidak di tempati.
Aneh sekali gumam Dewi.
Dewi sendiri pun banyak mengalami kejanggalan dari pertama mencari kos ini.
Di awal, Dewi sebenarnya kurang sreg dg tempat tinggal barunya, karena ---
Kanan kos ini bukan langsung berjajar rumah, akan tetapi ada kebun kosong yg rimbun.
Depan kosan tepat di seberang jalan juga ada kebun kosong yg rimbun.
Tak hanya itu,
Dewi yg notabennya jarang menghabiskan waktu di kos, dikarenakan Dewi berkuliah dan bekerja, sehingga waktu Dewi untuk di kos hanya ketika sudah larut malam saja untuk mengisitirahatkan diri.
Ketukan itu terjadi di hampir setiap malam ketika Dewi sedang mengistirahatkan tubuhnya.
Sangat aneh sekali, malam-malam ada yg ngetok tembok dg keras secara berulang kali,
Ceritanya masih puanjaaangg, keanehan bukan hanya di situ saja, banyak kejadian horror yg dialami Dewi, setelah ada beberapa insiden yg terjadi menimpa seluruh penghuni kos.
Stay tune yaaa...
Tapi apa mungkin? Ada orang yg nyempatin waktunya tengah malam untuk ganggu orang dg mengrobankan dirinya masuk ke kebun kosong yang ---
Gumam Dewi dalam benaknya.
Tidak hanya suara ketukan itu, namun ketukan itu sering kali diiringi dg suara orang berlarian di belakang tembok itu.
Apakah Caca juga mengalami hal yg sama dengan Dewi atau tidak, Dewi hanya ingin memastikan.
#bacahorror #bacahoror #threadhorror #hororstory
Dewi : "Ca, lagi ngapain? Ngga kuliah?"
Caca : "Ngga, Wi, baru sedikit pusing, kamu biasanya kerja kan?"
Caca : "boleh, mau tanya apa, Wi?"
Dewi : "kamu pernah ngalamin kejadian aneh engga di sini?"
Caca sedikit menunjukkan ekspresi kaget dan meringis kecut.
Caca : "memangnya kenapa kok kamu nanya begitu, Wi? Ada yg aneh ya?
Dewi : "aku cuma mau mastiin aja sih, apa cuma aku doang yg ngalamin, karena sering banget itu terjadi"
Lagi-lagi Caca diam dg raut wajah yg menciut setelah mendengar cerita Dewi.
Dewi pun mengangguk paham.
Akhirnya Caca membuka cerita tentang pengalamannya sendiri selama di kos itu.
Suatu malam, Caca sedang sendirian di kos, karena pada saat itu sudah memasuki libur semester hari pertama, teman2 nya yg lain sudah berangkat terbang ke pulau masing2 untuk mengisi waktu libur semesternya di kampung halaman masing2.
Otomatis Caca bakal bermalam sendirian di kosan malam ini. Untuk menunggu jadwal penerbangan besok
Tidak ada keanehan sebelumnya, hingga waktu malam pun tiba dan sudah menunjukkan pukul 11 malam.
BRUUAAKKKKKK!!
Ada suara benda jatuh.
Caca yg tadinya sudah terlelap pun sontak terbangun dari tidurnya karena kaget.
Dengan mata masih belum melek sempurna, Caca membuka pintu kamarnya dan mengecek benda apa yg barusan terjatuh seperti dari lantai atas ke lantai ---
Hasilnya nihil. Caca tidak menemukan benda apapun yg terlihat, dan bekas benda jatuh pun juga tidak ada.
Lantas Caca kembali lagi ke kamarnya untuk kembali tidur.
Caca kaget dan kembali membuka matanya, juga memasang telinga untuk mendengarkan apakah tadi benar suara ketukan atau bukan.
Tp suara itu tiba-tiba hilang.
Caca terbangun, dari sini Caca berfikir ini sudah tidak beres. Mana ada kebun kosong jam segini
Ketukan itu bukannya berhenti, semakin lama ketukan itu berubah menjadi suara tembok yg dipukul-pukul tangan secara keras dan cepat.
Caca mulai keluar keringat dingin dan merinding sejadi-jadinya. Caca ketakutan sekali malam itu.
Suara pukulan tembok itu semakin keras dan tidak kunjung berhenti, diiringi dengan suara seperti ada orang bercengkerama di balik tembok itu dg suara berat.
