My Authors
Read all threads
BENARKAH PEREMPUAN LEBIH RENDAH DARI LAKI-LAKI?
(A Thread)

Gusmin mengawali twit ini dari survei sederhana beberapa hari yang lalu. Apakah memasak itu tugas perempuan atau istri? Nah, di momen #InternationalWomensDay ini Gusmin mau ngajak gaes semua untuk berdiskusi #IWD2020
Sebagian besar memilih bahwa tugas memasak bukanlah kewajiban istri. Sebagian kecil lain mengatakan itu tugasnya. Ada yg berargumen ya masakan siapa yang paling enak, dia yang masak. Ada pula pengalaman yang mengatakan bahwa dirinya yang laki-laki itu kebagian job masak di rumah.
Ada satu poin menarik yang dikemukakan salah satu netizen. Dia mengatakan bahwa urusan memasak dll itu gak perlu dipersulit. Itu masuk di wilayah kesepakatan. Kata ini seolah sederhana, tetapi ada berapa banyak orang yang menganggap berbeda?
Berapa banyak lelaki yang mencari kriteria calon pasangan yang salah satu keahliannya memasak? Ditambah lagi keahlian lain seperti mencuci piring, bersih-bersih, berhias, dan lain sebagainya.
Intinya, ada banyak lelaki yg cari pasangan itu justru seperti cari ART, bukan sebagai seorang partner. Sebaliknya, ada juga banyak perempuan yang mencari kriteria seorang suami yang mampu melindunginya.
Sehingga ia menjadi seseorang yang sangat bergantung. Pada akhirnya, ketika ia dikecewakan, ia tidak punya kuasa untuk sekadar mengingatkan. Akibat relasi kuasa yang timpang.
“Bukankah tugas seorang istri itu harus nurut suami?” | Pertanyaan seperti ini seringkali menjebak. Apa yang dimaksud nurut? Apakah dengan prinsip “surgo nunut neroko katut” menjamin perempuan mendapat kehidupan yang baik?
Bagi Gusmin, semua agama tidak pernah mengajarkan penundukan dalam sebuah hubungan. Apalagi terhadap istri, seseorang yang diajak untuk berkomitmen menjalani bahtera rumah tangga. Agama mengajarkan kerelaan, dan kerelaan tidak bisa diawali dari keterpaksaan.
Untuk itu kesepakatan adalah koentji. Gusmin juga sering mendengar pertanyaan terkait dengan warisan beberapa tahun yang lalu. Mengapa di agama Islam warisan untuk laki-laki itu dua, sementara untuk perempuan satu?
Jika demikian, bukankah Islam menunjukkan bahwa lelaki itu lebih mulia dari perempuan? Hmmm… Jika gaes berpikiran kayak gini, ada sebaiknya kita baca sejarah dulu. Gusmin mulai dari tahun 1907 di mana terjadi sebuah peristiwa besar adanya demonstrasi dari buruh di New York.
Para buruh tersebut menuntut adanya hak politik dan upah yang setara. Ini di tahun 1907 alias abad kedua puluh. Sebelumnya, belum ada aksi besar-besaran yang dilakukan olek kelompok perempuan. Lha, perempuan bekerja saja sudah bagus.
Termasuk di negara Barat seperti Amerika, perempuan saat itu masih sangat terbatas aksesnya. 8 Maret 1907 inilah tonggak sejarah dimulai. Setahun setelahnya, aksi serupa kembali dilakukan untuk memperingati aksi tahun sebelumnya.
Aksi-aksi seperti ini kemudian rutin dilakukan setiap tahun. Selain 8 Maret dan 28 Februari, ada juga yang melakukan aksi tanggal 19 Maret. Selain menuntut keadilan salah satunya berupa hak memilih, di tahun 1917 aksi hari perempuan dilakukan untuk menolak perang.
Ini membuktikan wawasan perempuan sudah semakin oke. Perempuan bukan lagi makhluk domestik yang selalu didomestifikasi.
Beberapa mencatatat bahwa gerakan feminis dimulai tahun 1848, saat Ellizabeth C. Stanton memimpin aksi rally 300 orang untuk menuntut keadilan (ekualitas). Untuk itulah, dalam teori empat gelombang feminisme, gelombang pertama berada dalam periode 1848 – 1920.
