, 43 tweets, 8 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror @InfoMemeTwit

#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 14)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Haloo! Ketemu lagi nih di episode terbaru Thread utamaku! Setelah sekian lama istirahat akhirnya bisa update juga! Di episode ini aku akan menceritakan tentang bulu perindu, apa itu? dan bagaimana ceritanya? Kuy simak!
Tak selamanya orang memiliki hati yang suci secara absolut, begitu pula sebaliknya. Kita adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, kita bisa menjadi jahat yang melebihi dari sosok iblis, begitu pula menjadi baik yang melebihi dari sosok malaikat.
Ada kejahatan di balik kebaikan, begitu pula kebaikan . Semua itu aku alami ketika aku berkunjung ke Situs Semen untuk kedua kalinya.
Hari itu bermula ketika aku telah menunaikan ritual rutinku bersama Pak Arfian di pura. Pak Arfian mengajakku untuk pergi mengunjungi Situs Semen dan aku menyanggupinya mengingat, aku telah bertemu dengan guru spiritualku, Mbah Yudi jadi, aku sangat senang jika aku kesana.
Seperti biasa, sesampainya di lokasi situs. Mbah Yudi menyambutku dengan gaya beliau yang khas akan kultur Jawa. "Lho, Nak Arfian, sama Mbak Putri . Rahayu!", Mbah Yudi memberi salam seraya bersalaman dengan kami berdua.
"Kami berdua habis ritual di pura, Mbah.", ucap Pak Arfian basa-basi . "Di Selomangleng sana?", tanya Mbah Yudi. "Iya, Mbah.", jawab Pak Arfian.
Setelah basa-basi, kami pun memberikan dupa di depan arca Garudamukha serta Prabu Airlangga sebagai wujud penghormatan kepada leluhur.
Seusai memberikan dupa, kami bertiga duduk menikmati keheningan dan pemandangan yang rindang di sekitar lokasi situs.
"Kalian berdua ini nantinya akan datang ke tempat leluhur di Jawa terus.", ucap Mbah Yudi tiba-tiba.
"Pripun (bagaimana), Mbah?", tanya Pak Arfian berharap Mbah Yudi mengulang ucapannya.
"Nggh?", aku tiba-tiba terbangun dari rasa kantukku
"Ya kalian berdua itu lho, nanti kemana-mana selalu berdua. Ke tempat-tempat leluhur di pulau Jawa.", Mbah Yudi menegaskan.
"Dan nanti Mas Arfian yang akan selalu menjaga Mbak Putri kemana pun Mbak Putri pergi.", Mbah Yudi menambahkan. "Hah?", mataku terbelalak, aku tak percaya kemudian aku menengok melihat Pak Arfian yang sedang tersenyum kesengsem.
Tak lama kemudian, sayup-sayup aku melihat sosok pria paruh baya datang mengampiri kami bertiga. Semakin mendekat , semakin aku merasakan aura yang besar dan gelap menyelimuti pria itu.
"Rahayu, Mbah!", sapa pria itu.
"Oalah, Rahayu! Rahayu!", ucap Mbah Yudi menyapa balik. Pria itu duduk tepat di sampingku, duduk mendekat. Aku pun memberi jarak dan memegang lengan Pak Arfian erat. "Apa sih, bapak ini.", gumamku merasa risih.
Aku menatap Pak Arfian yang nampaknya sangat waspada kepada pria itu. Tatapannya tajam seakan sedang ancang-ancang untuk bertindak defensif. Ya, memang aura pria itu sungguhlah gelap dan mengerikan. "Jangan-jangan orang ini praktisi ilmu hitam.", batinku.
Tak lama kemudian pria itu mulai bercerita tentang pengalaman spiritual dirinya, kemudian bercerita seputar jagad Jawa, sampai ngelantur kemana-mana. Kalau kata orang Jawa , ucapannya "ngalor-ngidul" mengarah ke arah yang tidak jelas.
Mataku tetap awas melihat pria itu. Sadar aku menatapnya tajam, pria itu menatapku balik. Dengan cepat aku mengalihkan pandangan, yang aku tahu praktisi ilmu hitam dapat "meracuni" calon korbannya melalui tatapan mata.
"Mbah!", ucap pria itu membuang tatapannya dariku.
