, 34 tweets, 5 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror
#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 6)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Haloo, ketemu lagi! Seperti biasa malam ini episode terbaru telah update! Maaf agak terlambat updatenya karena depresiku habis ketrigger seharian dan butuh waktu untuk menenangkan diri.
Dan episode kali ini akan sedikit horror karena lebih condong bahas keluargaku yang menentang keputusanku untuk bersemedi. Oke langsung ku mulai ya!
Selepas aku berteriak keras dan membangunkan seluruh keluargaku. Orangtuaku datang menghampiriku, "Ada pa malam-malam gini kamu berteriak?!"
"Gak ada apa-apa!", jawabku gugup.
"Kamu harus jujur kepada orangtuamu, kamu bakal celaka kalau kamu tidak jujur kepada orangtuamu!", bentak ibuku.
Mau tak mau aku menceritakan apa yang telah terjadi
"KAMU NGAPAIN BELAJAR SEMEDI?! MAU IKUT ALIRAN SESAT?!", ibuku kaget setelah mendengar ceritaku.
Aku tetap terdiam.
"Sudah dibilang, kamu terlalu muda untuk itu! Padkhemu kan juga sudah bilang! Tunggu waktunya !", ibuku menatapku tajam
"Lama-lama kamu nanti jatuh ke ilmu klenik, jadi dukun kamunya!", ibuku tetap berceramah.
Aku tetap terdiam tak mau mendengarkannya, aku nekat melakukannya karena aku sudah tak tahan akan gangguan-gangguan yang kerap memberiku terror yang mengerikan.
Kalau kekuatan spiritualku tetap lemah, dan aku menjadi pribadi yang lemah, lama-lama aku bisa gila menghadapi mereka. Jika memang benar kalau belum waktunya aku untuk belajar ilmu spiritual, setidaknya beri aku dasar-dasarnya saja untuk bertahan menghadapi makhluk-makhluk itu.
Namun, jika aku mengatakan itu ibuku pasti berkata, "Belum tentu makhluk itu akan pergi jika kamu membaca doa. Karena kamunya sendiri lemah." . Aku dapat membaca alur pikir ibuku dan keluargaku, karena banyak sekali pengalaman pahit yang aku alami bersama mereka mengenai hal ini.
Yah , ku teringat ketika waktu kecil aku pernah mengatakan kepada ibuku, "Makhluk halus itu akan pergi kan kalau kita baca doa kan?" kemudian ibuku menjawab, "Iya tapi itu khusus untuk orang yang kuat bukan orang lemah sepertimu."
Itu membuatku sangat sakit hati, makanya untuk kali ini aku memilih diam ketika aku dimarahi ibuku tentang keputusanku untuk bersemedi, dalam diam aku melawan karena hanya aku dan Tuhan yang mengerti kondisiku.
"KAMU DARI TADI DIAM AJA, NDENGERIN GAK KAMU?!", teriakan ibuku tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
Aku enggan menatap wajahnya yang serba misterius itu dan menjawab , "Ya."
"Ya sudah kembali tidur sana, bikin repot orang aja.", ayahku tiba-tiba berbicara yang dari awal hanya diam saja.
Kami bertiga pun memasuki kamar masing-masing.
Dalam kamarku aku duduk, terdiam. Marah, jengkel, itu yang aku rasakan. Apapun halangannya, aku tetap memantapkan niatku untuk belajar bersemedi dan mempelajari spiritualitas.
"Spiritualitas itu ilmunya banyak.", tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita
"Siapa kamu?", tanyaku
"Spiritualitas itu ilmunya banyak, kamu bisa memilih ilmu mana yang ingin kamu pelajari?", suara itu seolah-olah tidak mendengarkan pertanyaanku.
Aku terdiam sebagai respon tidak tahu. Ya, aku benar-benar tidak tahu apapun tentang spiritualitas. Aku sungguh awam dengan ilmu spiritualitas jadi, aku membiarkan suara itu menjelaskan.
"Ada ilmu spiritualitas yang berkembang di era kerajaan Islam di Jawa, ada pula ilmu spiritualitas yang berkembang di era kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Seperti bagaimana Sri Aji Jayabaya moksha, itu adalah salah satunya.", suara itu seakan mengerti apa yang aku pikirkan.
