#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit
A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 24.1)
Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Aku mulai berpikir bahwa ini ada kaitannya dengan Eyang Putri. Jadi, aku memutuskan untuk menanyakan hal ini ke Mbah Rais selaku sosok yang dekat dengan Eyang Putri.
"Bikin kaget aja!", ucapku dalam hati.
Setelah menenangkan diri sejenak, aku pun melanjutkan tidurku hingga akhirnya aku tiba di rumah sekitar pukul setengah satu malam.
"Monggo, Mbak. Ada apa?", Mbah Rais mempersilahkan.
Aku, Mbah Rais, dan Pak Arfian pun duduk bersama di beranda rumah Mbah Rais serta menceritakan apa yang aku dan Pak Arfian alami selama di Malang tempo hari.
"Oalah, eyangnya cemburu, Mbak.", ucap Mbah Rais
"Ya, Eyang Putri to, Mbak.", jawab Mbah Rais.
"Lha? Kok bisa? Padahal kan lumrah kan Mbah, ngasih penghormatan ke tuan rumah.", ujarku.
"Sampeyan kasih dupa ke leluhur sana?", tanya Mbah Rais.
"Oalah, Mbak. Ya bener, Eyangnya cemburu, Mbak.", respon Mbah Rais.
"Oalah... Jadi saya bikin kesalahan ya, Mbah?", tanyaku
"Lha, kalau Eyang Putri cemburu ya mesti salah to.", jawab Mbah Rais.
Mbah Rais hanya terdiam.
"Wah, kalau gini sifatnya rahasia mesti.", batinku.
"Perlu sesaji kah, Mbah? Mumpung saya bawa.", jawabku
"Nggak, perlu, Mbak. Cukup minta maaf saja ke eyangnya.", jawab Mbah Rais.
"Baik, Mbah.", ucapku singkat.
Aku pun terdiam dan menunggu Mbah Rais.
Aku memegang sapu yang diberikan oleh Mbah Rais dan terdiam menunggu ucapan Mbah Rais selanjutnya.
"Buat bersih-bersih pura. Sampeyan yang bersihkan.", ucap Mbah Rais.
Sebelum kami masuk pura pun Mbah Rais berpesan, "Bagian dalamnya aja yang dibersihkan. Tempat pelinggihan Eyang Putri-nya aja".
Kami berdua pun mengangguk kemudian bergegas masuk.
"Biasanya pura kan selalu bersih kan yo?", gumamku.
"Baru kali ini aku melihat kondisi pura ini sangat kotor, seperti tidak pernah dipakai selama satu bulan.", ucapku.
"Aku sudah berapa lama sih ga main kesini?", tanyaku
"Dari kejadian kita ketemu Om Komang sama Pak Ketut itu lho, sekitar dua mingguan.", jawab Pak Arfian.
"Mungkin, tukang bersih-bersihnya lagi absen. Jadinya kotor, ya udah. Yuk kita bersihkan.", ucap Pak Arfian
Selepas bersemedi kami pun merapikan peralatan kebersihan yang diberikan Mbah Rais untuk dikembalikan kepada beliau.
"Ayo!", respon Pak Arfian .
"Ada yang mau aku tanyakan ke Mbah Yudi soal ini.", ujarku.
"Iya, siapa tahu ada solusinya.", jawab Pak Arfian.
"Apa itu ada hubungannya dengan kontrak ghaib itu, Mbah?", tanyaku.
"Jelas, Mbak." , jawab Mbah Yudi singkat.
"Dampaknya sampai sekarang ya, Mbah? Sampai ke anak cucunya ini ya?", tanyaku
"Jelas.", jawab Mbah Yudi singkat.