My Authors
Read all threads
Temen2, aku mau cerita tentang covid19 dari perspektif aku sebagai keluarga pasien. Ini kisah nyata yg mungkin belum ada yg dengar.

Semoga temen2 bersedia baca dan barangkali mungkin ada yg punya kenalan langsung di Pemerintahan Pusat maupun Banten berkenan menyampaikan.

(1/x)
Background: pasien adalah kk ipar aku. Kk ipar aku tidak berpergian ke LN, tidak ada kontak dengan orang asing, tidak ada kontak dengan orang yg suspect.

Saat ini status kk ku adalah PDP
Kk aku demam dan batuk. Akhirnya kami ke RS, kk ku di CT-Scan, dan ditemukan ada bercak putih di paru-parunya (pneumonia). Kk ku statusnya langsung jd PDP saat itu jg. Dan langsung rawat inap.
Rawat inapnya diisolasi. Di kamar vvip yg hanya sendirian dan jarak ke pintu pun jauh.
Karena kk iparku ga kunjung mendapatkan akses test utk tau apakah kk aku positif COVID19 atau tidak, kami oleh RS disarankan utk pindah ke RS khusus rujukan COVID19. Tapi karena RS khusus rujukan COVID19 di Tangerang dan Jakarta penuh semua, kk aku dirujuk ke RSUD Banten, Serang.
Kami setuju, karena katanya agar penanganannya sesuai dan cepat. Rabu malam kami transfer. Kk ku dengan ambulans didampingi dokter dan perawat, sedangkan aku di mobil terpisah dengan barang2 kk aku.

Ketika sampai di RSUD Banten, ambulans masuk tetapi mobilku tidak
Aku panik karena barang2 kk aku semua di aku. Kk aku tidak bawa apa2 selain palawan yg dikenakan dan selimut yg aku sempat titip di ambulans.

Aku minta agar barang2 kk aku bisa diterima sama kk aku. Setelah drama panjang melibatkan aku nangis pinggir jalan jam 11 malam, ....
...aku bisa menitipkan hanya charger untuk kk aku charge hp nya. Itupun setelah aku bersikeras. Pihak keamanan berkata sebenarnya pasien tidak boleh bawa alat komunikasi.

Aku pun pulang kembali ke rumahku
Oh ya, posisi kk aku ketika di transfer ke RS itu adalah di IGD.

Subuh-subuh (kamis, 26/03) kk aku chat. Infus kk aku yg bawaan dari rumah sakit sebelumnya habis. Kk aku sudah notify dokter dan perawat nya 3x tapi tidak ada yg mengganti.
Kk aku malam itu dikasih paracetamol, tanpa dikasih makan ataupun minum sama sekali.

Sampe jam 7 kk ku chat "please.. minum... aku gakuat"

Aku nangis di depan rumah sakit minta tolong antar minum untuk kk aku yg saat itu posisinya di IGD.
Setelah drama lagi, singkat cerita aku bisa titip tas ransel berisi aqua 1,5L, pakaian ganti, mukena, tissue, powerbank.

Sampe jam 10 pagi kk aku chat lg ngabarin, dari semenjak jam 11 malam dia disana, dia belum dapat makan dan minum dan infusnya ga dikasih yg baru
Sejauh aku disana sampai saat itu, aku gapunya akses bicara sama siapapun dari pihak RS. Aku cm di dpn gerbang, berharap empati dari petugas keamanan utk nolongin aku. Ga ada yg bisa komunikasikan keadaan di dalam ke aku dan akupun ga bisa menyampaikan keadaan kk aku ke pihak RS
Ga lama dari itu (jam 10an pagi) kk aku dapat makan pertamanya dan infus yg baru. (Setelah 11 jam tanpa makan dan 6 jam tanpa infus).

Aku & keluarga belum dapat penjelasan apapun dr pihak RS.

Tp petugas keamanan menyampaikan bahwa jam 2 siang akan ada penyampaian update oleh RS
Kk aku jam 11 transfer ke ruang isolasi. Ruang isolasinya tidak sendiri. Kk aku ber4 dengan pasien2 lain yg sama2 wanita.

