My Authors
Read all threads
Kemarin Senin, saya ngobrol-ngobrol dengan @selphieusagi. Ada satu hal menarik yang dia bahas, yaitu soal “pleasure” dan “happiness” — yang sama sekali enggak pernah terpikirkan sebelumnya, dan ini menarik. 🤔
Malam ini, saya coba jelajahi internet untuk sekadar mendapatkan pemahaman yang, katakanlah, lebih luas.
Saya kemudian menemukan potongan video tentang perbedaan “pleasure” dan “happiness” ini oleh Dr. Robert Lustig yang dipublikasikan kanal University of California Television (UCTV).
Jadi, kalau bisa saya kaitkan antara penjelasan @selphieusagi dan “riset” kecil-kecilan malam ini tentang topik ini, kita — pada dasarnya — adalah masyarakat pencari kepuasan (pleasure).
@selphieusagi Sebagian besar dari kita menghabiskan energi untuk mencari kepuasan/kenikmatan dan sebisa mungkin menghindari kesengsaraan. Dengan begitu, kita berharap bahwa akan merasa bahagia (happy). Meski begitu, ternyata banyak orang yang masih merasa tidak bahagia.
@selphieusagi Mengejar kepuasan (pleasure) itu bagus, tetapi itu enggak bertahan lama. Kepuasan/kenikmatan bisa dirasakan oleh kelima indra kita. Dari makanan yang enak, bisa membeli smartphone atau mobil baru, dsb.
@selphieusagi Enggak ada yang salah dengan mencari kepuasan karena semua itu juga toh membuat pengalaman hidup lebih baik. Masalahnya, semua itu hanya bersifat kepuasan sesaat.
@selphieusagi Lain cerita dengan kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan/kesenangan itu tidak sama dengan kepuasan (pleasure). Sederhananya, kepuasan berasal dari sesuatu di luar (eksternal). Kebahagiaan datang dari dalam.
@selphieusagi Kebahagiaan ini merupakan pilihan. Kita bisa memutuskan sendiri. Kebahagiaan itu adalah suatu tindak kemauan (act of will).
@selphieusagi Contoh sederhananya, memberi. Banyak orang merasa bahagia karena mereka suka berbagi atau memberi. Enggak peduli seberapa “kurang” mereka mungkin terlihat dari luar, tapi mereka selalu suka berbagi.
@selphieusagi Orang-orang bisa bahagia bahkan ketika mereka sedang mengalami rasa sakit dan kesulitan yang luar biasa. Mereka bisa jadi enggak punya “pleasure” apa pun dalam kehidupannya (dari sisi eksternal), tetapi hati mereka bahagia.
@selphieusagi Sebaliknya, ada banyak orang dipenuhi kepuasan (mobil mewah, rumah besar, pakaian bagus), tetapi enggak ada kesenangan dalam dirinya. Karena itu, pilihlah supaya bahagia.
@selphieusagi Kita enggak bisa mengendalikan kehidupan di luar diri kita. Selalu ada hambatan dan tantangan yang terjadi. Namun, kita bisa mengontrol apa yang terjadi di dalam kita sendiri.
@selphieusagi Pengalaman yang memuaskan bisa memberi kita perasaan bahagia sesaat, tetapi kebahagiaan itu enggak bertahan lama karena itu tergantung pada peristiwa dan pengalaman eksternal.
@selphieusagi Akibatnya, banyak orang menjadi kecanduan “pengalaman eksternal” ini, dan semakin membutuhkan perasaan bahagia jangka pendek.
@selphieusagi Sebagai rangkuman dari penjelasan Dr. Robert Lustig pada video di atas, ini perbedaan antara “pleasure” dan “happiness”.
@selphieusagi 1. “Pleasure” bersifat jangka pendek; “happiness” bersifat jangka panjang.

2. “Pleasure” berasal dari luar; “happiness” berasal dari dalam.

3. “Pleasure” itu mendapatkan/mengambil sesuatu; “happiness” itu memberi sesuatu.
@selphieusagi 4. “Pleasure” bisa dirasakan (berwujud); “happiness” enggak bisa didapat dengan sesuatu yang berwujud.

5. “Pleasure” dirasakan sendiri; “happiness” dirasakan bersama.
@selphieusagi 6. “Pleasure” yang berlebihan bisa membuat kecanduan, entah itu terhadap sesuatu yang berwujud atau perilaku. Namun, enggak ada yang namanya kecanduan “happiness”.

7. Yang terakhir, “pleasure” terkait dengan hormon dopamin, sedangkan “happiness” terkait dengan hormon serotonin.
@selphieusagi Jadi untuk yang satu ini, saya akui @selphieusagi sudah kasih wawasan baru, hahaha! Karena kalau bukan karena ngobrol-ngobrol kemarin, pastinya saya enggak tahu dan enggak pernah kepikiran soal ini. 😁
@selphieusagi Tapi topik-topik kayak gini emang selalu menarik. Selain bikin mikir, ini bisa jadi apa ya ... untuk refleksi diri sendiri sih. Jadi berpikir ulang, apakah kita hidup mencari “pleasure” atau “happiness”?
@selphieusagi Saya jadi ingat dengan kata-kata “sakti” yang biasa kita dengar: Money can’t buy happiness. Awalnya, saya sering jawab balik (ya, jawab sendiri): “But money can buy me ice cream, and it makes me happy. So, money can buy happiness.”
@selphieusagi Well, itu (ternyata) salah. Dalam konteks ini, “Money indeed can please you, yet it can never buy happiness.” Sekian @selphieusagi. 🙏🏼
Terus lupa foto ... karena yang kayak gini biasanya (mesti) gue masukin di Instagram, hahaha! 😬
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Fauzan Al-Rasyid

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!