, 20 tweets, 4 min read
My Authors
Read all threads
Prosesi Perayaan Hari Raya Idul Adha di Kesultanan Aceh Darussalam.

Oleh Peter Mundy Ketika Berada Di Aceh ( Penulis,Traveller Asal Inggris)

Di Dalam Bukunya The Travels of Peter Mundy in Europe and Asia 1608-67, diterbitkan oleh Hakluyt Society pada 1919 di London.

A Thread
Mengenai pelaksanaan shalat Idul Adha dan upacara kurban di ibu kota kerajaan Aceh, yaitu Bandar Darussalam, Yang dicatat oleh pengembara Eropa Asal Inggris Peter Mundy yang pernah berada di Aceh pada 1637.
Peter Mundy dalam bukunya menjelaskan bahwa ketika ia berada di Aceh ikut menyaksikan perayaan Idul Adha di Kerajaan Aceh Darussalam, di mana menurutnya (staf protokol istana) memerintahkan pemasangan payung mulai dari Istana Darud Donya hingga ke Masjid Raya Baiturrahman,
Dimana tempat Sultan Aceh akan menunaikan shalat Idul Adha.
Pemasangan payung di kiri-kanan jalan ini, menurut Peter Mundy, sebagai simbul kebesaran Sultan Aceh hampir seperti yang dipraktikkan oleh Sultan Sulaiman al Qanuni di Istanbul Ketika Perayaan Hari Raya Tiba.
Di mana pada Hari Raya (Idul Adha), pembesar istana dan rakyat diharuskan untuk memakai pakaian yang indah-indah dari pada segala pakaian yang suci, bercampur sutera dan dari pada perak, beberapa mereka itu memakai selendang kebiru-biruan dan menyemat rencong di pinggang.
Setelah menunaikan shalat Idul Adha, Sultan Aceh diikuti oleh pembesar kerajaan Aceh yang akan berkurban di depan Masjid Raya Baiturrahman. Sultan berkurban sebanyak 500 ekor kerbau.
Untuk dibagikan kepada warga kota Bandar Darussalam dan orang-orang asing yang berlabuh di Bandar Aceh Darussalam.

Peter Mundy menyaksikan shalat Idul Adha dan pelaksanaan ibadah kurban yang dilaksanakan oleh Sultan Iskandar Thani (1636-1641).
Pada 26 April 1637 Iskandar Thani menyembelih 500 ekor kerbau. Ia memerintahkan penghulu keurukun (sekretaris negara) dan segala syahbandar (kepala pelabuhan) dan wazir (menteri) untuk memandikan kerbau yang akan dikurbankan.
Seorang fakih (ulama) yang berdiri dihadapan hewan kurban yang disembelih untuk melihat urat lehernya, kalau sudah putus maka tatkala itulah gong, genderang, nafiri dan serunai dibunyikan dengan suara yang merdu beriringan dengan penyembelihan hewan kurban.

Sumber : Peter Mundy
Dan Menurut Sejarahwan Takeshi Ito (1984) dalam bukunya The world of the Adat Aceh.

trove.nla.gov.au/work/12861144?…

openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/10…
Menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, dalam melaksanakan shalat Idul Adha dan penyembelihan kurban selalu didampingi oleh Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani
Hal ini menandakan hubungan cendekiawan dengan birokrat selalu harmonis dalam menjalankan pemerintahan
Sultan Iskandar Muda merasa sangat sedih ketika Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani syahid pada hari Senin, 12 Rajab 1038 H/5 Februari 1630 M, dalam usaha Aceh untuk mengusir Portugis di Melaka.
Sampai saat ini makam syeikh Syamsuddin As-Sumaterni.
Sampai saat ini makam syeikh Syamsuddin As-Sumaterni ini masih terpelihara dengan baik oleh kerajaan negeri Melaka yang terletak di kampung Ketek di pusat bandar Melaka, Malaysia.

Syamsuddin Sumatrani adalah satu dari empat ulama yang paling terkemuka di Kerajaan Aceh Darussalam
Karya-karya Syeikh Syamsuddin Sumatrani ditulis sebagian berbahasa Arab, sebagian lagi berbahasa Melayu (Jawi).

1. Jawhar al-Haqa’iq (30 halaman; berbahasa Arab), merupakan karyanya yang paling lengkap.
2. Risalah Tubayyin Mulahazhat al-Muwahhidin wa al-Mulhidin fi Dzikr Allah (8 balaman; berbahasa Arab). mengandung penjelasan tentang perbedaan pandangan antara kaum yang mulhid dengan yang bukan mulhid.
3. Mir’at al-Mu’minin (70 halaman; berbahasa Melayu). Karyanya ini menjelaskan ajaran tentang keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, para malaikat-Nya, hari akhirat, dan kadar-Nya. Jadi pengajarannya dalam karya ini membicarakan butir-butir akidah.
4. Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri (24 halaman; berbahasa Melayu). Karya ini merupakan ulasan terhadap 39 bait (156 baris) syair Hamzah Fansuri.
5. Syarah Sya’ir Ikan Tongkol (20 balaman; berbahasa Melayu). Karya ini merupakan ulasan (syarh) terbadap 48 baris sya’ir Hamzah Fansuri
6. Nur al-Daqa’iq (9 halaman berbahasa Arab; 19 halaman berbahasa Me1ayu). Karya tulis yang sudah ditranskripsi oleh AH. Johns ini (1953) mengandung pembicaraan tentang rahasia ilmu makrifah (martabat tujuh).
7. Thariq al-Salikin (18 halaman; berbahasa Melayu). Karya ini mengandung penjelasan tentang sejumlah istilah, seperti wujud, ‘adam, haqq, bathil, wajib, mumkin, mumtani’ dan sebagainya.
8. Mir’at al-Iman atau Kitab Bahr al-Nur (12 halaman; berbahasa Melayu). Karya ini berbicara tentang ma’rifah, martabat tujuh dan tentang ruh.

9. Kitab al-Harakah (4 halaman; ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Melayu). Karya ini berbicara tentang ma’rifah.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Téuku Djóuhan

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!