Malam ini, gw akan coba cerita pengalaman seram yang pernah gw alami waktu SMU dulu. Yuk simak sini, di Briistory.
@InfoMemeTwit
Sekolah gw ini letaknya persis di jalan utama kota, nyaris semua trayek angkot lewat di depannya. Dekat dari mall, dekat juga dengan pasar yang paling terkenal di Serang, Royal.
***
***
Kebetulan waktu itu pelajaran biologi menjadi pelajaran pertama, diadakannya di laboratorium pula.
Gw langsung masuk untuk menaruh tas di atas meja, memilih kursi paling depan pojok kiri, persis di depan pintu ruang kecil yang diperuntukkan sebagai gudang tadi.
Setelah lampu menyala, barulah ruangan menjadi terang, tapi tetap masih seperti malam karena di luar cukup gelap akibat mendung tadi.
Tapi ketika tas sudah berada di atas meja, dan posisi gw membelakangi pintu ruang kecil, gw mendengar sesuatu.
Gw langsung balik badan dan memperhatikan pintunya.
“Suara apa barusan?” Pertanyaan itu yang ada dalam benak.
Kemudian hening, gak terdengar apa-apa lagi, namun gw terus memperhatikan pintu ruang kecil.
“Trak, trak, trak, trak, trak..”
Memasuki jam tujuh pagi, teman-teman mulai berdatangan, sekolah berangsur ramai.
***
Di tengah-tengah pelajaran, suara itu muncul lagi. Awalnya kembali mengarahkan pandangan ke pintu gudang, tapi setelah keberapa kali bunyi itu terdengar, gw memutuskan untuk mengabaikannya.
Entah untuk yang keberapa kali suara itu muncul lagi, gw yang awalnya cuek jadi terkesiap ketika melihat Anuri yang duduk persis di sebelah, seperti mendengar juga suara itu, dia lengsung memperhatikan pintu gudang juga.
“Iya Brii.” Jawabnya.
Ah sukurlah, ternyata gw gak halu, suara itu memang benar ada.
“Suara apa ya itu?” Tanya gw lagi.
“Gak tau, udahlah cuekin aja.” Begitu jawab Anuri.
Selanjutnya, nyaris setiap di lab biologi, gw selalu mendengar suara itu, kadang terdengar sesekali, kadang selang beberapa belas menit, kadang gak terdengar sama sekali.
Sampai akhirnya pada suatu hari, di akhir jam pelajaran lab, Pak Dartoyo memanggil gw.
“Brii, sini.”
Gw langsung mendekat ke mejanya.
Agak kaget mendengar omongannya, gw yakin beliau sudah melihat gw bergelagat aneh sejak lama, dan gw yakin kalau Pak Dartoyo mendengar suara itu juga, gw yakin.
***
Ya sudah, terpaksa harus masuk lagi ke gedung sekolah, ke ujung paling belakang.
Siang itu cerah, terik matahari masih cukup panas menerpa bumi
Gak buang waktu, langsung menuju meja tempat gw belajar tadi. Dompet masih ada di loker bawah meja, maraihnya lalu memasukkannya ke dalam tas.
Pada saat itulah gw mendengar suara itu lagi..
Duh, knapa ada bunyi itu lagi sih. Kali ini suaranya terdengar cukup keras, agak mengagetkan.
Reflek gw langsung melihat ke pintu, lalu terdiam sambil terus menatap, ada yang aneh, ada yang beda dari biasanya..
Penasaran, cemas, takut, bercampur jadi satu ketika perlahan gw melangkah mendekati pintu gudang.
Benda-benda perlengkapan lab tergeletak di setiap sudut ruangan, beberapa di antaranya tertutup debu yang gak terlalu tebal. Udara pengap menyeruak keluar, terhisap indera penciuman.
Kedengaran lagi, kali ini suaranya lebih keras, karena pintu terbuka lebar.