Pada tahun 1977, PBB secara resmi menetapkan 8 Maret sebagai hari perempuan internasional. Perjuangan panjang untuk mendapatkan keadilan ini perlu diupayakan terus menerus. Karena sampai hari ini, ketidakadilan masih banyak terjadi.
Nah, jika di abad kesembilan belas saja posisi perempuan masih seperti itu, bagaimana kita membaca situasi Arab di abad keenam masehi? Jika kita belajar sejarah pra-Nabi (masa jahiliyah), perempuan itu dianggap sebagai barang. Bisa diperjual belikan. Bisa diwariskan.
Ketika seseorang lahir berjenis kelamin perempuan, saat itu orang tua merasa malu. Kemudian tega mengubur hidup-hidup bayinya. Pun jika selamat dari pembunuhan di masa bayi, ketika menginjak remaja, mereka bisa dinikahkan. Dipoligami sesuka hatinya.
Menjadi perempuan ibarat kutukan. Selalu ditindas. Tidak dianggap sebagai manusia. Ibaratnya, perempuan adalah kesalahan yang harus dilenyapkan. Perempuan yang selamat adalah perempuan bangsawan. Sementara rakyat biasa, aduh biyung mengenaskannya.
Nabi Muhammad menjadi tokoh yang mengubah peradaban kotor itu, menjadi peradaban yang ramah terhadap perempuan. Ketika salah seorang sahabat bertanya, siapa yang harus dihormati? Nabi menjawab ibu sebanyak tiga kali. Baru setelahnya ayah.
Poligami yang sebelumnya unlimited dibatasi hanya empat. Itu pun dengan banyak catatan. Mulai bisa bersikap adil, hingga komitmen untuk meletakkan kemaslahatan di atas semuanya.
Pada intinya, semangat yang diusung Nabi adalah semangat keadilan. Dalam pernikahan, seharusnya komitmen suci itu menuju pada kemaslahatan, bukan sekadar legalitas hubungan seks. Posisi pernikahan jauh lebih tinggi dibanding sekadar menumpahkan hawa nafsu.
Karenanya, Nabi Muhammad tidak mengizinkan Ali ibn Abi Thalib untuk memadu putrinya, Fatimah. Oleh banyak kalangan, perilaku Nabi dijadikan dalil untuk menyebut bahwa poligami bukan sunnah. Kalau sunnah, Nabi pasti meminta menantunya untuk melakukan.
Nabi mulai melakukan sebuah revolusi sosial dengan memberi jatah warisan kepada anak perempuan, sesuatu yang dulu sama sekali tidak pernah dibayangkan masyarakat jahiliyah Arab. Posisi perempuan yang sebelumnya seperti benda, menjadi seseorang yang ada.
Lalu bagaimana dengan warisan tadi? Wkwkwk. Gusmin kejauhan ya narik konteks sejarahnya. Yang jelas, persoalan warisan ini terdapat juga beberapa pendapat. Ada yang menyebut sifatnya mutlak, artinya harus dibagi sesuai aturan, ada yang menyebut warisan itu sebagai opsi.
Di Al-Quran (02:180-183), Allah memerintahkan umatnya yang memiliki harta lebih untuk menulis wasiat sebelum meninggal dunia. Banyak yang mengatakan bahwa wasiat itu lebih utama. Karena seseorang bisa mengukur tingkat kebutuhan anak-anaknya.
Misalnya ada dua orang anak. Yang satu lelaki, sudah memiliki gaji 100 juta perbulan. Anak kedua perempuan bekerja dengan gaji UMR Jogja. Suami si perempuan kebetulan juga UMR squad. Ketika ada orang tua mau meninggal meninggalkan banyak harta, siapa yang berhak mendapat lebih?
Jika merujuk pada teks lama, mau gak mau anak laki-laki dapat jatah dua kalinya anak perempuan. Namun jika merujuk konteks, ya tentu situasinya berbeda. Wasiat bisa membuat situasi ini lebih adil.
Sementara hukum warisan itu merupakan panduan apabila terjadi kebuntuan antar penerima harta waris. Bagi yang concern di bidang ini bisa share ya gaes...