Caca semakin ketakutan, nyali Caca semakin ciut, Caca pun beringsut mundur
Tangis Caca pecah, Caca sangat ketakutan saat itu, sembari dia selalu memegang kalung Rosario nya dan membaca doa minta perlindungan Tuhannya.
Sampai Caca tersadar ketika HP nya bunyi menandakan
Caca kaget dan terbangun, waktu menunjukan pukul 7 pagi, dengan posisi yg masih sama, Caca masih berada di belakang pintu, entah tertidur atau pingsan karena kejadian semalam yg mencekam.
Pagi itu jelas, kos sunyi, karena hanya tinggal Caca. Caca masih terbayang2 kejadian semalam.
Lalu siapa yg sering mengetuk bahkan memukul tembok malam-malam?
Manusia atau hantu?
Dewi semakin penasaran, akhirnya Dewi mengajak Caca untuk mengantarkannya mengecek kebun kosong di balik tembok barat ini.
Dan dari penglihatan, hanya ada pohon pisang, rumput liar dan ilalang yg rimbun dan tumbuh cukup tinggi.
Seperti tidak ada bekas aktifitas manusia berjalan di sana.
Ketika Dewi hendak menutup gerbang, di kebun kosong seberang jalan,
Sampai Dewi melihat di satu titik, yaitu di pohon petai, tepat di balik pohon itu,
Dewi gugup, dan seketika itu Dewi dengan cepat menutup gerbang tanpa menggemboknya, lalu berlari menuju kamarnya.
Sebelum masuk kamar,
Mita : "Wi, kamu kenapa kok lari-lari an di dalam kos sampai ngos2an gitu?"
Dewi tak kunjung menjawab, Dewi masih mencoba mengatur nafasnya yg tersengal-sengal agar
Dewi : "iiiii...iituuu, iii...iituu"
Mita : "itu apa, Wi?"
Dewi : "iiiii...tu, di depan, di depan"
Sara : "apa yg di depan, Wi?"
Ani : "iya, ada apa, Wi? Di depan ada apa?"
Yesi : "apa ada orang jahat di depan?"
Gaby : "iya bener, sini minum dulu"
Dewi pun di papah teman2 nya untuk duduk dulu dan menyodorkan sebotol air putih untuk diminum, agar Dewi bisa tenang dulu lalu bercerita ada apa sebenarnya.
Mita : "sebenarnya kenapa kamu ini, Wi? Ada kejadian apa tadi?"
Dewi : "tadi ada..."
Berhenti sejenak sambil memandang semua teman2nya. Awalnya Dewi enggan bercerita, tetapi teman2nya memaksa Dewi untuk tetap bercerita.
Akhirnya Dewi menjawab
Dewi : "di depan aku ngelihat ada hantu"
"Haaaaaaaaaaa!!!!!"
Yesi : "Wi, kamu serius?"
Seketika suasana menjadi hening, semua terdiam, semua saling bertatap mata.
Tiba-tiba
Suara benda jatuh dari lantai atas ke lantai bawah, tepat di mana Dewi dan teman2nya duduk berkumpul.
Sekita semua menjerit
"Hwaaaaaaaaaaaaa"
Semua sekarang berpindah posisi dengan saling berdempetan merangkul teman satu sama lain.
Semua tegang, semua ketakutan, di tengah-tengah ketegangan itu, tiba-tiba terdengar bunyi
Seperti suara orang berjalan menyeret sendalnya.
Kali ini suara itu datang dari 2 arah.
Yg pertama bersumber di lantai atas.
Yg kedua bersumber dr garasi dan ruang tamu.
Dewi dan penghuni kos lain makin tegang,
Yg mereka lakukan hanyalah berdoa sesuai kepercayaan masing2.
Suara itu tidak kunjung berhenti, Dewi dan teman2nya melihat ke arah lantai atas, di sela2 lantai
Tp dari bawah, akan bisa melihat ke arah lantai atas tanpa harus naik tangga.
Menoleh ke arah garasi dan ruang tamu juga tidak menemukan apa-apa.
Tapi suara itu masih jelas ada, jelas sekali terdengar oleh telinga Dewi dan teman2nya.
Tiba-tiba
Sara berteriak kencang, ada sesuatu yg jatuh di kaki Sara.
Setelah di cek, yg jatuh adalah segumpal rambut panjang yg sebagiam sudah beruban / berwarna putih.
Mita mengambil korek api, lalu segumpal rambut itu diraihnya dan lantas dibakar oleh Mita.
