, 40 tweets, 7 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror @InfoMemeTwit

#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 17)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Haloo! Maaf nih updatenya agak ter delay karena gangguan spiritual yang ada di rumah, oke langsung aku mulai ya!
Sudah lama aku ritual hanya dengan Pak Arfian semata. Aku menginginkan suasana baru yaitu, mengajak salah satu teman untuk ritual bersamaku di pura. Tidak apa-apa jika dia hanya melihat toh, bangunan pura juga indah untuk dipandang.
Aku berencana untuk mengajak teman SMA-ku untuk ke pura Bersama. Mengingat beberapa diantara mereka ada yang tertarik dengan hal-hal ghaib. Pertama aku ingin mengajak temanku, Isma untuk pergi ke Goa Selomangleng bersama kemudian ritual di pura.
"Ngapain ke Goa Selomangleng? Semedi?", tanya Isma dalam chat-ku dengannya
"Iya.", jawabku singkat
"Kamu akhir-akhir ini demen semedi ya hahaha..", respon Isma
"Iya… Gimana nih? Ikut ga? Nanti ditemani Pak Arfian guru PPL sejarah kita dulu.", jawabku
"Hmm.. Nggak ah, kalau kamu kesurupan aku ga mau nanggung resikonya. Kalau kamu kesurupan beneran nanti aku tinggal yah.", ujar Isma
"Njir, kok gitu sih?", jawabku sedikit kesal
"Lha, video uji nyali yang aku lihat di internet begitu.", balas Isma.
"Jadi, ada orang kesurupan terus dibiarin sampai selesai sendiri. Maksudku, sampai jin nya keluar sendiri.", balasnya lagi
"Eh tapi kalau ga dikeluarin segera bisa-bisa resikonya nyawa.", jawabku
"Ya itu resikonya, kalau kamu kesurupan saat semedi ya itu resikomu.", balas Isma
Kesal. Aku sangat kesal. Tanpa, menutup pembicaraan aku mencoba mengirim chat kepada teman SMA-ku yang lain, Sam. Aku akan mencoba mengajaknya pergi ke pura.
"Ke pura? Di Kediri ada pura?", tanya Sam melalui chat
"Iya, kamu ga perlu ritual kok kalau itu bertentangan dengan keyakinanmu. Cukup lihat-lihat bangunannya aja dah bikin hati adem.", jawabku
"Wah, keren tuh! Aku belum pernah tahu pura di Kediri! Ayo lah! Aku ikut! Kapan nih?", tanya Sam Nampak kegirangan.
"Besok lusa, nanti aku ajak Pak Arfian juga, guru PPL sejarah kita dulu.", jawabku
"Ada tah guru PPL sejarah kita yang namanya Pak Arfian? Mungkin aku lupa hehe..", ujar Sam
"Ada, mungkin ga pernah masuk kelasmu. Karena Pak Arfian dulunya hanya ngajar kelas IPS saja.", jawabku
"Oalah, ya sudah kita ketemu besok lusa saja ya!", respon Sam.
Setelah memberi kabar Sam , kemudian aku berlanjut memberi kabar Pak Arfian tentang hal serupa.
"Sam? Temanmu SMA?", tanya Pak Arfian
"Iya, aku ajak dia buat ritual di pura, tapi aku ga maksa dia buat ritual, yah anggaplah trip jarak pendek bagi dia.", jawabku
"Aku nggak kenal temanmu itu.", jawab Pak Arfian
"Wah kok jutek?", batinku
"Iya, mungkin sampeyan ga kenal karena ga ngajar semua kelas IPA.", jawabku mencoba untuk menghiraukan rasa tersinggungku
"Ngapain kamu mengajak temanmu si Sam? Kalau dia skeptis sama hal-hal yang kita lakukan gimana?", tanya Pak Arfian lagi
Entah mengapa aku merasakan perubahan suasana hati pada Pak Arfian melalui tulisan chat-nya, seperti mencoba untuk menahan amarah.
"Sam itu bukan orang yang skeptis, Pak. Kalau dia tidak skeptis ngapain dia menerima ajakanku untuk pergi ke pura Bersama?", jawabku mencoba meredam emosinya
"Dia menerima?", tanya Pak Arfian lagi
"Iya, Pak. Dia bilang dia ingin melihat bangunan pura. Berarti kan dia mau.",jawabku
"Ya sudah.", jawab Pak Arfian singkat
Lagi-lagi aku dibuat kesal oleh Pak Arfian, ada apa sih orang-orang hari ini? Kenapa mereka menyebalkan semua?
Takut jika emosiku memicu depresiku, akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri dan tidur sejenak. Inilah mengapa terkadang aku sangat benci berkomunikasi dengan manusia, mereka lebih egois daripada jin dan sebangsanya.
Terkadang kedatangan mereka yang singkat itu lebih menenangkan daripada manusia. Wujud mereka memang mengerikan tetapi, beberapa diantara mereka membutuhkan doa dari kita agar mereka tenang di alamnya.
Tak terasa dua hari telah berlalu. Dengan lesu dan dingin aku mempersiapkan diri untuk bergegas menuju ke pura. Memori-memori bagaimana Isma dan Pak Arfian membuatku kesal masih terngiang-ngiang dalam ingatanku dan itu sangat menggangguku.
Sebelum berangkat aku merasa smartphone ku bergetar , aku melihat ada notifikasi chat dari Sam,
"Put, maaf nih aku ga bisa ikut. Aku lagi sakit."
