#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit
A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 20.1)
Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Aku akan dihina,
atau mereka akan campur tangan dan membuat masalah ini semakin keruh. Meskipun begitu aku mencoba untuk bercerita sedikit tentang pelet Mbak Ningsih itu kepada ibuku.
"Lagian kalau orang dipelet kan harusnya ga sadar, nah itu si Ningsih kok bias sadar? Mau ngakalin kamu kali."
begitu ucapnya.
"GINI NIH YANG BIKIN AKU DEPRESI! PUNYA KELUARGA, PUNYA ORANGTUA GA SUPPPORTIF BLAS!", teriakku lagi.
Aku mengangkat kepalaku terlihat seorang pria bertelanjang dada, memakai hiasan emas di kepala serta kalung emas, memakai jarik yang meminta dirinya dipanggil Mas Ganteng berdiri di depanku, menatapku kosong.
"Hah.. Tidak sakit.", gumamku
Aku pun mengulangi perbuatanku, membenturkan kepalaku sebanyak tiga kali.
Aku menatap Mas Ganteng kemudian beliau menatapku balik dengan tatapan melas, "Hentikan…".
Tak terasa air mataku keluar , aku menangis sesenggukan terus meratapi keluargaku yang Nampak seperti racun di mataku.
"Njenengan nggak bisa menyentuh pundakku. Njenengan sifatnya ghaib.", ucapku dingin.
"Tapi, aku berusaha menyentuh hati njenengan agar njenengan tetap tenang.", balasnya.
"Itu lah mengapa Eyang Putri mengirimku, untuk menjaga njenengan. Njenengan, mungkin dijaga secara fisik oleh Pak Arfian namun, njenengan juga punya penjaga ghaib.", ucapnya.
Aku terdiam sembari menghapus air mataku.
"Dih kepedean.", ejekku.
Mas Ganteng pun tertawa.
Tak lama kemudian aku mulai melemparkan beberapa pertanyaan kepada beliau.
"Iya, lebih tua Eyang Putri sih. Eyang Putri saat ini, menjadi ratu dari kami. Memang Eyang Putri kala itu menolak untuk menjadi ratu keraton. Namun, saat ini beliau kami anggap sebagai ratu", jawab Mas Ganteng.
"Apa njenengan dulu juga manusia seperti Eyang Putri dahulu? Njenengan juga moksha?", tanyaku.
"Iya, aku dulu seorang prajurit yang kemudian menyatu dengan alam semesta.", jawabnya.
"Kalau moksha hanyak untuk golongan Raja atau Resi lantas orang-orang seperti aku dan Eyang Buta Locaya itu njenengan anggap apa?", respon Mas Ganteng.
"Ya, karena aku ganteng lah! Aku tampan dan menawan.", jawabnya
"Njenengan tanya gitu sih, ya aku jawab apa adanya.", Mas Ganteng pun merapikan rambutnya sembari berpose layaknya model laki-laki
"Shut up!", ucapku sembari menutup telinga.
"Hey, I'm Handsome you know?!", respon Mas Ganteng
"Njenengan pikir aku siapa? Bahkan Eyang Putri pun paham Bahasa Inggris. Mbah Rais kan pernah bilang bahwa njenengan bias komunikasi sama Eyang Putri menggunakan Bahasa apapun kan?", ucapnya.
"W-well, aku tahu njenengan nyimpen nama asli njenengan sebagai rahasia. Jadi, aku nggak maksa untuk mengetahui namanya njenengan.", aku berbaring membelakangi Mas Ganteng.
Mas Ganteng pun terdiam.
Mas Ganteng pun tersenyum mendengar responku.
"Hm?", tanya Mas Ganteng memberi isyarat untuk mengulangi ucapanku.
"Nggak, apa-apa lupakan. Aku mau tidur.", ucapku sembari menarik selimut.