#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit
A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 12)
Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
"Loh? Kita ga mudik?", tanyaku.
"Nggak lah, kamu ga dengerin tadi?", tanya Mas Pratama kembali.
"G-gimana menurut Ayah?", aku menatap Ayah serius
"Ya itu tadi, bener kata Putra. Kita ga ke Situbondo lebaran tahun ini dan pergi liburan ke Jogja dan Solo.", jawabnya.
Esoknya, setelah sholat Ied, kami pun langsung pergi menuju Solo menggunakan kendaraan mobil.
"Kurang tidur, Mbak." jawabku jujur
"Kok bisa? Padahal bantal sama kasurnya empuk loh.", ucap Ibu tidak percaya
"Alah, hoax nih, wong kamu tidur nyenyak gitu mata kamu tertutup rapat gitu.", Ucap Mas Putra memancing emosiku.
"Disini nggak ada mereka-mereka yang memiliki aura negatif, Mbak.", jawabku dingin.
"Kalau begitu, sosok seperti Nyi Roro Kidul itu ada beneran ya?", tanya Mbak Ani.
"Hii! Ngerinya! Duh merinding aku, ayo kita keluar dari sini!", Mbak Ani menarik lenganku keluar halaman keraton.
Setelah, mengunjungi keraton kami pun berbelanja sekaligus makan malam kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke hotel.
"Ah bosen, keraton Surakarta cuma gitu-gitu aja isinya, ga se-mistis keraton Jogja!", Ibu menyangkal.
"Tapi , Mbak Ani kan belum pernah kesana.", ucap Ayah
"Oh, iya ya! Benar juga!", Ibu nampaknya setuju.
Keluargaku pun sepakat untuk pergi ke keraton Surakarta sebagai tujuan wisata.
Setibanya di keraton, kami disambut oleh abdi dalem yang bertugas sebagai pemandu wisata.
"Nah! Panjenengan semua ini asalnya darimana?", sapa Abdi dalem itu ramah.
"WAH KEDIRI! Berarti Jenggala ya! Wah! Wah! Kerajaan Jenggala itu adalah leluhur kami!", Abdi dalem itu nampak kegirangan terlihat dari matanya yang berbinar-binar.
Tour singkat kami di keraton Surakarta pun dimulai.
"Apakah njenengan (singkatan dari panjenengan) tahu kerajaan selanjutnya setelah kerajaan Majapahit?", tanya beliau.
"Benar sekali!", jawabnya dengan mata yang berbinar. Dalam penjelasannya, beliau banyak memberikan pertanyaan kepada kami seputar kerajaan Mataram Islam, dan sebagian besar pertanyaan itu bisa aku jawab secara tidak sadar.
Aku terdiam, dan membiarkan beliau untuk bertanya terlebih dahulu.
"Putri. Saya sebenarnya adalah lelaku spiritual namun, saya rahasiakan ini dari keluarga saya.". ucapku tanpa menunggu pertanyaan dari beliau.
"Oh beliau? Dari Pantai Selatan ya?", tanya sang abdi dalem berusaha menebak identitas Eyang Putri.
"Hoho! Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita!", sang abdi dalem itu tersenyum.
"Jika Sultan Pakubowono diasingkan, apakah dulu terjadi kekosongan kekuasaan?", tanyaku.
Lagi-lagi sang abdi dalem itu menatapku tajam kemudian tersenyum , "Wah.. wah..! Kritis sekali Mbak Putri ini, njenengan memang diikuti leluhur njenengan untuk belajar tentang leluhur kami!"
"Njenengan perlu mendalami tentang leluhur Jenggala, termasuk Eyang Putri itu.", ucap sang abdi dalem tersenyum.
"Aduh Gusti! Bagus itu! Njenengan memang dibimbing oleh leluhur njenengan! Njenengan adalah orang pilihan!", respon beliau girang.
Ayahku tersenyum tidak percaya, kemudian tidak menghiraukan ucapan beliau.
Abdi dalem itu tersenyum dan berkata, "Sampai jumpa di lain kesempatan!"
Aku melambaikan tangan kepada beliau dan kemudian kembali ke keluargaku. Kami pun melanjutkan perjalanan kami pulang ke Kediri.