, 39 tweets, 6 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror @InfoMemeTwit

#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 13)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Haloo! Ketemu lagi di episode 13! Memang spesial di minggu ini karena merasa bersalah untuk episode 12.1 yang membosankan hehehe... langsung aku mulai ya
Piknik Hari Raya Idul Fitri yang mengejutkan telah berlalu, semuanya kembali ke tempat semula. Mas Pratama sekeluarga telah kembali untuk bekerja, begitu pula aku yang kembali menjadi pelaku spiritual, dan melanjutkan ritual rutinku ke pura.
Seperti biasa, aku ditemani oleh pak Arfian untuk melaksanakan ritual rutin, dengan sesaji kembang melati dan kembang telon beserta ikat kampuh pinjaman dari mbah Rais, aku menghadap Eyang Putri di pura.
Selepas ritual, pak Arfian mengajakku untuk pergi ke desa Menang, Kabupaten Kediri.
"Ada apa disana?", tanyaku.
"Banyak, Pura Mpu Baradah, Sendang Tirtakamandanu, dan Pamuksan Sri Aji Jayabaya.", jawab Pak Arfian.
"Wahh! Ayo kesana!", mataku berbinar-binar padahal tak mengerti apa yang disebutkan Pak Arfian. Pak Arfian tersenyum seraya berkata, "Ayo!"
Pertama kami berkunjung ke Sendang Tirtakamandanu, setelah parkir motor kami berjalan berkeliling dan melihat patirtan (tempat pemandian) disana. "Hmm.. kurang asyik.", ucapku dalam hati. "Ayo , pak. Kita ke Pamuksan saja.", ucapku sedikit kecewa.
Kami berdua pun melanjutkan perjalanan kami menuju Pamuksan Sri Aji Jayabaya, dalam perjalanan pak Arfian menunjuk ke arah pura yang terletak di dekat sendang, "Itu Pura Mpu Baradah."
"Wah! Kapan-kapan kita kesana yuk!", jawabku "Yuk lah.", respon pak Arfian.
Tak berapa lama, kami pun tiba di Pamuksan Sri Aji Jayabaya. Arti kata "Pamuksan" adalah tempat moksha.
Jadi, tempat itu adalah tempat dimana Raja Kediri, Sri Aji Jayabaya menyatu dengan alam alias moksha.