Islam pun sangat menghargai mekanisme lain, seperti adat. Di masyarakat Minangkabau, pemberian waris justru dilimpahkan kepada anak perempuan. Anak laki-laki dituntut untuk merantau. Di sini kita bisa menggunakan “al-Addah Muhakkamah”. Adat bisa menjadi hukum.
Cara masyarakat Minang membagi warisan bisa diposisikan sebagai salah satu adat yang mengikat. Hukum syara’ bisa mendukung adat tersebut. Apalagi tidak ada dalil syar’i yang dilanggar.
Inilah mengapa perlakuan diskriminatif kepada perempuan sudah tidak zaman. Apalagi mengatasnamakan agama. Jika kita memahami agama secara komprehensif, maka bisa kita temukan bagaimana peran perempuan dalam berbagai bidang.
Dalam bidang intelektual, kita bisa merujuk Aisyah yang meriwayatkan ribuan hadis. Yang lebih kontemporer, di bidang militer, kita bisa melihat tokoh bernama Malahayati dari Aceh yang menjadi laksamana laut pertama perempuan.
Di bidang jurnalistik, kita bisa menemukan nama-nama hebat seperti Roehana Koedoes dll. Intinya, stop mengatakan perempuan lebih rendah dari lelaki. Kita semua sama. Konstruksi sosial yg menjadikan perempuan lebih rendah harus ditata ulang. Jangan ada diskriminasi di antara kita.
Gaes tahu istilah gender? Nah, seringkali kita keliru memahami bahwa apa yang kita sebut sebagai takdir, itu sebenarnya konstruksi sosial. Misal, feminin vs maskulin. Kuat vs lemah. Pink vs hitam.
Gender itu berada di ruang sosial. Ini bisa dipertukarkan setiap saat. Sementara takdir itu berasal dari sononya. Ini enggak bisa diubah. Terkait dengan aspek biologikal. Nah, gaes bisa lihat gambar ini.
Memasak, kerja kantor, nyuci, ngurus anak, itu adalah gender. Sementara melahirkan, menyusui, itu bagian dari seks. Gender bisa dilakukan siapa saja. Sementara seks, ya sudah dari sononya seperti itu.
Tahukah kamu bahwa Nabi Muhammad itu mencuci pakaiannya sendiri? Nah, mencuci baju itu bukan tugas istri. Tapi jika satu keluarga bersepakat untuk membagi tugas dan tugas mencuci di tangan istri ya monggo-monggo saja.
Yang penting jangan melakukan pembebanan kerja berlebihan dan menjustifikasinya sebagai bagian dari peran wajib. Hal-hal demikian adalah peran gender. Siapa saja bisa melakukan.
Nah, Gusmin sependapat dengan @ShaykhAzhar yang menyebut bahwa perempuan dan laki-laki harus memahami satu sama lain. Perempuan harus mandiri secara ekonomi, lelaki juga mesti mampu melakukan pekerjaan domestik. Ini bisa jadi hubungan yang saling melengkapi dan uwuwuwu
Bayangin aja masak bareng. Nyuci bareng. Mbabut rumput bareng. Uhuy banget lah ya. Apalagi sama-sama punya pemasukan. Jadi bisa urunan liburan. Tidak ada relasi kuasa di antara kita. Yang ada adalah relasi yang serasi dan saling melengkapi unch.
Bagaimana di Indonesia? Pada tahun 2017, terselenggara Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Cirebon. Kongres ini sangat bersejarah karena menjadi kongres ulama perempuan pertama di dunia. Ribuan orang berkumpul utk membicarakan peran perempuan di berbagai bidang.
Ada banyak hal yang dibahas, mulai soal relasi suami istri hingga peran perempuan dalam menjaga lingkungan. Progresif, bukan? Rencana, kongres kedua akan diselenggarakan lima tahun setelah 2017. Artinya tahun 2022. Mantap….
Oh, ya. Tepat di hari ini, Ibu Sinta Nuriyah berulang tahun lho gaes. Yuk kita panjatkan doa agar salah satu perempuan paling berpengaruh di dunia ini selalu diberi kesehatan supaya bisa membimbing kita semua. Amin…
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Jaringan GUSDURian

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!