Ketika dibakar, bukan bau rambut terbakar yg tercium,
Dewi dan penghuni kos lain pun terheran-heran, rambut siapa itu yg dibakar tapi malah bau busuk.
Ketika rambut itu hampir habis terbakar, tiba-tiba listrik padam, semua lampu mati,
Ketika kepanikan melanda, Mita lantas berteriak,
Mita : "ayo semua malam ini kita tidur bersama di kamarku"
Tanpa ada jawaban, semua langsung berlari menuju
Semua masih berdempetan dan merangkul satu sama lain di atas kasur kamar Mita.
Keringat dingin mengucur deras di tubuh seluruh penghuni kos.
Tidak ada satupun tetua yg bisa di mintai tolong, karena memang kos ini
Pemilik kos juga tidak pernah menginap di kos ini, dan jarang sekali menyambangi lokasi kos, hanya ketika ada janjian atau perbaikan bangunan saja biasanya Bu Karti datang, pemilik kos tinggal di daerah S dekat museum purba.
Mau meminta bantuan tetangga terdekat, Dewi dan penghuni kos lain tidak ada yg berani keluar.
Takut terjadi hal yg makin menakutkan.
Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat saja
Keesokan harinya semua beraktifitas seperti biasanya, hanya saja ada sedikit rasa was-was yg menyelimuti benak seluruh penghuni kos.
#bacahorror #bacahoror #horrorthread #threadhorror #horrorstory
Setelah tragedi semalam, sepulang kuliah hari ini, Mita tiba-tiba demam tinggi.
Dewi dan teman kos yg lain mencoba merawat Mita, mengompres kening Mita dg handuk yg diperas dg air hangat.
Sampai2 Mita mengigau dengan kalimat-kalimat yg kadang tidak jelas.
Mita mengigau dg mengucap kata itu terus menerus, entah apa yg Mita maksud.
Ditanya pun juga tidak ada respon selain kata "pergi" yg muncul dari igauan Mita.
Dewi, Sara, Yesi pergi mengantar Mita ke klinik.
Mita yg diapit bonceng 3 oleh Sara dan Yesi, sedang Dewi naik motor sendiri
Akan tetapi Dewi meminta agar malam ini saja biarkan Mita di rawat di klinik itu sementara, baru biar besoknya
Akhirnya dokter menyetujuinya.
Keadaan Mita masih sama, Mita masih menggigil kedinginan dan terus mengigau.
Mita : "pergi...tidak mau ikut..pergi"
Igauan Mita semakin menjadi
Akhirnya dokter menyarankan utk tetap tenang, biarkan Mita seperti itu dulu, itu efek dari panasnya yg tinggi, hingga dia seperti kehilangan setengah kesadarannya, kata dokter itu
Dokter : "biar obatnya bereaksi dulu, kalian yg tenang dan sabar"
Kalimat dokter cukup menenangkan Dewi, Sara, dan Yesi.
Belum ada perubahan yg terjadi pada Mita, bedanya demamnya sudah turun, tetapi dia seperti masih kehilangan kesadarannya.
Mita masih mengigau
Selama 3 hari di rumah sakit, Dewi dan teman yg lain bergantian menjaga Mita. Untung ada Andrew pacar Mita yg fulltime menjaga Mita di
Mita tidak pernah mau makan, setiap makanan yg masuk selalu Mita muntahkan.
Badannya semakin lemas, area bawah mata juga terlihat menghitam
Ketika Dewi dan Andrew akan berpamitan pulang, tiba2 Mita berteriak dan meronta2, badannya kaku, jari jemarinya seperti ingin mencengkram sesuatu, matanya melotot ke atas
"bocah iki melu aku!!!" (anak ini ikut aku!!!)
Semua yg di ruangan kaget dan panik, Dewi menatap Andrew
Dewi : "sejak kapan Mita bisa berbahasa jawa?"
Andrew terlihat bingung
Dewi membantu dg melantunkan ayat2 Al-Qur'an, memijat jempol Mita sekuatnya.
Tiba-tiba Mita pingsan, ya mungkin jin yg merasuki tubuh Mita sudah keluar
"ASTAGHFIRULLAHALADZIM...!!"
Ujar Dewi setelah mendapat kabar itu, Dewi bergegas pamit
Sesampai di sana, sudah ada beberapa warga yg membantu menenangkan teman2 kos, dan Caca juga sudah sadar dr kerasukannya.
