#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit
A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 15)
Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
"Paling.... Tapi ga tau lagi ding, nanti tanya Mbah Yudi aja gimana?", tanyaku kembali.
"Katanya kamu demam? Jangan terlalu memaksakan diri loh.", balasnya.
"Ya udah, aku tunggu ya.", Pak Arfian membalas chatku.
"Mau keluar lagi?", tanya ibuku seolah mencegatku dengan pertanyaan itu
"Iya.", jawabku singkat.
"Terus kenapa?", tanyaku tersinggung
Ibuku terdiam sejenak seolah mengerti tujuanku untuk ke pura dan tempat yang menurutnya angker.
Aku terdiam menyembunyikan amarahku.
"Kamu denger gak sih omongan Ibu?!", bentaknya.
"Tapi Ibu kan butuh bantuan Pakdhe! Kok ngatain dia miskin sih!", bentakku kembali.
Hatiku teriris hebat karena kebiasaan Ibuku yang suka menghina orang-orang tak mampu dan kebiasaan suka menghina kesenanganku
Aku menatapnya sejenak, aku sedikit takut melihat matanya yang berwarna merah menyala seakan dia ingin mengamuk.
"Biasa.. kena semprot Ibuku, tapi nggak apa-apa lah yang penting kita ke Situs sekarang.", responku sembari tersenyum menyembunyikan segala kesedihan dan luka batin yang aku derita.
Sesampainya disana, seperti biasa , kami pun disambut oleh beliau, "Rahayu, Mbak Putri! Mas Arfian!".
"Rahayu, Mbah!" , ucapku dengan senang.
"Setelah ini , Mbah. Saya mau sungkem ke Eyang Prabu Airlangga dulu sama Eyang Naga Raja.", jawabku.
"Mangga, Mbak!", Mbah Yudi mempersilahkan kami untuk memberikan dupa.
"Sudah, Mbah.", ucap pak Arfian.
"Kene, kene lungguh kene. (Sini, sini duduk sini.)", ucap Mbah Yudi mempersilahkan kami untuk duduk.
"Apa itu efek dari bulu perindunya , Mbah?", tanyaku.
"Bukan, Mbak. Bukan, Ya, pancen srengenge-ne kayak ngene (Ya, memang mataharinya seperti ini), panas dan gerah.", Mbah Yudi menambahkan.
"Walah, ya udah, syukurlah kalau begitu.", ucapku sambil menghela nafas.
"Rahayu! Hati-hati ya di jalan!", Ucap Mbah Yudi tersenyum
"Swastyastu, Mbah Rais!", Pak Arfian memberi salam kepada Mbah Rais.
"Iya, Mbah. Tapi nggak semedi dulu, cuma mau ngasih dupa saja , Mbah.", ucap Pak Arfian
"Oalah, nggih mangga! (Iya, silahkan!", Mbah Rais pun mempersilahkan.
"Dari Kediri sini.", Jawabku singkat.
"Kalau njenengan dari mana?", tanya pak Arfian.
"Wah, jauhnya!", batinku.
"Dalam rangka apa bu, njenengan kesini?", tanya Pak Arfian
"Begini....", wanita itu memulai ceritanya.
Kemudian, setelah pulang dari Madiun, wanita itu menyadari bahwa datang bulan yang sedang beliau alami tidak kunjung berakhir.
Wanita itu kembali ke Kediri, kemudian meminta pertolongan dari Mbah Rais.
Dan kedatangan beliau hari ini, adalah untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Mbah Rais serta Eyang Putri.
"Yah , seperti di Candi Sumberawan bu, wanita yang datang bulan tidak boleh masuk ke areal candi.", ucapku.
Wanita itu terdiam mendengarkan ucapanku.
"Nggih, Mas. Mangga.", ucap Mbah Rais.
NOTE : Untuk Thread minggu depan ada kemungkinan updatenya agak molor satu hari karena sedang ada acara di Jolotundo, Mojokerto. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya yaa hehe