At this point kk aku (pasien) menyampaikan kalo kk aku shock. Kami pun keluarga shock, treatmentnya benar2 berbeda dr RS sebelumnya dan berbeda dr ekspektasi
Aku coba kirim minum dan popok dewasa untuk kk aku (kk aku request ini). Tetapi petugas keamanan ga ada yg bisa nolongin aku lg, karena posisi kk aku yg udah ga di IGD. Pihak keamanan pun ga ada yg bisa menghubungi pihak RS untuk menyampaikan
Kk aku jam 2 siang chat aku ngasih tau kalo belum makan dan belum dapet akses ke air minum jg selain air minum yg aku bawain td pagi.

Sampe akhirnya kk aku nelpon dan kabarin bahwa kk aku maag nya kambuh.
Hancur hati aku baca chat dan dengar suara kk aku
Miris sekaliiii, orang yg sedang tidak sehat, tidak dikasih makan dan minum. BASIC HUMAN NECESSITIES! Marah sekali aku.

Kamu tau apa yg aku rasa dari semenjak kk aku pindah ke RS itu?

Aku merasa kk aku dibunuh perlahan
Dengan kondisi kamar isolasi yg ber4, kk aku jg ga dapat masker. Katanya ga ada masker.

Ini kondisinya kk aku rentan loh ya. Dia sekamar sama orang2 yg rentan jg. Ga ada yg tau siapa yg positif siapa yg negatif. Might as well semua jadi positif disitu karena dicampur disitu
Aku ga sendirian disitu, ada mungkin sekitar 10an keluarga yg juga nunggu kabar dari RS.
Mereka semua yg ada akses komunikasi dengan keluarganya yg pasien disana keluhannya sama.
Ga dikasih makan dan minum!
Ada jg keluarga yg kaget dan shock nangis karena ternyata keadaannya kayak gitu di dalam. Mereka ga bisa komunikasi dengan keluarga mereka yg pasien karena pihak RS bilang bahwa pasien gaboleh bawa alat komunikasi
Aku dan keluargaku berusaha semampu kami mencari RS lain yg siap utk tampung kk aku.
RS lain yang BENAR BENAR SIAP melayani pasiennya. Yang bisa kasih apa yang seharusnya dikasih oleh RUMAH SAKIT.
Tp sampai saat ini kami blm bisa, kami bkn siapa2, kami ga punya power atau channel
Untuk teman2 yang punya kenalan di Pemerintah Pusat atau Pemerintah Banten, aku mohon dengan sangat sampaikan ini. Bahwa RSUD Banten yang katanya RSUD rujukan COVID19 nasional, sesungguhnya belum siap. Ga bisa kasih makan dan minum ataupun infus dan obat ke pasien dengan layak
Aku mohon seengganya makan dan minum.. agar kk aku ga makin drop disana. Dia sudah stres sekali dengan keadaan disana. Dia bener2 ga dalam kondisi yang mendukung untuk recovery. Aku gamau kk aku malah makin parah kondisinya. Aku bener2 ngerasa helpless skrng
Update: Terima kasih temen2. Aku udah telponan langsung sama Pak Gubenur Banten untuk update kondisi dan situasi di RSUD Banten. Beliau akan ekskalasi dan mudah2an ada improvement 🙏
Update: Dearest Twitter friends, goal ku share cerita ini adalah agar sampai ke orang yang powerful enough agar dapat perbaikan yang sesuai. Aku ga ada niatan sama sekali untuk memblow up ke media atau menghujat/menyalahkan sana sini. (1/3)
Alhamdulillah, Pemprov Banten melalui Gubenur langsung responnya cepat dan kami pun sama2 monitor perkembangan di lapangan kayak apa.
(2/3)
Mohon doanya untuk kami dan keluarga. Doa untuk tenaga kesehatan dan juga frontliners lain yang terjun langsung. Keamanan dan kesehatan untuk semuanya deh pokoknya.

Stay safe everyone! #DiRumahAja
(3/3)
This include reshare di instagram dengan bumbu2 ga penting ya. We must not tear each other down. Harus stay strong as a nation dan berusaha yg terbaik sesuai peran masing2.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Nyimas Nabilah Oktav

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!