, 31 tweets, 6 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror @InfoMemeTwit

#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 21)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Akhirnya bisa update lagi dengan tenang karena free haha! Oke, aku mulai ya!
Melihat peristiwa bagaimana Mas Ganteng dikerumuni oleh makhluk-makhluk seperti kuntilanak membuatku berpikir bahwa , tak selamanya sosok-sosok seperti mereka itu mengerikan seperti yang ada di film-film horror.
Mereka pun bisa bertindak biasa saja layaknya kita, manusia. Meskipun beberapa diantara mereka memiliki wujud yang mengerikan namun, ibarat pepatah "Don't judge book by its cover" , tak selamanya mereka yang mengerikan itu menebar terror.
Perlahan, aku merasakan damai dalam hati dengan mulai menerima wujud mereka yang mengerikan. Yah, memang seperti itulah mereka, kita tak punya hak untuk mengubah wujud mereka. Aku mengelus dadaku pertanda kedamaian yang aku rasakan.
Namun, siapa sangka kedamaian itu tak berlangsung lama. Malam hari ketika aku berada di rumah, sedang menggambar, dan kebetulan Mas Putra sedang keluar rumah. Mas Ganteng datang menghampiriku, "Ada yang datang."
Bulu kudukku berdiri, aku mulai bersiap-siap untuk membaca doa, "Siapa? Njenengan izinkan untuk ketemu denganku?"
"Dia tidak mengerikan seperti kala itu, aku perbolehkan untuk menemui njenengan. Aku jamin keamanan njenengan.", ucap Mas Ganteng.
"Baiklah.", jawabku mempersilahkan
Tiba-tiba sosok itu datang menghampiriku, dengan Mas Ganteng yang berada di belakang sosok itu. Rambut Panjang, kusam, kulit hijau dan mulut yang terus terbuka. Ya! Aku ingat sosok ini! Sosok jin pelet Mbak Ningsih.
Jin itu nampaknya lebih mini dari biasanya dan wajahnya Nampak memelas , serta membawa sebilah pisau, "Tolong aku."
"Tolong apa?", tanyaku
"Ijinke aku nggo nyerang koe (ijinkan aku untuk menyerangmu).", ucapnya.
"Hah?! Nyapo!? (kenapa)", tanyaku
"Lek aku gagal, aku ngko dihukum karo juraganku (kalau aku gagal aku nanti dihukum sama juraganku).", jawabnya sambil menangis
"Urusanmu, su!", ucapku santai
Sosok itu jatuh tersungkur menangis tersedu-sedu.
"Dia ingin simpati dari njenengan, meskipun benar. Ilmu hitam itu akan kembali dan jin-jin itu akan dihukum oleh "pemilik"nya. Namun, kalau njenengan ngasih dia kesempatan dia akan membabi-buta nyerang njenengan.", ucap Mas Ganteng.
Aku mengangguk setuju, "Bener, Mas."
"Heh, rungokne ya le!", aku menegur sosok itu.
"Koe iki wes gae rusak, wong-wong! Mbak Ningsih, Murti karo mentor-e, Pak Arfian sisan! Ngono kok njaluk kesempatan nyerang jawamu piye, su!?
(Kamu ini sudah membuat rusak orang-orang! Mbak Ningsih, Murti dan mentornya, Pak Arfian juga! Gitu kok minta kesempatan menyerang maksudmu gimana, njing!?)", umpatku
"Yen koe dihukum karo bosmu ya urusanmu! Salahe dhewe golek perkara! Saiki unduhen dhewe karmamu! (Kalau kamu dihukum sama bosmu ya urusanmu! Salah sendiri cari perkara, sekarang unduh sendiri karmamu!).", umpatku lagi.
"Tapi--"
"Omongo neh le! Tak laporke nang Batari Durga koe! (Bicara lagi kamu! Tak laporkan ke Batari Durga kami!)", teriakku.
Sosok hitam itu bergidik ngeri kemudian mundur satu langkah sembari ketakutan.
"Mas Ganteng!", panggilku memberi isyarat kepada Mas Ganteng untuk mengusirnya pergi.
"Siap!", respon Mas Ganteng kemudian mengantar sosok itu pergi dan tiba-tiba , keduanya menghilang.
Tak lama kemudian aku menerima telfon dari Murti.
