Akhirnya setelah beberapa lama tidak menulis, saya mencoba memberanikan diri untuk berbagi pengalaman kembali kepada teman-teman twitter.
Mungkin ada pertanyaan, "mencoba memberanikan diri..." maksudnya gmn?
Ya karena saya takut.
"Di sini" yg saya maksud adalah di sebuah rumah kontrakan yg saya dan istri saya tempati tiga bulan lamanya. Sebuah rumah di bilangan Tangerang, Banten.
Karena panggilan kerjanya terbilang mendadak, akhirnya kami pun mencari tempat tinggal secara mendadak jg.
Di tempat kedua inilah kami, tepatnya istri saya mengalami kejadian yg membuat saya takut untuk menulis cerita
Dalam beberapa kesempatan, saya selalu menyamarkan nama istri. Namun kali ini, atas izin dari istri, saya memberanikan diri menyebutkan nama aslinya.
Diandra.
Hari itu, karena saya masih harus bekerja jadi tidak dapat membantu pindahan rumah kontrakan baru. Kebetulan Mamih yg sedang senggang dan tidak ada kegiatan bermalam dan ikut membantu proses pindahan rumah bersama Diandra.
"Aku udah di rumah baru yaa yaang"
Begitu pesan yg tertulis pada pop-up notification hp saya.
"Lo jadi pindah mas hari ini?",
"Iyaa... Sama mertua gw."
"Parah lo gak ikut bantuin!"
"Laah kan gw kerja Put..."
"Iya sih yaa... Daripada potong gaji..."
Begitulah kira-kira candaan kami siang itu.
Namun entah, ada perasaan
Tapi saya mencoba menghiraukannya, dan kembali fokus pada pekerjaan sampai akhirnya waktu jam kerja pun usai.
"Ayaang udah pulang??"
Saya pun segera membalas,
"Lagi nunggu Grab nya nih... Bntr ya"
Tak lama, ojek online yg Diandra pesan pun sampai. Karena dari share-loc yg Diandra berikan ternyata tidak sesuai dgn map,
Perjalanan menuju ke rumah kontrakan baru terbilang cukup jauh, sekitar 20 menit dari kantor. Melewati Jl. Raya Pasar Kemis ke arah Rajeg.
Iya, Rajeg.
Untuk teman-teman yg menetap di daerah Tangerang-Banten,
Hal itu pun baru saya ketahui setelah 2 bulan menetap di sana.
"Kalo baliknya malem, di atas jam 8 mending nginep kantor aja mas..."
"Emang kenapa Pak?",
"Yaa... Liat aja tuh kanan-kiri kayak begini..."
Namun setelah memperhatikan sekitar, saya baru menyadari bahwa kami sedang melalui...
Perasaan tidak enak mulai muncul kembali...
"Aah, palingan gara-gara jalanannya",
Dalam hati
"Duta Asri Palem 3"
"Nah ini mas perumahannya... Kecil sih, tapi orang-orangnya mah sopan-sopan"
Ucap bapak driver Grab,
"Enak jg ya Pak tempatnya"
Baik lah, dalam kesempatan ini saya ingin menjelaskan sedikit bahwa, yaa... Saya memang beberapa kali bersinggungan dengan hal-hal yg bernuansa ghoib.
Mungkin karena pengaruh keluarga yg...
Tapi jujur, tanpa mengurangi rasa hormat kepada teman-teman di luar sana yg memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan mereka yg hidup di alam berbeda, bagi saya pribadi,
"Tujuan jin diciptakan adalah sama seperti manusia, untuk beriman kepada Allah SWT. Namun pada hakikatnya mereka pun sama seperti kita,
Kira-kira seperti itu.
Kembali ke ceritanya,
Perasaan tidak enak itu kembali muncul seketika kami sampai
Entah apa, namun saya merasakan ada sesuatu yg seakan bersikap "waspada" akan kehadiran kami.
"Mau kenalan kali ini..."
Hanya itu yg terkintas dalam pikiran saya.
Saya pun sampai di depan sebuah rumah dengan pagar hitam dan cat berwarna biru. Pintu rumah itu terbuka lebar, di dalamnya terlihat Mamih sedang duduk..
"Makasih banyak ya Pak, jangan kapok ya nganterin kalo dapet saya lg..."