Kami pun berkeliling pamuksan dan melihat ada tiga bagian penting dalam tempat itu.
Tiga tempat itu dinamakan "loka". Ada tiga loka disana, Loka Mahkota dimana sang Raja meletakkan mahkota sebelum moksha, Loka Busan tempat sang Raja meletakkan busana kerajaan, kemudian loka Moksha, tempat sang Raja moksha.
Kami pun telah menengok Loka Mahkota serta Loka Busana. Hanya saja, ada sesuatu yang aneh ketika memasuki Loka Moksha. "Pak, kepalaku pusing", keluhku sembari memegang kepalaku. "Energinya terlalu kuat ya?", tanya pak Arfian.
"Tapi, aku merasakan kejayaan Kediri disini. Kejayaan Kerajaan Kediri, Raja yang Agung, Sri Aji Jayabaya....", ucap pak Arfian dengan mata berbinar-binar. "Sampeyan benar, pak. Tapi rasanya belum waktunya kita untuk kesini.", jawabku.
"Iya, benar juga. Gimana kalau kita ke Situs Semen?", ucap pak Arfian
"Situs Semen?", tanyaku.
"Iya, sewaktu kuliah, aku pernah observasi kesana, aku yakin kamu pasti suka.", pak Arfian tersenyum.
"Hayuk lah!", jawabku tersenyum lebar. Kami berdua pun bergegas menuju tempat yang dimaksud oleh Pak Arfian.
Akses menuju Situs Semen lumayan sulit, jalanan yang berbatu dan hamparan sawah membuat motor yang digunakan Pak Arfian sedikit terguncang. Tetapi, akhirnya kami pun tiba dengan selamat.
Setibanya disana kami disambut oleh beberapa orang di gubuk sederhana. Nuansa yang alami serta arca-arca yang terlihat aus menyatu dengan alam sekitar membuat bulu kudukku merinding hebat saking kagumnya.
Diantara orang-orang di gubuk aku melihat seseorang pria yang sudah sangat sepuh (tua) yang menjadi pusat perhatianku karena, beliau sungguh memiliki energi yang besar, sungguh waskita dan berilmu tinggi bagiku.
Beliau tertawa keras ketika tahu aku sedang menatapnya keheranan. Kemudian beliau melihat pak Arfian yang hendak bersalaman dengannya, "Oalah, Pak Arfian to? Rahayu!". Lagi-lagi aku menemukan kosakata baru "Rahayu".
Pak Arfian menjelaskan bahwa "rahayu" merupakan salam yang lumrah diucapkan oleh lelaku spiritual Jawa. Kemudian beliau menatapku lagi-lagi dan tertawa keras, aku kaget namun aku mencoba untuk tetap tersenyum.
"Njenengan habis dari Eyang Putri ya?", tanya pria tua itu sembari tersenyum . Oh, aku pikir Pak Arfian telah memberi tahu beliau jika kami telah ritual disana. "Iya, Mbah.", ucapku.
"Njenengan asmane sinten?", tanya pria tua itu dengan logat Bahasa Jawanya yang halus seperti orang keraton. "Uhh..", aku bingung menjawabnya karena aku tidak bisa Bahasa Jawa Krama. "Namamu siapa?", Pak Arfian menerjemahkan.
"Oh! Nama saya Putri, Mbah.", jawabku . "Oalah, Eyang Putri", pria tua itu kembali tertawa keras. "Eyang Putri??", batinku tertegun . "Oh iya, Mbahnya ini namanya Mbah Yudi, beliau juru kunci Situs Semen.", pak Arfian memperkenalkan pria tua itu.
"Rahayu, Eyang Putri.", Mbah Yudi tersenyum kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku. "Rahayu, Mbah. Panggilnya 'mbak' saja , Mbah.", jawabku sembari menjawab uluran tangan Mbah Yudi untuk berjabat tangan.
Aku tak mengerti mengapa Mbah Yudi memanggilku Eyang Putri, persis bagaimana aku memanggil leluhur Kediri "Eyang Putri" . Semakin aku belajar tentang spiritualitas, semakin banyak orang aneh saja.
Kami pun duduk-duduk bersama mbah Yudi di gubuk. "Tempat apa ini, Mbah?", tanyaku . "Tempat ini adalah Kedaton Agung Mukti Mamenang, Kedaton Kerajaan Kediri. ", jawab Mbah Yudi.
"Di depan kita ada arca Garudamukha beserta Prabu Airlangga yang dulu digunakan sebagai 'stempel' kerajaan. Jadi, secara singkat tempat ini adalah kerajaan.", Mbah Yudi menambahkan. "Wuoh!! Pantas auranya gimana gitu , Mbah!", responku sembari tersenyum.
"Sampeyan disini dalam rangka apa, nduk?", tanya Mbah Yudi. "Tadi keliling, Mbah. Ke daerah Menang sana terus diajak Pak Arfian kesini.", jawabku. Setelah beberapa menit keheningan, aku mulai menceritakan perkara panggilan Eyang Putri .
Selain menjelaskan tentang panggilan Eyang Putri, aku pun juga menceritakan pengalaman-pengalaman spiritualku, dan Mbah Yudi pun menerjemahkan semuanya.
"Jadi, Mbak Putri sampeyan ini diberi keanugerahan oleh Gusti Pengeran.Bisa dikatakan sampeyan dititisi oleh Eyang Putri. Sampeyan sama Eyang Putri diarahkan kesini untuk menemui Romo-nya (Ayahnya), Prabu Airlangga.", ucap Mbah Yudi.
Aku kaget bukan kepalang atas apa yang diucapkan oleh Mbah Yudi, belum sempat aku menyelesaikan rasa kagetku Mbah Yudi berkata, "Jadi... Selamat datang kembali ke rumah panjenengan, Eyang Putri.".
Kepalaku rasanya tak kuat menerima informasi yang begitu gamblang dari Mbah Yudi. Mbah Rais pun, tidak memberikan infromasi segamblang ini. Mbah Yudi tertawa melihatku yang begitu kaget.
Badanku panas-dingin rasanya mendengar informasi dari Mbah Yudi. Aku merasa tak pantas menjadi orang yang dekat dengan leluhur mengingat sudah berapa banyak dosa yang aku perbuat.
"Sampeyan nanti dipanggil oleh para leluhur di Jawa dengan cara ritual keliling tempat-tempat sakral di Pulau Jawa.", lagi-lagi Mbah Yudi memberikan informasi yang begitu mengejutkan.
"Ugh.. baru pertemuan pertama sudah tidak karuan begini.", batinku sembari menutup mukaku.
Seakan mengerti dengan keadaanku yang syok, mbah Yudi menawarkan aku dan pak Arfian untuk sungkem ke leluhur dengan cara memberikan dupa pada arca kemudian bersemedi di depan arcanya. Kami dengan sigap menerima tawaran Mbah Yudi.
Dalam semediku, ada rasa lega seperti "Akhirnya aku bertemu dengan guru spiritualku, jalanku tidak lagi asal-asalan."

Sesudah bersemedi, kami pun pamit pulang ke Mbah Yudi.
Dalam perjalanan aku bertanya kepada Pak Arfian, "Pak, sampeyan tadi ngasih tahu mbah Yudi kalau kita selesai sowan ke Eyang Putri?" . "Nggak, Mbah Yudi tahu sendiri.", jawab Pak Arfian. "NANIIIIII!!!!!", spontan aku berteriak kaget.
"Aku ya kaget, Mbah Yudi bisa ngerti kalau kita habis sowan kesana.", kata pak Arfian kaget. Badanku terkulai lemas akibat syok yang aku rasakan secara bertubi-tubi. "Ayo pak,pulang ae wes.", ucapku lemas.
Okayy! berikut akhir dari Thread ini! Terima kasih sudah membaca! Episode selanjutnya akan update malam Jumat , seperti biasanya ya! So stay tuned~!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!