Warga A : "hati-hati, Nduk"
Dewi : "iya, Pak"
Warga B : "ora aman wisan" (sudah tidak aman)
Dewi : "pripun Pak? (bagaimana pak?)
Dewi : "nggih pak, matursuwun sanget" (iya pak, terimakasih sekali)
Warga pun mulai meninggalkan area kos
"astaghfirullah, astagfirullah, astagfirullah" gumam Dewi lirih
Namun sosok itu hanya diam saja
"Alhamdulillah.." ucap Dewi lega
Dewi masih menenangkan situasi dan teman2nya
Dewi : "apa masih trauma dg kejadian itu?"
Sara : "kami takut, ke kamar mandi pun kami harus bergantian jaga dan pintu tidak pernah kami tutup"
Dewi : "tapi kalian baik-baik aja kan?"
Dewi : "maksudnya?"
Sara : "kamu pasti tau, Wi. Mita itu ngga sakit medis kan, Mita itu diganggu jin, gara2 bakar rambut sembarangan malam itu"
Dewi : "memang kamu tau itu rambut siapa?"
Dewi : "haaaa???"
Sara : "Caca kerasukan, dan bilang kalau itu rambutnya jin, rambut petaka katanya"
Dewi terdiam sejenak mendengar ucapan Sara dg nada ketakutan.
Dewi : "ra beres" (tidak beres) gumam Dewi lirih
Tapi pagi ini semuanya dilanda kepanikan.
Teriakan Gaby membuat seluruh penghuni kos terbangun dr tidurnya pag-pagi buta ini.
Semua berhamburan ke sumber suara Gaby yg berteriak kebakaran.
Semuanya panik, ada yg membuka gerbang, berlarian kebingungan, dg penuh keberanian Caca dan Dewi, masuk ke kamar mandi sebelahnya untuk mengambil air dalam bak
Akhirnya lama kelamaan api padam.
Apa jadinya kalo misal pagi itu tidak ada yg terbangun? Mungkin semuanya akan terpanggang hidup2 di dalam kos, terutama kamar Dewi yg paling dekat dengan sumber api.
Dewi lantas menghubungi Bu Karti tetapi WA tidak aktif, dihubungi by telp tidak diangkat2 dan tidak kunjung ada respon.
Akhirnya Dewi hanya mengirim pesan singkat via sms ke Bu Karti mengenai kebakaran yg barusan terjadi.
Dewi hanya bisa menenangkan mereka dg kalimat2 sederhana saja.
Karena Dewi pun sebenarnya juga shock, tp Dewi mencoba menutupi agar seakan baik2 saja.
Dewi : "loh Ca, mau kemana? Sara kamu juga mau kemana?"
Dewi : "kok semuanya pada kemas2 barang kalian? Ada apa ini?"
Sara : "kami mau pindah, Wi"
Dewi : "hah? Pindah? Kalian pindah kos?"
Sara : "iya, Wi, kami semua sepakat utk pindah saja dari sini, ayo kamu ikut sekalian"
Dewi : "kenapa kok mendadak begini?"
Caca : "kamu ngga ikut pindah Wi?
Dewi : "mungkin belum utk saat ini, belum ada pandangan mau kos di mana lagi"
Sara : "ayo ikut sekalian lah Wi, nyawa Wi nyawa, bu Karti itu ngga tanggung jawab sama keselamatan kita semua"
Sara : "yasudah kalo tidak mau ikut, kami tidak paksa, tp kamu hati2 ya di sini, kalo ada apa2 bisa WA kami"
Dewi sedih, ada sedikit rasa cemas juga pada dirinya sendiri, jika terjadi sesuatu hal yg tidak diinginkan.
Tetapi Dewi yakin, Dewi masih punya Tuhan.
Dewi sekarang sendirian di kos itu
Sampai suatu hari, bu Karti datang ke kos, kali itu bu Karti mencoba menghibur hati Dewi, agar Dewi tidak ikut pindah
Sudah 1 bulan Dewi menempati kos itu seorang diri
Sore itu beliau benar datang, sepulang dr Dewi kuliah agak sedikit kaget karena gerbang dalam keadaan terbuka.
Setelah Dewi masuk, ternyata benar
Bu Sum : "sampeyan mbak Dewi ya? Yg tinggal di kos ini di kamar itu mbak? Sy bu Sum yg dikasih mandat ibuk buat jaga kos ini"
Dewi : "iya betul bu sy Dewi, maaf sy belum bisa ngobrol banyak ya bu, ini sy buru2
Bu Sum : "oh nggih mbak mboten nopo2" (oh iya mbak tidak apa2)
Stay tune teruss yaaa..