"Waduh, sakit apa?", tanyaku
"Sakit demam, sepertinya sudah agak lama aku demam.", jawabnya
"Berapa lama?", tanyaku penasaran
"Sekitar semingguan…", jawab Sam
"Ya sudah semoga cepat sembuh ya.", responku
"Terima kasih.", balas Sam
Pernyataan dari Sam membuatku tidak memberi ruang untuk rasa kecewa akan tetapi , tergantikan dengan rasa iba. Aku berharap dia akan sembuh secepatnya kemudian aku berdoa untuk kesembuhan dirinya.
Aku pun berangkat menemui Pak Arfian. Tanpa mengucap sepatah kata, kami berdua pun bergegas menuju Pasar Setono Betek untuk membeli bunga sesaji.
Setelah membeli bunga sesaji , Pak Arfian menghentikan langkahnya sembari menaruh bunga pada jok motor.
"Gimana si Sam?", tanya Pak Arfian
Tatapan matanya yang tajam memberikan isyarat bahwa Pak Arfian masih marah akan keberadaan Sam diantara ritual kita.
Melihat wajahnya yang tampak geram, aku pun gugup untuk memberinya jawaban yang sekiranya tidak menyinggung perasaan dirinya
"Dia tak datang.", jawabku singkat
"Dia tidak lulus seleksi alam.", jawabnya ketus
"Dia sakit.", jawabku dingin
"Ya sudah itu urusan dia, energi dia tidak mampu untuk masuk ke pura, tempat yang sakral.", ucapnya lagi
Aku dan Pak Arfian pun melanjutkan perjalanan ke pura dalam diam. Belum apa-apa aku sudah dibuatnya emosi. Namun, ucapannya tidak aku gubris selayaknya aku tidak mempedulikan manusia-manusia yang belum tentu mempedulikanku.
Sesampainya kami di pura. Seperti biasa, kami disambut oleh sang Mangku, Mbah Rais. Belum masuk Pura pun aku dikejutkan oleh pertanyaan yang terucap dari mulut beliau, "Lho? Sepertinya yang datang sama sampeyan ini tiga orang sekalian sampeyan?"
"Orangnya sakit, Mbah. Tepat di hari janji.", jawabku singkat
"Oalah, yah mungkin hatinya belum siap, Mbak.", ucap Mbah Rais
Aku melihat Pak Arfian hendak mengatakan sesuatu namun aku potong, "Kami masuk dulu ya , Mbah."
"Iya, Mbak. Silahkan.", Mbah Rais mempersilahkan
Setelah semua persiapan selesai. Aku dan Pak Arfian pun duduk berdampingan dengan bersila di depan altar Eyang Putri kemudian kami berdua memulai untuk bersemedi.
Seperti masuk ke alam lain, dalam ruangan gelap dan aku melihat sosok perempuan cantik yang biasa aku sebut "Eyang Putri."
"Swastyastu, Eyang.", ucapku memberi alam
"Swastyastu, nduk. Gimana kabarnya?", jawab Eyang Putri
"Alhamdulillah, baik. Eyang.", jawabku
Tanpa basa-basi aku melayangkan sebuah pertanyaan kepada Eyang Putri terkait dengan Sam
"Eyang, si Sam--"
"Kamu tau , Nduk kalua tak semua orang bisa masuk kesini?", belum selesai aku bertanya Eyang Putri sudah menjawab duluan
"Tapi, Eyang.. Dia bukan orang yang skeptis tentang hal-hal seperti ini. Dia orang yang pemikirannya terbuka…", jawabku mencoba menjelaskan
"Oalah, Nduk.. Nduk… Sekalipun orangnya tidak skeptis kalau belum titi wancine (waktunya) masuk bagaimana?", ujar Eyang Putri
"Apa yang njenengan katakan itu benar, Eyang. Hanya saja saya sedih saja ketika dia tidak lolos seleksi alam.", ucapku
Mendengar ucapanku, Eyang Putri nampak tersenyum entah apa alasannya. Setelah itu, aku mencoba untuk berkonsentrasi dalam semediku hingga aku terlarut dalam sebuah ruangan kosong yang gelap.
Tak lama kemudian , aku membuka mata dan tak terasa angin bertiup sangat kencang di sekitar altar. Angin bertiup sangat kencang hingga bunga sesajinya terlempar mengenai wajahku dan Pak Arfian.
"Aduh! Kembange nyampluk!", teriakku spontan
"Eyangnya datang!", jawab Pak Arfian sembari tergesa-gesa mengembalikan bunga sesaji ke altar
"Iya, Eyang Putri datang.....", jawabku sembari melamun menatap pohon bambu yang bergoyang keras karena angin.
Sembari membantu Pak Arfian mengembalikan sesaji dan merapikan altar, aku berpikir bahwa seleksi alam dalam tempat-tempat yang sakral bahkan angker bagi beberapa orang itu benar adanya.
Bukannya aku tidak percaya, namun aku kasihan bahwa tak semua orang bisa menikmati apa yang aku nikmati sekarang ini. Aku ingin orang-orang yang bernasib sama denganku mendapat kesenangan yang sama pula denganku.
"Kenapa bahkan dalam dunia spiritual terdapat "kasta"?", batinku
Aku menginginkan persamaan hak bagi semua orang untuk menikmati hal-hal yang indah tetapi, entahlah semuanya kembali kepada para leluhur dan Gusti Pengeran untuk hal misterius seperti ini.
Oke, berikut akhir dari Thread ini! Terima kasih telah membaca! Seperti biasa,gangguan mulai dating jadi aku harus cabut dulu ya!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!