, 40 tweets, 7 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror
#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 7)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Haloo, bertemu lagi di episode terbaru Threadku! Malam ini aku akan bercerita tentang pengalaman kunjunganku ke Candi Badut untuk bersemedi beserta "gangguan-gangguan"nya, seperti apa gangguannya? Langsung ku mulai ya!
Suatu hari ketika aku tidak melakukan apa-apa, aku mulai mencari-cari tempat peninggalan kuno di sekitar Malang Raya. Banyak juga peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Malang, seperti candi dan situs, tetapi kebanyak itu di daerah Singosari.
"Haahh... Singosari ya....", batinku sembari menghela nafas panjang mengingat kejadian traumatis ketika aku berkunjung ke Candi Singosari. Aku takut jika aku berkunjung ke tempat lain di Singosari, kejadian yang sama akan menimpaku.
Jemariku tetap sibuk men-scroll handphoneku mencari-cari peninggalan kuno di sekitar Kota Malang. Sekitar satu jam aku browsing di internet , mataku langsung tertuju pada tulisan "Candi Badut"
"Hah? Unik banget namanya.", batinku , kemudian aku melihat alamat dari candi itu. Nampaknya, candi itu terletak di sekitar Dau, Malang. dan yap lokasinya sangat dekat sekali dengan rumah tempat tinggalku.
"Wah , mantap!", aku bersemangat menggali informasi seputar sejarah dari Candi Badut. Setelah puas belajar tentang sejarah candi, aku berandai-andai bagaimana caranya agar aku bisa berkonsentrasi penuh dalam bersemedi.
"Aku awam tentang masalah ini, aku tidak terlahir di keluarga yang kejawen bahkan sedikit pun aku tak mengenal apapun tentang budaya Jawa.", gumamku ketus. Semakin pusing aku memikirkan tentang peralatan lengkap semedi akhirnya aku tertidur pulas tanpa terasa.
Dalam tidurku, aku bermimpi melihat sosok perempuan memakai kemben dan memakai mahkota kerajaan, membawa sesuatu seperti sesaji. Jika dilihat secara detail dalam sesaji itu terdapat stik beraroma harum serta beberapa kembang.
Seketika itu juga aku terbangun dari tidurku, ketika itu hal yang hanya aku ingat hanyalah stik beraroma harum itu. "Apa itu namanya? Kemenyan? Eh masa kemenyan sih.", batinku bingung
Tiba-tiba aku mendengar suara "Dupa" , "Masa dupa sih?", tanyaku semakin bingung. Dengan pikiran yang penuh pertanyaan aku mencoba browsing di internet tentang tempat dimana stik itu di jual, dan aku menemukan tokonya di sekitar Pasar Besar, Malang.
"Bingo! Tokonya di sekitar Pasar Besar Malang! Besok selepas kuliah aku akan beli stik itu!", seruku dengan semangat.
Esoknya selepas kuliah, aku membulatkan tekad untuk pergi ke toko itu dan membeli stik itu.
"Dupa a yang kamu maksud?", tanya penjaga toko itu sesampainya aku disana
"Tuh kan.", tiba-tiba suara itu muncul lagi sebagai respon dari penjaga toko itu
"Oalah, dupa to namanya. Iya, mbak aku beli satu bungkus.", jawabku memilih salah satu dari dupa itu.
"Banyak yo mbak jenisnya.", aku terkagum melihat berbagai macam jenis dupa
"Iya, mbak. Ada yang fungsinya buat aromatherapy ada yang fungsinya buat ritual.", jawab penjaga toko itu
"Hooo...", jawabku sambil mengangguk.
Setelah aku membeli dupa, aku berencana pergi ke Candi Badut untuk sekedar berkunjung kesana esok harinya. Aku mendapat feeling bahwa keluargaku pasti akan membuang dupa ini jadi, aku harus menyimpan dupa ini dengan benar agar tidak dibuang.
Esoknya, aku mulai berangkat menunju ke Candi Badut. Selama perjalanan aku merasa aneh entahlah padahal jarak posisiku dengan candinya masih cukup jauh, tapi aku mempunyai perasaan bahwa aku ditolak oleh leluhur disana?
Aku berusaha untuk tidak menggubris itu semua dan tetap melanjutkan perjalananku kesana. Sesampainya disana, selepas aku memarkirkan motor disana aku menginjakkan kaki ku pertama kalinya di Candi Badut.
Layaknya sebuah shockwave, aku merasa tersentak ketika aku menginjakkan kakiku disana. Kepalaku pusing, langkahku sempoyongan, "Ada apa ini?", tanyaku. Aku melihat mereka-mereka yang tak kasat mata memakai jarik dan kemben datan mengerubungiku
"NGAPAIN KAMU KESINI?!", bentak salah satu dari mereka. Dengan langkah yang sempoyongan aku tak menggubris pertanyaan mereka dan segera melangkah menunju ke candi. Sesampainya disana, aku melihat sebuah bilik yang di dalamnya terdapat Lingga-Yoni.
"Oh jadi ini Lingga-Yoni? Simbol keseimbangan dan kesuburan alam semesta.", gumamku sambil mengamati tiap sudut dari Lingga-Yoni tersebut, angin tiba-tiba berhembus kencang membentuk sebuah kabut hitam yang tinggi, kemudian kabut itu membentuk suatu sosok yang tinggi besar.