@bacahorror @ceritaht #bacahorror #threadhorror #horrorthread #horrorstories #horrorstory #ceritaht
Ketika memarkirkan motor, Dewi kaget karena di ruang tamu ada orang yg sedang duduk membelakangi Dewi. Setelah diamati ternyata itu bu Sum.
Dewi : "sy kira siapa bu, kaget sy"
Bu Sum tidak menjawab apa pun
Dewi lantas bergegas memasuki kamarnya utk segera beristirahat.
Dewi keluar kamar dan bergegas ke kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar mandi,
Bu Sum : "mbak, ngapunten nggih, ndek dalu kulo mboten tilem mriki ngrencangi jenengan" (mbak, maaf ya, semalam sy tidak
Dewi : "nggih buk, mboten nopo2" (ya buk, tidak apa2)
Bu Sum : "soale ndek wingi sonten kulo bibar arisan trus nenggo mantu kulo ten rumah sakit mbak" (soalnya kemaren sore setelah arisan trus nunggu mantu sy di rumah sakit mbak)
Bu Sum : "mboten mbak, kulo sonten dugi enjing wau ten rumah sakit, niki kilo nembe dugi ten mriki mbak" (tidak mbak, sy sore sampai pagi tadi di rumah sakit, ini sy baru datang di sini mbak)
Bu Sum : "wonten nopo to mbak? Kok malah mendel mawon?" (ada apa sih mbak? Kok malah diam saja?)
Dewi : "ah mboten nopo2 buk" (ah tidak apa2 buk"
Dewi bergegas masuk
Dewi : "asem, wes wani membo-membo menungso medi ne" (asem, sudah berani menyerupai manusia hantunya)
Sudah 2x Dewi bermimpi tentang bu Sum yg meninggal dunia.
Tetapi Dewi masih tidak menggubris mimpi itu, bagi Dewi mungkin itu hanya bunga tidur saja.
Dewi masuk ke kamar mandi sebelahnya, lantas mandi.
Selesai mandi, Dewi berpapasan dg bu Sum
Bu Sum : "mpun rampung mbak leh adus?" (sudah selesai mbak yg mandi?)
Dewi : "sampun bu" (sudah bu)
Bu Sum : "gantian aku sek adus mbak" (gantian sy yg mandi mbak)
Dewi kembali dibuat bingung lagi,
Dewi : "edan, wes ra beres tenan, ra aturan medi ne, esuk2 wes gawe wirangku" (gula, sudah tidak beres beneran, tidak punya aturan hantunya, pagi2 sudah buat aku bingung)
Ketika hendak masuk kamar, sosok hitam tinggi itu lagi2 mewujudkan dirinya lagi di tangga.
"hmmmmm...hmmmm" eram sosok itu
Dewi : "ulahmu? Meh ngopo awakmu? Aku ora tau ganggu, tp kok di ganggu trus" (ulahmu? Mau apa kamu? Sy tdk oernah ganggu, tp kok diganggu trus)
Dewi : "aku ora wedi, tp aku risi, karepmu piye? Wes ngaleh kono, ojo ganggu aku meneh" (sy tidak takut, tp sy risih, maumu gimana? Sudah pergi sana, jangan ganggu aku lagi"
"hmmmm...hmmm" eram sosok itu lagi
Dewi : "alhamdulillah.."
Bu Sum : "mbak, gak wedi to ning kene?" (mbak, ngga takut toh di sini?)
Dewi : "kenapa buk kok tanya gitu?"
Bu Sum : "aku wedi mbak, sepi nggone, wingi meh mateni ulo, tp moro2 ilang, sirahe enek koyo mutiara warnane biru"
Dewi : "ulo buk? Saestu niku?" (ular buk? Beneran itu?)
Dewi : "mungkin jelmaan buk, sy sebenarnya juga pengen pindah dr sini, tp belum sempat"
Dewi : "di wanek2ne bu" (di berani2 kan bu)
Lagi2 Dewi memimpikan bu Sum meninggal dunia.
Perasaan Dewi semakin tidak enak. Dewi beristighfar, semoga saja tidak ada pertanda buruk.
G : assalamualaikum mbak Dewi
D : waalaikumsalam, ada apa mas?
G : sy minta doanya mbak buat ibuk sy, doakan biar lekas sembuh dan jika ibuk sy punya salah
D : loh memang bu Sum kenapa mas?