Aku tetap terdiam menyimak suara itu.
"Jadi, kamu pilih mana?", tanya wanita itu.
Sebetulnya, aku tidak tahu perbedaan dua ilmu spiritualitas yang disebutkan oleh suara wanita itu, aku masih terdiam dan berpikir.
Aku berpikir bahwa ilmu spiritualitas yang dipelajari pakdheku adalah ilmu spiritualitas yang berkembang di era kerajaan Islam di Jawa seperti yang disebutkan suara wanita itu. Sepengamatanku, pakdheku selalu menggunakan cara Islam dalam berspiritualitas.
Memikirkan itu, aku jadi menyimpulkan, jalur untuk mempelajari ilmu itu terblokir dikarenakan aku selalu tidak diperbolehkan oleh pakdheku.
"Aku pilih ilmu spiritualitas yang bekembang di era kerajaan Hindu-Buddha di Jawa.", jawabku mantap.
"Baiklah...", jawab suara wanita itu.
Beberapa saat kemudian aku merasa sosok suara wanita itu mendadak menghilang.
"Lah? cuma disuruh milih aja? Terus ngilang gitu aja?", gumamku.
Waktu menunjukkan pukul satu dini hari, dan aku merasa mulai mengantuk kemudian aku merebahkan badanku dan tidur.
Paginya, sambil menikmati sarapan yang sudah dimasakkan oleh ibuku , aku berpikir dan berandai-andai siapa sosok suara wanita itu?
Suara itu datang ketika aku suntuk dengan semua kondisi yang aku hadapi.
Di tengah-tengah aku berpikir, aku melihat sosok kakek penunggu itu berdiri di depan kamar mandi. Wujudnya berubah dari biasanya. Seperti Ho Chi Minh dengan pakaian jubah hitam.
"Lah? Ngapain ada Ho Chi Minh disini? Hahahaha...", gumamku sambil tertawa terkekeh.
"Kenapa kamu?", tanya papaku yang sedang duduk di sampingku.
"Ga apa-apa", jawabku sedikit ketus mengingat kejadian menjengkelkan semalam.
"Kamu kayak dukun yang sering ayah liat di acara larung sesaji di Kediri.", ucap papaku
Aku cuma melihatnya dengan tatapan kesal.
"Denger ga sih kamu? Kamu itu kayak dukun yang sering ayah liat di acara larung sesaji di Kediri.", ayahku idak peka akan makna tatapanku
Aku tetap terdiam dan tersenyum kecut kepada papaku
"Kamu itu bodoh atau ga dengar sih? Jawab pertanyaan ayah dong!", ayahku setengah membentak
"Iya iya.", jawabku ketus.
Aku kemudian, pergi ke ruang belakang untuk mencuci piringku. Sembari mencuci piring aku menatap sosok kakek yang mirip dengan Ho Chi Minh itu,
Kakek itu tersenyum seakan memberi isyarat "Sabar ya." , aku menatapnya kemudian tersenyum dan berkata dalam hati "Iya, Mbah. Terima kasih." , kemudian aku mencuci piringku.
Selepas aku mencuci piringku , aku lihat kakek itu pergi menghilang. Aku sedikit kaget namun, aku ingat bahwa kakek itu bukanlah manusia.
Sorenya aku melepas orangtuaku pergi kembali ke Kediri. Setelah bersalaman ibuku kemudian berpesan "Ingat, jangan sembarangan semedi, itu ilmu sesat!"
"Berisik.", batinku.
Setelah itu , ortuku pergi kembali ke Kediri dengan mobilnya. Aku menatap marah namun aku sedikit lega karena akhirnya mereka pergi dan aku bisa bebas lagi.
Aku akan tetap melanjutkan belajar semediku, aku paham bahwa semedi adalah dasarku untuk belajar ilmu spiritualitas. Aku akan terus belajar sampai aku mendapat guru yang cocok denganku.
Yak berikut akhir dari thread ini! Untuk episode selanjutnya aku akan bercerita tentang kunjunganku ke Candi Badut di Malang, jadi stay tune ya! Terima kasih telah membaca!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!