Seketika itu juga mata gw mencari sumber suara.
Warnanya putih, benda itu menggantung, ujung atasnya mengait pada satu tiang. Benda apakah itu?
Gw yakin kalau suara aneh bersumber dari benda itu.
Beberapa detik kemudian gw akhirnya bisa bergerak, lalu berlari kencang ke luar ruangan.
Kenapa gw tiba-tiba lari ketakutan?
Trak, trak, trak, trak..
***
Seperti anak osis pada umumnya, gw dan teman-teman kadang harus menginap di sekolah kalau sedang mempersiapkan suatu acara, atau pensi istilahnya.
Yang tinggal hanya segelintir aja, yang rumahnya jauh, seperti gw ini.
***
Jadi ada satu siswa yang dinyatakan hilang sejak pagi sampai menjelang pulang, padahal tas dan perlengkapan sekolahnya masih ada di dalam kelas.
Ditemukan di dalam salah satu bilik toilet yang ada di pojok belakang itu, duduk diam dengan wajah pucat dan terlihat sangat kelelahan.
“Trus, kenapa kamu gak kembali ke kelas lagi?” Tanya salah satu guru.
Melihat itu semua, dia lalu kembali masuk ke bilik toilet dan menutup pintunya, gak berani keluar.
Menangis ketakutan, si siswa memutuskan untuk tetap berada di dalam toilet, sampai akhirnya ditemukan oleh teman-temannya menjelang jam pulang.
***
Teduh di siang hari, seram kalau malam menjelang.
Gw terus memandang ke satu kelas yang berada dekat dengan toilet belakang, karena beberapa kali dari sudut mata gw melihat ada pergerakan di dalamnya. Tapi gak terlalu penasaran, karena teralihkan dengan percakapan teman-teman lainnya.
Deddy mengajak membuat kopi di dapur, dapur yang bersebelahan dengan toilet belakang. Gw mengiyakan, lalu kami berjalan menuju dapur.
Deddy gak berani ke toilet belakang, tau kan alasannya.
Berusaha semaksimal mungkin untuk gak memperhatikan lorong itu, tapi tetap saja beberapa kali secara reflek gw melirik ke arahnya.
Perempuan itu masih ada, masih berdiri diam dengan sebagian wajah tertutup gerai rambut panjangnya. Seram, menakutkan..
“Knapa lari-lari gitu Brii? Ada apa? Mana kopinya?” Banyak tanya dari Omes ketika gw sudah sampai lapangan.
“Ah masa sih Brii, ngayal kali lo, ama setan aja takut, hahaha.” Begitu kata Ikhwan.
Sepanjang yang gw tau, Ikhwan adalah anak pemberani, gak takut sama hantu dan hal-hal mistis lainnya.
Gak lama kemudian Deddy datang bergabung di lapangan setelah urusannya dengan toilet selesai.
***
“Mes, ke dapur yuk, temenin gw bikin kopi.” Ajak Ikhwan ke Omes.
“Akhirnya, hati-hati ya, serem banget. Jangan liat ke arah toilet.” Gw bilang begitu dengan mimik serius.
Suasana malam semakin larut memang menunjukkan gejala perubahan, langit yang tadinya cerah berangsur mulai berawan, udara yang tadinya agak dingin mulai terasa gerah, kami semua merasakan itu.
Ternyata yang berlari adalah Ikhwan dan omes, menuju lapangan tempat gw dan Deddy berada.
Sementara Omes hanya diam terpaku dengan wajah pucat ketakutan.
“Ayok kita ke ruang osis aja.” Omes akhirnya bersuara.
Tanpa berani menoleh ke belakang, kami terus berjalan menuju ruang osis.
Akhirnya, kami semua gak keluar ruang osis sampai pagi menjelang.
***
Jaga kesehatan, supaya bisa terus merinding bareng.
Met bobo, semoga mimpi indah.
Salam,
~Brii~