"Hahaha, santai mas... Sekalian saya pulang kan..."
Saya pun turun dari motor, melangkah mendekati pagar rumah.
"Assalamu 'alaikum..."
Suara Diandra dan Mamih terdengar menyambut hangat dari dalam rumah. Namun sayup-sayup terdengar suara ketiga yg turut menyambut dengan lirih...
Kembali, saya hiraukan suara itu,
"Udah sampe ayaang?",
Sambut Diandra di depan pintu rumah,
"Iyaa..."
***
Beberapa hari kami menetap di rumah tampak normal, tidak ada yg aneh. Saya berangkat ke kantor pagi hari dan kembali ketika waktu hampir Maghrib, disambut dgn masakan Diandra...
Namun karena satu dan lain hal, untuk satu bulan lamanya kami hampir tidak pernah pukang ke sana.
Kami lebih sering menetap di rumah kakak ipar saya. Kakak tertua Diandra yg kala itu pun bekerja di sebuah manufaktur di Tangerang. Namun ia menetap di...
Sesekali kami pulang ke rumah kontrakan hanya untuk menetap semalam atau dua malam, dan kembali ke rumah kakak ipar.
Pasalnya, rumah dinas yg diberikan oleh kantor Kakak ipar saya bisa dibilang terlalu besar untuk ditinggali hanya 3 anggota keluarga.
Malam itu kami berencana tidur lebih larut, karena keesokan harinya saya libur. Kami berniat menonton film...
Ketika itu saya sedang merebahkan badan sejenak di kamar, sedangkan Diandra sedang memasak mie instan untuk menemani tontonan kami nanti.
Tiba-tiba terdengar suara Diandra memanggil saya dengan nada tinggi...
"Kenapa yaang?",
Tanya saya yg kaget terbangun dari tempat tidur. Namun saya semakin dikagetkan dengan tingkah Diandra yg tiba-tiba berlari ke kamar menutup pintu dan langsung menguncinya. Ia melompat ke kasur, tepat di mana saya berada, menutup kepalanya...
"Kenapa? Ada kucing...?",
Tanya saya polos
"Ada bayangan item gede bangeeett di belakang aku..."
Mendengar hal itu saya pun tersentak. Karena tak menemukan apa pun untuk dijadikan alat perlindungan diri,
"Ayok, kita liat!",
"Takut yaang..."
"Gpp, ayok liat bareng2..."
Kami pun keluar bersama-sama setelah sebelumnya berdoa dan membaca beberapa ayat dan surat pendek yg kami hafal.
***
Alarm hp saya berbunyi nyaring sekali, membangunkan kami berdua dari tidur lelap.
Saya meraih hp di samping bantal, berniat melihat jam berapa sekarang.
Waktu menunjukan pukul 08:45 WIB.
Saya segera membangunkan Diandra yg masih tertidur.
Siang ini kami berniat kembali ke rumah Kakak ipar.
Saya pun beranjak ke kamar mandi untuk membasuh muka. Tapi sialnya, air di rumah kami mati saat itu.
Namun jawaban yg sedikit lucu dan aneh yg Diandra dapatkan,
"Oalah... Bu, coba periksa keran di pipanya deh... Biasa suka diputer tuh..."
"Udah yaang, kita siang ini ke tempat Aa jg kaan... Senin aja sekalian Pak Khairul nya yg mau cek..."
Saya pun hanya mengiyakan. Siangnya, kami pun kembali ke Karawaci
Hari Senin pun tiba. Diandra sudah mengatur waktu pertemuan dgn Pak Khairul di rumah kontrakan.
Saya seperti biasa harus bekerja, jadi baru bisa kembali ke rumah kontrakan setelah jam kerja usai.
"Yaang..."
Pop-up notification whatsapp dari Diandra seperti biasa muncul.
"Hmmmm... Nanti aku cerita deh"
"Knp yaang?"
"Nanti aja..."
Percakapan yg membuat saya sedikit tidak tenang. Khawatir sesuatu terjadi pada Diandra.
"Yaudah, aku lanjut kerja dulu ya..."
Saya pun kembali melanjutkan pekerjaan saya yg sedikit menumpuk di kantor
Saya pun bergegas merapihkan meja kerja saya dan menyusul mereka ke bawah.
