Dan pria-pria yang ngga paham kewajibannya.
.
.
Sebuah utas.
Banyak pertanyaan:
Gimana caranya bisa ngurus jualan, ngurus bisnis kalo saya ga punya ART dan ngurus anak sendiri?
Untuk perempuan berdiri tegak di kaki sendiri.
Punya duit sendiri.
Ga tergantung pada suami.
Anytime hal buruk terjadi, mis suami meninggal, sakit, etc perempuan ga limbung ketika ambil alih nahkoda.
Study menyebutkan, perempuan menggunakan 80% income nya untuk diinvestasikan ke keluarga.
Tp bagaimana bisa berkembang jika dikepung tugas domestik dan GA DIBAYAR?
Selama ini banyak suami dengan dalih agama maupun budaya, menyerahkan sepenuhnya urusan domestic seperti ngurus anak, cucian, kebersihan rumah masak pada istri.
Dari mendidik anak, makanan matang, rumah dan pakaian yang bersih hingga menyusui bayi.
Jika suami ngga mampu tenaganya, tp mampu finansial, hukumnya WAJIB bagi suami menyediakan ART
Maka suami WAJIB mengerjakan pekerjaan rumah itu sebisa mungkin, DIBANTU istri.
Jadi istri di sini fungsinya adalah membantu suami. MEMBANTU ya, bukan menjadi penanggung jawab utama.
Paham kan ya, bedanya.
Jika ada bagian yang ngga beres di dunia, maka suami-lah yang akan dimintai tanggung jawab di akhirat kelak, bukan istri.
Ngga usah lah kalian bertanya soal dalilnya mana, kecuali kalian kelompok orang yang malas berpikir.
Beberapa ulama bahkan menambahkan, istri setiap melahirkan dibayar pakai emas!
Dari melahirkan, menyusui, jadi dokternya anak, psikolognya anak, guru, guru ngaji, tukang masak, beberes rumah, pakaian, supir dll
.....
dikerjakan oleh satu orang!
Allahurabbi. Kalau ngga mampu uangnya, jangan ditambah dengan ngga mampu berpikir lurus.
Supir itu pekerjaan mulia, mereka dibayar.
Tukang masak itu pekerjaan mulia, mereka dibayar.
Jadi apa dasarnya tidak membayar Ibu Rumah Tangga yang dari A - Z dikerjakan semua?
Jadi juru masak di rumah.
Jadi guru ngaji anak-anak.
Jadi guru anak saya yang homeschooling.
Jadi psikolog dan tempat curhat anak-anak, dan masih banyak lagi.
TAPI
Karena saya punya ilmunya, punya waktunya dan tenaganya.
Bukan karena indoktrinasi agama.
Bukan karena tekanan sosial maupun budaya.
Paham kan bedanya?
Mindsetnya yang beda.
Saya paham, tidak semua orang mampu finansial, tapi membenahi mindset ini krusial.
Bukan hanya utk perempuan, tp juga keluarga dan society.
Di Asia, bahkan, angkanya mencapai 80 persen total jam setiap harinya.
Dan akhirnya, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka yang berujung pada sulit berpartisipasi dalam aktivitas sosial-politik.
Angka ini lebih besar dari rata-rata perempuan di Asia Pasifik yang mencapai 7.7 jam per hari
(Jurnal Perempuan, 2020)
Padahal, jika dikaji, pekerjaan tersebut ialah aspek penting dalam aktivitas ekonomi sekaligus faktor yang sangat berkontribusi pada kesejahteraan individu, keluarga maupun masyarakat.
(Stiglitz dkk, 2007)
Mau nemenin anak-anak tadarusan dulu sebelum tidur.
Yang mau mayah mayah, mending disimpan energinya buat mengerjakan tanggung jawabmu 😋😋