G : ibuk koma mbak, td pagi kecelakaan, luka dalam bagian kepala ini ibuk baru selesai dioperasi, skrg ibuk belum sadar. (sambil kirim foto bu Sum yg sedang terbaring di rumah sakit dg kepala yg diperban
D : astaghfirullahaladzim, sy ikut sedih mas, sy kaget dpt kabar ini, bu Sum orang baik mas, semoga bu Sum lekas sembuh ya mas, mas dan keluarga yg sabar merawat bu Sum.
Bu Karti juga tidak ada kabar sama sekali, mengabarkan jika bu Sum sesang sakit saja tidak.
Dewi heran, kenapa bu Karti bisa seacuh itu dg kondisi kos miliknya yg seperti ini.
Dewi : "Mita?? Ngapain kamu di sini? Bukannya kamu pulang ke NTB?"
Mita hanya diam mematung menatap Dewi dg ekspresi sedih.
Dewi : "Mit? Kamu kenapa?"
Mita langsung berlari secepat kilat ke arah luar gerbang menuju kebun kosong depan kos ini dan hilang begitu saja.
Dewi kembali menutup gerbang dan menggemboknya.
Ketika hendak menyalakan mesin motornya, ada mbak2 dr arah timur yg menghampiri Dewi.
Dewi : "oh ya sy Dewi mbak"
Putri : "mbak buru2 mau pergi ya?"
Dewi : "ini sy mau jemput temen sy mbak, ada apa ya?"
Putri : "gini mbak, td siang mas Galih kesini tp sepertinya tidak
Putri : "oh iya mbak, kebetulan sy punya kunci cadangan
Putri : "loh mbak ngga tau ya? Bu Sum sudah meninggal seminggu yg lalu mbak, sy juga melayat ke sana"
Dewi : "innalillahi wa innailaihi roji'un.. Mbak serius mbak?"
Dewi : "sy kaget dapat kabar dr mbak, sy kira bu Sum masih proses penyembuhan mbak"
Putri : "engga mbak, sudah seminggu ini bu Sum pergi untuk selama2nya"
Di jalan Dewi masih terbayang2 ucapan Putri tadi, seakan masih tidak percaya apa yg sudah terjadi pd bu Sum.
Dewi : "mimpiku itu, benar terjadi? Astaghfirullahaladzim"
Masih bakal lanjut~~~ stay tune yaa~~~
#bacahorror #bacahoror #ceritaht #threadhorror #horrorthread #horrorstories @bacahorror @ceritaht
Tau kan kalo migrain trus harus natap layar hp sambil nulis itu gimana😔
Bakal aku lanjut pelan2 cerita ini, dan aku sudah nyiapin judul baru utk thread aku yg selanjutnya.
Tks 🙏
Dewi : "aneh Bel"
Dewi : "hah? Maksudmu Bel?"
Bela : "nek kowe pindah kan bu Karti wes ora nduwe pemasukan soko kosan kuwi meneh to" (kalo kamu
Dewi menatap tajam Bela, seakan paham akan penilaian Bela terhadap bu Karti.
Dewi : "tapi kok ono sing ngganjel ya Bel" (tapi kok ada yg ganjal ya Bel)
Dewi : "huh, kesel aku" (huh capek aku)
Bela : "pindah o soko kono" (pindah aja dari situ)
Bela : "kok ngono to Wi? (kok begitu sih Wi?)
Bela : "berarti? Ngincer kowe Wi?" (berarti? Mengincar kamu Wi?)
Dewi mengangguk
Dewi : "istimewa?"
Bela : "kelingan ora kowe tak ajak mampir ning omahe utiku bar soko pantai S kae?" (inget ngga kamu aku ajak mampir di rumah utiku sehabus dr pantai S itu?)
Bela : "utiku mudeng ngono2 an, trus weruh kowe jare kowe ki istimewa dalam kebatinan" (utiku tau gitu2an, trus lihat kamu katanya kamu itu istimewa dalam kebatinan)
Tiba2 ucapan Bela di potong oleh Dewi
Dewi : "aku nyat ora tertarik karo hal ngono kuwi" (aku memang tidak tertarik dg hal seperti itu)
Bela : "wehh iyo wes yahene" (eh iya udah jam segini)
Dewi dan Bela bergegas menuju tujuan pulang masing2.
Sebenarnya Dewi agak malas untuk balik ke kos, tapi ya apa boleh buat.