Tak begitu lama, driver grab yg sudah saya pesan pun tiba.
***
"Assalamu 'alaikum..."
Saya membuka slot pagar rumah yg memang tidak biasa kami gembok. Terlihat Diandra sedang duduk di depan tv sambil menoleh ke arah pintu,
"Wa 'alaikum salam..."
"Kenapa yaang...?"
Tanya saya bingung memperhatikan ekspresinya yg muram, sambil perlahan masuk ke dalam rumah dan duduk tepat di depannya.
"Gak apa-apa...",
Jawab Diandra singkat sambil tersenyum masam
Iya pun hanya merespon pertanyaan kedua saya dengan anggukan kecil.
Namun entah kenapa, sepertinya saya tahu alasan yg membuat sikapnya seperti itu.
"Tadi Pak Khairul jadi ke sini?",
Tanya saya lg
"Udah tuh, udah bisa airnya...",
Jawabnya singkat
"Sendiri?"
"Ooh... Trus cerita apa istrinya?",
Tanya saya.
Terkejut mendengar pertanyaan saya, Diandra langsung menimpali,
"Koq kamu tau...?!"
Saya hanya tersenyum.
"Cerita yg aneh-aneh ya...?",
Tanya saya lagi
Ia perlahan membuka mulutnya, mencoba menjelaskan apa yg diceritakan oleh istri Pak Khairul.
***
Untuk bagian ini, mungkin lebih nyaman bila saya tuliskan dalam sudut pandang istrinya Pak Khairul ya...
Namun, itu bukanlah satu-satunya alasan bagi ku meninggalkan rumah ini.
Sejak pertama kali kami beli rumah ini,
Pernah suatu ketika, saat itu kandunganku berumur 7 bulan. Sedang besar-besarnya kalo kata orang tua dulu. Aku sedang memasak sayur lodeh kesukaan suamiku di dapur. Menunggunya pulang dari kantor.
Waktu itu sekitar jam 19:00..
Namun tiba-tiba, seolah ada yg mengganti salurannya, acaranya berubah. Aku oun menyadari hal tersebut.
Aku bergegas beranjak ke...
Ini jelas bukan mati lampu!
Karena aku masih bisa melihat pemandangan dari sisi kanan dan kiri ku.
Aku beranikan mendongak ke atas...
Betapa kagetnya aku ketika melihat dua buah bola mata yg besar, kemerahan, melirik ke bawah menatap mataku.
Sosok hitam legam dan besar itu menatap dalam ke mataku, membuatku tak mampu bergerak bahkan bersuara.
Sampai akhirnya tiba-tiba suara seruan suamiku menyadarkan ku. Aku pun jatuh tersungkur ke lantai.
Tak hanya itu,
Siang itu aku tertidur cukup pulas, sampai suara adzan membangunkan ku. Maklum, rumah kami berada tepat di belakang Mushola.
"Astaghfirullah... Udah maghrib"
Aku pun segera membalikan badanku karena terkejut menyadari aku telah tertidur cukup lama.
Namun, tiba-tiba sekujur badanku kaku. Aku bahkan tidak bisa memperbaiki posisi ku yg tengah...
Mataku tertuju pada satu sosok. Sosok yg tengah duduk diujung kasur di sisi yg lain tepat di sebelah kiri ku.
Sosok seorang nenek-nenek yg sedang menyisir rambutnya yg kusut, putih. Sosok itu membelakangiku.
"Jangan nengok... Jangan nengok..."
Ucapku dalam hati.
Namun sosok itu tetap melanjutkan pergerakannya. Perlahan ia menoleh. Tidak sampai berhadapan denganku, namun matanya melirik tepat kepadaku.
Setiap kali melihat hal itu, aku hanya bisa pingsan dan terbangun beberapa saat kemudian. Namun yg janggal adalah, setelah aku terbangun baru kusadari...
Yaa, aku memang menyebutkan "setiap kali...", Karena hal ini berlangsung tidak hanya sekali atau dua kali. Namun hampir setiap hari.
Beberapa waktu setelah anak kami lahir dan mulai bisa mengoceh, sering kali kami terbangun di tengah malam karena suara tawa dari anak kami.
Balita yg terbangun di tengah malam memang bukan hal yg aneh, namun apa yg...
