Thread by @Jillyanto

@bacahorror @InfoMemeTwit
#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 10.2)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D

Haloo! Setelah sekian lama tidak update akhirnya update juga! Untuk episode kali ini aku akan menceritakan bagaimana Mbah Rais, sang pemangku Pura Penataran Agung Kilisuci, Kediri menceritakan sejarah berdirinya pura tersebut. Langsung aku mulai ya!

Di episode ini mungkin sedikit lebih pendek dari episode-episode sebelumnya, karena berfokus menceritakan sejarah pembangunan Pura Penataran Agung Kilisuci .

Di siang itu setelah aku dan Pak Arfian melakukan ritual panggilan pertama ke pura, kami duduk bersama Mbah Rais di depan rumah beliau sembari menikmati suasana siang yang panas.

"Sekarang tak ceritakan gimana pura ini dibangun, dulu Pura Penataran Agung Kilisuci tidak sebagus seperti ini, pura ini dulu sangat sederhana dan terbuat dari batu bata. Berkat bantuan dana punia dari orang-orang Bali, pura ini bisa sampai sebagus ini.", Mbah Rais menjelaskan

Dulu sekitar tahun 80-90 an umat Hindu di Kediri hendak membangun tempat persembahyangan di Kota Kediri, sebelum penentuan tempat dibangunnya pura para lelaku spiritual umat Hindu mengadakan komunikasi spiritual dengan para leluhur di Kediri.

Awalnya, pembangunan pura tersebut akan dibangun di sekitar sungai Brantas, Kediri. Namun, entah mengapa lokasi pembangunan tersebut dipindah ke lain tempat.

Hingga pada suatu malam, disaat umat Hindu sedang beribadah terlihat sebuah bintang jatuh berwarna biru nampak dari arah Timur menuju ke Barat hingga terjatuh di suatu tempat.

Bintang jatuh itu jatuh di sekitar lokasi Goa Selomangleng yang saat itu masih berupa hutan. Para umat Hindu di Kediri segera bergegas menuju arah jatuhnya bintang jatuh tersebut.

Beberapa finisepuh (orang yang dituakan) menyarankan bagi umat-umat Hindu di Kediri mengadakan sebuah ritual di Goa Selomangleng, Kediri selama tujuh hari tujuh malam.

Setelah bersemedi selama tujuh hari tujuh malam di Goa Selomangleng, Kediri. Para umat Hindu mendapat petunjuk dari para leluhur Kediri untuk membangun tempat persembahyangan tepat di lokasi jatuhnya bintang jatuh tersebut.

Mbah Rais mengatakan, bintang jatuh tersebut merupakan tanda bahwa leluhur Kediri merestui dibangunnya pura dan memberikan tanda lokasi kepada para umat Hindu terkait dengan pembangunan tempat persembahyangan tersebut.

Negosiasi pun terjadi antara pihak Pemerintah Kota Kediri selaku penyedia tanah dan para umat Hindu di Kota Kediri. Setelah negosiasi, pemerintah menyetujui pembangunan pura tersebut di lokasi Goa Selomangleng , Kediri.

Diperlukan waktu satu bulan bagi para umat Hindu di kota Kediri untuk membangun pura tersebut secara sederhana, berkat bantuan dari umat Hindu di Bali pula, Pura Penataran Agung Kilisuci dapat dibangun dalam waktu tersebut.

Setelah pembangunan selesai, dan Mbah Rais ditunjuk sebagai pemangku pura, diadakanlah sebuah upacara untuk memperingati selesainya pembangunan pura tersebut.

Pada suatu malam Mbah Rais bermimpi sesosok perempuan cantik, bernama Eyang Putri datang kepada Mbah Rais dan memberikan sebuah "dhawuh" atau petunjuk untuk mengadakan upacara pelinggihan di pura.

Dalam mimpi Mbah Rais, Eyang Putri berpesan bahwa beliau hendak pindah dari Goa Selomangleng, tempat Eyang Putri moksa (menyatu dengan alam dan mengakhiri tali samsara) menuju pura. Eyang Putri juga mengatakan bahwa Goa Selomangleng akan menjadi tempat yang kotor.

Mbah Rais menyanggupi dhawuh dari Eyang Putri untuk memberikan tempat pelinggihan beliau dan mengadakan upacara pelinggihan.

Nahh, berikut tempat pelinggihannya :D

Apa yang dikatakan Eyang Putri itu benar, dalam kurun waktu beberapa tahun setelah Pura Penataran Agung Kilisuci, Goa Selomangleng dibuka oleh Pemerintah Kota Kediri sebagai lokasi wisata.

Semenjak Goa Selomangleng dibuka sebagai lokasi wisata, banyak pengunjung yang tidak bertanggung jawab berbuat tidak sopan dan tidak senonoh di sekitar goa, sehingga goa tersebut menjadi kotor secara spiritual.

"Namun, meskipun Goa Selomangleng menjadi tempat yang kotor, Eyang Putri kerap datang ke goa untuk membina orang-orang yang sedang ritual disana melalui jalur ghaib.", ucap Mbah Rais

Aku tetap terdiam berharap Mbah Rais melanjutkan ceritanya.
"Kenapa Eyang Putri tetap datang menemui orang-orang yang sedang ritual di goa? Karena di goa semua orang dapat masuk , sementara di pura tidak.", Mbah Rais menjelaskan.

"Woo semacam ada seleksi alamnya ya, Mbah?", tanya Pak Arfian.
"Benar, ada seleksi alamnya untuk masuk ke pura ini. Selain umat Hindu yang boleh masuk, hanya orang-orang yang dipilih Eyang Putri saja untuk bisa masuk ke pura.", jawab Mbah Rais.

"Dan tentu saja ada persyaratannya untuk masuk ke pura ini. Sederhana saja, sampeyan cukup memakai kampuh (ikat sabuk dari selendang) untuk masuk ke Pura, dan membawa dupa.", Mbah Rais menambahkan

Dalam pertengahan percakapan, sayup-sayup aku melihat sosok wanita cantik melihat kami dari kejauhan.
"Eyangnya...", batinku
"Duh bulu kudukku merinding , itu lho Eyang Putri datang.", ucap Mbah Rais sambil menunjuk posisi dimana Eyang Putri berdiri.

"Wah, sepertinya kita harus cabut nih, yuk Putri ayo kita pulang.", ucap Pak Arfian kemudian kami berdua berdiri.
"Lain kali kalau ke Pura, bawa sesaji ya, sesajinya kembang telon dan kembang melati.", Mbah Rais berpesan

"Oh ya, kalau sampeyan mimpi lagi sampeyan datang lagi ke Pura ya.", Mbah Rais menambahkan.
"Siap, Mbah.", jawabku.

Sepulang dari pura aku terngiang-ngiang apa mimpi yang dimaksud Mbah Rais, tentang apa mimpi tersebut?
Itu membuatku sangat penasaran.

Okayy! Berikut akhir dari Thread ini! Untuk episode selanjutnya akan update pada malam Jumat ya!
Terima kasih telah membaca dan stay tuned untuk episode selanjutnya!