Tokk.. Tok.. Tokkk..
Ada suara ketukan pintu, Dewi sedikit bangun dr tidurnya tetapi diacuhkan begitu saja oleh Dewi ketukan pintu itu
Tokk tokk tokk tokkk!!
Tokk tokk tokk tokkk!!
Suara ketukan pintu itu terus2an berbunyi semakin keras, membuat Dewi terbangun dari tidurnya, dg masih menahan rasa kantuk
"Sopo sih kuwi hmmm" batin Dewi
Ketika Dewi hendak beranjak dari tempat tidurnya Dewi kaget setengah mati karena tersadar
"Astaghfirullahaladzim ya Allahh" gumam Dewi lirih
Tiba2 sura ketukan itu berhenti dan berubah dengan bau anyir darah segar yg menyengat dr luar kamar Dewi.
Dewi lantas kembali merebahkan badannya dan menyelimuti seluruh tubuhnya dg selimut.
Bulu kuduk Dewi merinding sejadi2nya, dg membaca ayat2 Al-Qur'an dalam hatinya guna mengusir sedikit rasa takutnya itu
Keringat Dewi bercucuran deras, sungguh rasa panas yg amat dahsyat, baru kali ini Dewi merasakan hal seperti ini.
Ya, tanpa sadar Dewi seperti memutar-mutar kepalanya sendiri.
Dewi setengah sadar, Dewi melanjutkan kembali melafalkan ayat2 Al-Qur'an yg Dewi ketahui.
Semakin melafalkan bacaan Al-Qur'an semakin panas tubuh Dewi.
Sampai terdengar
"DDUUUARRRRRRRRR!!!"
Suara petir menyambar dr arah barat kos
Badan Dewi gemetar, perlahan panas yg dirasakan Dewi hilang, jari jemari Dewi sudah melemas dan bisa digerakkan lagi.
Saat Dewi duduk, Dewi memperhatikan kulit2nya memerah dan mengeluarkan asap
Dewi terus beristighfar, lalu beranjak keluar kamar mengambil air wudhu untuk sholat malam.
Selesai sholat, hawa panas tiba2 berganti menjadi hawa sejuk, kulit2 Dewi yg sempat memerah juga sudah pulih
Bela : "mbahayakne nyowomu dewe Wi" (membahayakan nyawamu sendiri Wi)
Dewi : "ngko bengi tulung kancani aku ya" (nanti malam tolong temani aku ya)
Dewi : "please Bel"
Dengan wajah Dewi yg memelas, akhirnya Bela menyetujui ajakan Dewi.
Bela : "tapi nek nganti ono opo2 karo aku, titenono" (tapi kalo sampai ada apa2 dg ku, lihat aja)
Hari ini hari kamis, tepat malam jumat Dewi mengajak Bela utk menginap dikosnya.
Tengah malam mereka tiba di kosnya Dewi. Masuk gerbang Dewi bergegas ke kamar mandi utk sekedar cuci muka dan berwudhu.
Tp yg tidak biasa adalah ketika Dewi langsung masuk ke kamar mandi utk cuci muka itu, biasanya Dewi sll menaruh tas dll nya dulu ke kamar.
Dewi sudah mengenakan mukena dan mulai membaca surat Yasin.
Tiba2 dari arah barat kamar Dewi terdengar suara sayup2 lirih, seperti suara
"....njur kelingan anak lanang, mbiyen tak openi, ning saiki ono ngendi..."
Dewi dan Bela saling bertatap mata. Kemudian Dewi masih tetap melanjutkan bacaan Yasinnya.
Bela ketakutan, Dewi tetap tidak goyah, Dewi tetap melanjutkan bacaan Yasinnya.
"iiiihhhhh ihhhhh ihhhhh...iihhhaaaahahahahaha"
Tiba2 nyanyian itu berubah menjadi suara tangisan dan juga berubah menjadi suara tawa yg khas dari mbak kunti
Lama kelamaan suara itu pun semakin dekat, yg tadinya hanya berada di luar area kos, berpindah di area dalam kos, tepatnya seperti di area tangga kos yg menghubungkan lantai bawah dg lantai atas.
Bela merintih ketakutan dg membisikkan kalimat itu terus menerus di telinga Dewi.
Namun Dewi masih diam saja, tidak menggubris ucapan Bela, Dewi masih terus melantunkan bacaan Yasin.
