#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit
A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 17)
Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
"Iya.", jawabku singkat
"Kamu akhir-akhir ini demen semedi ya hahaha..", respon Isma
"Iya… Gimana nih? Ikut ga? Nanti ditemani Pak Arfian guru PPL sejarah kita dulu.", jawabku
"Njir, kok gitu sih?", jawabku sedikit kesal
"Lha, video uji nyali yang aku lihat di internet begitu.", balas Isma.
"Eh tapi kalau ga dikeluarin segera bisa-bisa resikonya nyawa.", jawabku
"Ya itu resikonya, kalau kamu kesurupan saat semedi ya itu resikomu.", balas Isma
"Ke pura? Di Kediri ada pura?", tanya Sam melalui chat
"Wah, keren tuh! Aku belum pernah tahu pura di Kediri! Ayo lah! Aku ikut! Kapan nih?", tanya Sam Nampak kegirangan.
"Ada tah guru PPL sejarah kita yang namanya Pak Arfian? Mungkin aku lupa hehe..", ujar Sam
"Oalah, ya sudah kita ketemu besok lusa saja ya!", respon Sam.
Setelah memberi kabar Sam , kemudian aku berlanjut memberi kabar Pak Arfian tentang hal serupa.
"Iya, aku ajak dia buat ritual di pura, tapi aku ga maksa dia buat ritual, yah anggaplah trip jarak pendek bagi dia.", jawabku
"Aku nggak kenal temanmu itu.", jawab Pak Arfian
"Wah kok jutek?", batinku
"Ngapain kamu mengajak temanmu si Sam? Kalau dia skeptis sama hal-hal yang kita lakukan gimana?", tanya Pak Arfian lagi
"Dia menerima?", tanya Pak Arfian lagi
"Ya sudah.", jawab Pak Arfian singkat
Lagi-lagi aku dibuat kesal oleh Pak Arfian, ada apa sih orang-orang hari ini? Kenapa mereka menyebalkan semua?
"Put, maaf nih aku ga bisa ikut. Aku lagi sakit."
"Waduh, sakit apa?", tanyaku
"Sakit demam, sepertinya sudah agak lama aku demam.", jawabnya
"Sekitar semingguan…", jawab Sam
"Ya sudah semoga cepat sembuh ya.", responku
"Terima kasih.", balas Sam
Setelah membeli bunga sesaji , Pak Arfian menghentikan langkahnya sembari menaruh bunga pada jok motor.
Tatapan matanya yang tajam memberikan isyarat bahwa Pak Arfian masih marah akan keberadaan Sam diantara ritual kita.
Melihat wajahnya yang tampak geram, aku pun gugup untuk memberinya jawaban yang sekiranya tidak menyinggung perasaan dirinya
"Dia tidak lulus seleksi alam.", jawabnya ketus
"Dia sakit.", jawabku dingin
"Ya sudah itu urusan dia, energi dia tidak mampu untuk masuk ke pura, tempat yang sakral.", ucapnya lagi
"Oalah, yah mungkin hatinya belum siap, Mbak.", ucap Mbah Rais
Aku melihat Pak Arfian hendak mengatakan sesuatu namun aku potong, "Kami masuk dulu ya , Mbah."
"Iya, Mbak. Silahkan.", Mbah Rais mempersilahkan
"Swastyastu, Eyang.", ucapku memberi alam
"Swastyastu, nduk. Gimana kabarnya?", jawab Eyang Putri
Tanpa basa-basi aku melayangkan sebuah pertanyaan kepada Eyang Putri terkait dengan Sam
"Eyang, si Sam--"
"Kamu tau , Nduk kalua tak semua orang bisa masuk kesini?", belum selesai aku bertanya Eyang Putri sudah menjawab duluan
"Apa yang njenengan katakan itu benar, Eyang. Hanya saja saya sedih saja ketika dia tidak lolos seleksi alam.", ucapku
"Eyangnya datang!", jawab Pak Arfian sembari tergesa-gesa mengembalikan bunga sesaji ke altar
"Iya, Eyang Putri datang.....", jawabku sembari melamun menatap pohon bambu yang bergoyang keras karena angin.
Aku menginginkan persamaan hak bagi semua orang untuk menikmati hal-hal yang indah tetapi, entahlah semuanya kembali kepada para leluhur dan Gusti Pengeran untuk hal misterius seperti ini.