Samar-samar aku melihat, sosok hitam berbulu lebat dengan mata merah, dan sorot mata yang penuh amarah bertanya padaku, "Untuk apa kamu datang kesini?!"
"Aku tak ada maksud untuk merusak candi ini, kenapa Anda memarahiku?", jawabku tidak mengerti
"Pergi atau kamu akan aku bawa", responnya mengancam.
Penglihatanku semakin kabur, aku semakin tak sadarkan diri. Energiku serasa diserap oleh sosok itu.
"Tuhan salahku apa?! Aku tak bermaksud untuk merusak tempat ini, kenapa mereka menolakku?!", aku terus bertanya-tanya.
Tak lama kemudian, adzan sholat dhuhur berkumandang, sosok itu tersentak dan kemudian pergi begitu saja dengan mengembalikan seluruh energiku.
Suara adzan itu layaknya penyelamatku, aku kembali pada kesadaranku. Kabut hitam dan sosok itu tiba-tiba menghilang. Badanku lemas, aku segera keluar dari bilik candi dan aku terkapar lemas akibat kejadian tadi. "Apa itu?!", aku masih bertanya-tanya.
Setelah aku merasa sedikit sehat, aku beranjak pergi dari candi kemudian pergi pulang. Di pintu lokasi candi, terlihat sesosok wanita memakai kemben dan menatapku marah , aku tetap tersenyum dan membungkukkan badanku seraya berkata "Aku akan kembali lagi."
Dalam kunjungan kedua, aku berencana untuk mengajak temanku, Anjas untuk menemaniku bersemedi di Candi Badut.
"Apa? Kamu mau ikut aku semedi?", tanya Anjas
"Nggh enggak, aku aja yang semedi , aku minta tolong untuk jagain barang-barangku.", jawabku sedikit memelas.
"Lah, kamu semedi terus aku ga ngapa-ngapain dong. Kayaknya aku ga bisa nemenin deh, maaf ya. Mungkin kamu bisa ajak yang lain.", jawab Anjas.
Yah, apa boleh buat, lagi-lagi aku harus pergi sendiri, dan aku harus bisa menjaga barangku sendiri.
Hari berikutnya, aku berkunjung kesana dengan tidak membawa apa-apa, bahkan dompet pun tidak aku bawa, demi alasan kemanan. Hanya dupa dan korek api yang setia menemaniku.
Aku memulai sikap semediku, oh ya tak lupa aku menyalakan dupa, dan kemudian aku bersemedi. Aku memejamkan mataku untuk menambah konsentrasi, pada menit pertama ku merasakan gelap dan tenang. Namun, hal itu tak berlangsung lama....
Aku merasa mereka datang kemudian menghantamku satu persatu, aku merasa badanku sakit, kepalaku pusing, dan perutku terasa mual. Aku tetap berusaha memfokuskan diri untuk bersemedi hingga titik darah penghabisanku.
Aku membuka mataku dengan cepat, aku merasa keringat dingin membasahi sekujur tubuhku, aku merasa tubuhku pucat. Aku tak dapat menahan rasa mualku, tak mempedulikan dupa dan korekku , aku segera melarikan diri ke toilet dan memuntahkan semua isi perutku.
Terasa lega namun lemas, aku keluar dari toilet dan aku melihat sosok yang tengah duduk di sebuah pohon besar dekat toilet tersenyum menyeringai ke aku. "Demi Tuhan, salahku apa?!", lagi-lagi aku dibuat tidak mengerti.
Aku berjalan dengan sempoyongan, mengambil korek dan dupaku dan kemudian pulang.
"Aku akan tetap bersemedi disini sebelum aku menemukan tempat yang baru dan menjawab semua misteri dibalik ini semua", batinku.
Layaknya anak kecil yang mbethik (sangat nakal) aku tetap melangsungkan kunjungan ketigaku ke Candi Badut, aku datang dengan niat yang murni, bersemedi disana. Kali ini, mereka hanya menatapku geram , namun hal itu tidak aku gubris.
Aku duduk dalam posisi semedi dan memejamkan mataku. Kemudian aku terbayang berada di atas langit yang biru, disana aku melihat sosok seperti Dewa Siwa yang datang mengulurkan tangannya kepadaku.
"Wah, aku pikir Dewa Siwa itu hanyalah mitos belaka, ternyata beliau memang beneran ada.", gumamku terpukau. Selepas mendapat vision itu aku beranjak dari semedi, "Akhirnya berakhir tenang.", aku pun tersenyum.
Tanpa mempedulikan mereka-mereka yang tak kasat mata, aku menyalakan motorku dan pulang kembali ke rumah.
Namun, tak lama kemudian aku mengalami kecelakaan setelah aku pergi jarak beberapa meter dari candi. Aku melihat mereka-mereka yang tak kasat mata menertawakanku ketika aku terjatuh dari kecelakaan.
Seakan mimpi buruk, selalu apes ketika aku berkunjung kesana aku benar-benar mengutuk tempat itu, "Hoalah, apes lagi jon jon!" . Sepertinya memang aku tertolak ditempat itu namun aku tidak mengerti mengapa diriku ini tertolak.
Yak, sekian dari thread ini. Di episode selanjutnya aku akan menceritakan pengalamanku berkunjung ke Candi Sumberawan, Malnag! Jadi, stay tuned ya!!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!