"Nduk Dewiiii, iiihhhh iiihhhh iihhhhhh"
"ora tau nduwe wedi" (tidak pernah punya takut"
"iiihhhhh iiihhhh iihhhh"
"koncomu kuwii iihhhhh aaahaaaahhaaahaaa" (temanmu itu)
"keweden" (ketakutan)
"iihhhhaaaahaaahaa iihhh ihhhhh"
Bela menangis, ketakutan.
Dewi maish tetap terus membaca surat Yasin, sudah ke 4x ini Dewi hampir menyelesaikan surat Yasin, hanya tinggal beberapa ayat, tiba2 suara dr mbak kunti tadi hilang seketika.
Sebelum hilang,
Perlahan suara tawa berubah menjadi suara tangisan, lama kelamaan suara itu hilang.
Dewi : "alhamdulillahhirabbil'alamiiiiin"
Dewi tersandar lemas di bahu Bela. Dewi menitikkan air matanya.
Bela : "Wii, nangis o, aku ratau ruh awakmu nangis" (Wii, menangislah,
Dewi : sedikit tersenyum dan mengusap pipinya "opo to Bel" (apa an Bel)
Bela : "wes rampung kan?" (sudah selesai kan?)
Dewi lantas beranjak dan melepas mukenanya ke tempat tidur, disusul Bela.
Masih dg perasaan yg tidak karuan, karena malam masih panjang pikir Dewi. Tidak ada yg berani keluar kamar malam itu.
Bela : "aku tak empet tekan esuk" (aku tahan sampai besok)
Dewi : "wes turu" (sudah tidur)
Dewi mendengar suara eram an lagi, sontak Dewi langsung menyelimuti seluruh tubuh sampai kepalanya.
Bela : "opo meneh kuwi Wi?" (apa lagi itu Wi?)
Dewi : "wes meneng, ora sah di gagas" (sudah diam, tidak usah di gubris)
Dewi sudah sangat lelah malam itu, berharap agar segera bisa lelap dalam tidur, akan tetapi susah sekali bagi Dewi untuk tidur malam itu.
"hmmmm hmmmmm ojo ganggu Dewi hmmmm hmmmm" (jangan ganggu Dewi)
Dewi tetap tidak memberanikan diri untuk melihat apa yg sebenarnya terjadi di luar pintu kamar Dewi.
Dewi tetqp diam, dan rapat menutup seluruh tubuh dg selimutnya.
Dewi : "golek kos anyar sek layak, larang sitik ora masalah sik penting uripku tentrem" (cari kos baru yg layak, mahal dikit ngga masalah yg penting hidupku tentram)
Dewi memilih untuk segera pindah di tempat baru hari itu juga. Dari informasi yg Dewi dapat dari teman kampusnya, akhirnya Dewi menemukan kos
Dewi sengaja membiarkan semua barangnya di sana, dan Dewi juga masih rutin membayar sewa kos di kos Bulan itu pada bu Karti.
Dewi pindah, bu Karti pun tidak tau, krn Dewi memilih utk tidak memberitahunya.
Itupun Dewi memilih menyewa jasa orang lain untuk membereskan semuanya, sekali lagi tanpa Dewi harus menginjakkan kakinya di kos Bulan itu.
Para lelembut itu sudah tidak lagi mengusik hidup Dewi.
Dewi adalah orang yg punya indra sensitif, sesekali Dewi juga diperlihatkan sosok2 yg ada di sekitar kos baru.
Dewi bersyukur bisa lepas dari itu semua.
Terakhir kali Dewi berkomunikasi dg bu Karti via WA saat semua barangnya sudah beres dibersihkan dan dipindahkan dr kos Bulan dan sebagian di paketkan ke kampung Dewi
Dewi memilih diam, karena Dewi pikir, bu Karti pun pasti sebenarnya tau, tp beliau lebih menutup rapat2 informasi kejanggalan kosnya itu.
Dari informasi yg beredar, kos itu masih dibuka untuk siapapun yg mau kontrak/kos di sana, namun sampai saat ini kos itu belum laku juga, belum ada satupun orang yg mau menempati kos itu
Diiklankan di media sosial pun, juha tidak laku2 kos itu.
Bu Karti juga sudah tidak pernah terkihat menyambangi kos itu.
Sekian thread pertama dr gw gaes, mohon maap sering telat update, krn ada sesuatu hal🙏
Terimakasih yg sudah sempat mampir, gw lg nyiapin thread berikutnya, masih berkutat dunia mistis yaa.
Salam horror!