Biasanyaakan kami temukan anak kami terduduk menghadap sudut tembok kamar sambil mendongak ke atas, melambai-lambaikan tangannya sambil tertawa riang.
Tapi seperti yg sudah kalian duga pastinya, tidak ada apa-apa di sana.
Jawaban yg sama selalu aku dapatkan setiao kali menanyakan kepada anak ku apa yg terjadi...
"Mah ayak...",
Awalnya aku tidak paham, sampai akhirnya...
"Mbah galak."
Dengan kata lain, bukan hanya aku, namun anak ku pun mengalami hal yg sama.
Aku terus berusaha menjelaskan kepada suamiku tentang aoa yg kami alami setiap kali...
Sampai suatu saat, ketika suamiku tidak masuk kerja hari itu...
Ia sedang merapihkan kamar di belakang dapur yg memang dipakai...
Tiba-tiba terdengar seruan suamiku dari arah dapur,
"ASTAGHFIRULLAAH...!!!"
Tak lama, aku melihat suamiku keluar dari kamar tersebut, bergegas menutupnya dan menarikku serta anak kami keluar dari rumah.
Suamiku segera menemui pengurus Mushola di sana, menceritakan apa saja yg kami alami selama ini.
Akhirnya pengurus Mushola pun bersedia membantu dengan meminta pertolongan kepada...
Tak begitu lama, sekitar 40 menit, Pak Kiyai pun datang.
Suamiku segera mengantar Pak Kiyai ke rumah. Ia memintaku untuk tetap tinggal di Mushola bersama anak kami, ditemani dgn beberapa tetangga.
Sudah 3,5 jam berlalu namun mereka, suamiku, Pak Kiyai, pak pengurus Mushola dan 2 org tetangga blm jg kekuar dari rumah.
***
Terdengar suara salam beberapa orang pria dr depan rumah tetanggaku.
"Wa 'alaikum salam..."
Kami pun menyambut mereka yg terlihat begitu lelah. Suamiku dan para bapak-bapak tersebut telah kembali.
"Gimana Yaah...?", tanya ku
"Alhamdulillaah... Aman"
Namun entah, aku merasa ini belum selesai.
Anehnya, tidak satu pun dari Suamiku maupun Bapak-bapak tersebut mau menceritakan apa yg terjadi. Dan yg membuatnya semakin aneh adalah, satu minggu setelahnya kami pindah ke daerah Cengkareng.
***
Beberapa ulan berselang, kami sudah menetap di Cengkareng kini. Rumah yg berada di daerah Rajeg pun sudah ada yg mengontrak.
Pasangan muda kalo kata suamiku. Mereka blm lama menikah, dan kebetulan suaminya...
Aku sudah pernah bertemu dgn istrinya dan "Mamih", ibu dari istrinya ketika pertama mereka pindah ke rumah kami.
Siang ini pun kami harus kembali ke rumah itu karena menurut laporan si istri yg...
Pertama kali mendengar berita itu, perasaanku sudah mulai tidak tenang. Seperti ada yg janggal.
Suamiku pun memutuskan untuk mengajakku ke sana karena ia ingin memeriksa langsung.
Dan benar saja, sesampainya di sana, dan...
"Tuh kan bener... Masih ada!"
Terlihat terkejut mendengar pernyataan dari ku, mba Diandra pun akhirnya bertanya. Dan aku... Menceritakan semua yg aku alami di sini.
***
Saya berusaha menenangkan Diandra yg terlihat cukup takut. Sampai akhirnya, kami...
Alhamdulillaah, selama sisa masa kontrak 2 bulan kami tidak pernah mengalami hal-hal aneh lainnya.
Paling hanya beberapa kali Diandra merasa berat di bahu sebelah kiri ketika malam, dan membaik di pagi harinya
Takut berdampak pada Diandra.
Alhamdulillah, kini kami pindah ke tempat baru. Beberapa hari sebelum pindah, Diandra meminta saya "memeriksa" kondisi...
Untungnya, relatif aman.
Yg namanya ghoib, pasti lah ada di setiap rumah. Hanya saja kecenderungan mereka untuk mengganggu penghuni rumahnya berbeda-beda.
Dari saya sekian dulu, semoga bisa diambil hikmah dari pengalaman kami.