"Halo?", sapaku
"Halo! Putri? Aku sudah dapat barangnya yang terkontaminasi nih! Aku sudah ada kain morinya juga.", ucap Murti
"Baguslah!", jawabku bahagia.
"Enaknya diapain nih? Dibakar dulu terus dibungkus kain mori, atau langsung dibungkus terus dilarungkan ke sungai?", tanya Murti
"Wah itu, dua-duanya bagus sih. Lebih marem (mantap) lagi kalau dibakar terus baru dibungkus kain mori, tapi kata mentormu gimana?", tanyaku.
"Dia bilangnya, langsung dibungkus saja terus dilarungkan ke sungai.", jawabnya
"Oalah, ya wes gitu aja ga apa-apa. Wes misi kita selesai, syukurlah. Ilmu itu akan kembali ke pelakunya sama ke dukunnya!", ucapku
"Makasih banyak ya, Putri sudah mau bantu aku.", ucapnya.
"Aku juga makasih sudah mau jadi eksekutor larungan barang-barang itu. Eh tapi kamu gimana? Masih sering kesurupan?", tanyaku.
"Sudah nggak, tapi kata mas mentor, perisaiku sudah bolong.", jawab Murti
"Oo.. Gini gini, kamu mandi pakai campuran air garam krosok sama bunga mawar merah. Kembang setaman juga ga apa-apa itu memang khusus buat jamasan (mandi).", ucapku
"Iya, Mas Mentor juga bilang ke aku gitu juga, makasih ya sarannya!", ucap Murti.
"Oke-oke, wah ini dilarung ke sungai ya. Orang Jerman bakal ngga suka liat kelakuan kita karena sudah buang sampah di sungai! Hahahaha!", ucapku sembari tertawa.
Kami berdua pun tertawa kemudian menutup telfon masing-masing.
Baru saja aku menutup telfon, tak lama kemudian smartphoneku berdering lagi , tampak ada notifikasi chat dari teman Mbak Ningsih
"Halo! Putri ya? Gimana kelanjutan pelet Mbak Ningsih?", tanyanya
"Sudah selesai, sudah mau dilarung sama Murti barang-barangnya.", jawabku
"Iya kah? Aku ga percaya ini bakal selesai. Ku pikir kalian semua akan mati karena ilmu hitam itu tingkatannya sudah "intermediate". Aku pikir pemula seperti kalian akan gagal.", ucapnya.
"Bagaimana masalah ini selesai? Kok bisa? Aku masih ga percaya!", tambahnya lagi.
"Lha menurut sampeyan gimana, Mbak?", tanyaku.
Butuh waktu lama untuk teman dari Mbak Ningsih itu menjawab chat ku, entahlah mungkin dia masih sibuk.
Tak lama kemudian dia membalas chatku, "Aku melihat ada sosok yang sepuh , banyak gitu bawa energi warna putih dan energinya besar buat nyerang jin itu.", jawabnya
Aku membalasnya dengan emoticon senyum ":)" .
"Apa ini hasil dari ritualmu di Pura itu?", tanyanya
"Iya.", jawabku singkat.
"Gimana ya, semua itu kehendak leluhur mbak atas izin Gusti Pangeran. Kita semua tahu kalau leluhur itu dekat dengan Gusti-Nya, jadi, ya... you know lah.", balasku.
"Iya, aku paham.", balasnya singkat.
"Oh ya, kalau semuanya sudah selesai, nanti aku sama Mbak Ningsih mampir ke Kediri yah! Mau lihat pura nya!", balasnya lagi.
"Iya siap, nanti kita atur aja jadwalnya.", ucapku.
"Oke, sampai jumpa di Kediri ya!", tutupnya.
Setelah sekian lama aku chattingan dengannya, aku menghempaskan tubuh ku di Kasur, dan tak menyangka kejadian pelet Mbak Ningsih ini selesai. Akhirnya, aku pun tak perlu merasakan kelaparan dan kelelahan yang ekstra karena kehabisan energi melawan jin-jin itu.
Aku menatap Mas Ganteng yang duduk di sampingku , kemudian beliau menatapku balik sembari tersenyum membalas tatapanku. Beliau pun berkata, "Akhirnya, kasus ini selesai."
Okeey! Berikut akhir dari Thread ini! Untuk episode selanjutnya Insha Allah akan update minggu depan yaa seperti biasanya. So, stay tuned ya!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!