"Nggih?", respon Mbah Yudi. "Panjenengan tahu bulu perindu?", tanya pria itu. "Bulu perindu?", tanya Mbah Yudi kembali. "Itu lho, Mbah. Yang dipakai untuk menambah wibawa pemimpin sama memikat lawan jenis.", jawab pria itu.
PS : Sedikit pengetahuan bagi teman-teman sekalian. Ini adalah wujud dari bulu perindu. Ukurannya sangat kecil.

(Foto diambil dari Google)
"Oalah, kenapa?", tanya Mbah Yudi penasaran. "Bulu perindu itu dari Kalimantan asalnya, Mbah. Tapi kalau saya cari-cari di Jawa ternyata ada, dan ternyata bukan ilmu hitam lho, Mbah. Cuma sebagai penambah wibawa dan memikat lawan jenis saja.", pria itu menjelaskan.
"NANI?! BUKAN ILMU HITAM KATANYA?! Kalau melukai orang lain itu namanya ilmu hitam! Jelas-jelas ilmu seperti pelet itu makan korban, baik targetnya maupun tumbalnya!", dalam hati aku menyangkal keras.
Pak Arfian mengeluarkan smartphone-nya kemudian mengetikkan sesuatu dan memberikannya kepadaku. Tulisan yang diketik oleh Pak Arfian dalam smartphone-nya adalah "Hati-hati, orang ini berbahaya." , aku mengangguk tanda setuju. Memang orang itu adalah orang yang berbahaya.
"Saya koleksi banyak barang-barang, Mbah. Termasuk bulu perindu!", ucap pria itu dengan bangga sementara Mbah Yudi hanya mengangguk tersenyum. Sepertinya Mbah Yudi juga sadar akan bahaya yang sedang menghantui kami.
Pria itu menatapku lagi dengan tatapan yang sangat aneh. Aku sangat sadar bahwa dia sedang mengincarku, lengan pak Arfian semakin erat ku pegang tanda aku semakin waspada sekaligus ketakutan.
Pria itu mengeluarkan sesuatu dari tas hitam kecil lusuhnya, sebuah kantung yang berisi mustika mutiara dan sepasang bulu perindu. "Ini, Mbah. Gaman pusaka saya! mustika ini yang bikin bos saya keok di hadapan saya!", ucap pria itu bangga.
Mbah Yudi hanya tertawa terkekeh melihat "koleksi" pria gila itu. Pria itu menatapku lagi, dan memberikan bulu perindu itu kepadaku. "TAMAT RIWAYATKU!!", teriakku dalam hati, tanpa sadar aku menerima bulu perindu itu.
Aku terdiam kaku, sementara pak Arfian menutup mukanya pertanda pasrah dengan tingkah bodohku ini, sementara Mbah Yudi masih tersenyum diam . "AKU KUDU PIYE?! (aku harus bagaimana?!)", batinku ketakutan setengah mati.
"Pakai ini biar laki-lakinya Mbak terpikat sama sampeyan.", pria itu nyengir "Aaa.. a.... a...", ucapku terbata-bata. Ku lihat Pak Arfian masih tak kuasa melihatku memegang bulu perindu itu.
"Ayo lah! Itu bukan ilmu hitam, Mbak! Itu bukan syirik! Ambil aja!", ucap pria itu sedikit memaksa. Aku masih terdiam, dan tiba-tiba terdengar bisikan berupa dorongan untuk menyimpan bulu perindu itu. "Ga usah dipakai cukup buat koleksi saja!", suara itu datang dan merayuku.
Aku tetap terdiam kaku, tak tahu apa yang harus kulakukan. "Gini ya, Mbak. Coba amati bulu perindunya. Kalau bergerak tandanya bulu perindunya itu jodoh sama sampeyan, tinggal gunakan saja biar si laki-lakinya itu makin terpikat sama Mbaknya.", ucap pria itu lagi.
"P... Pak... Pak.....", ucapku mencoba memanggil Pak Arfian untuk meminta tolong namun, seketika itu juga tenggorokanku serasa seperti disekat dari dalam sehingga aku tak dapat mengucapkan apa-apa.
"Kene (sini) aku ambilnya saja wes.", Mbah Yudi akhirnya mengambil tindakan kemudian meminta bulu perindu yang aku pegang, tanpa berpikir panjang aku segera menyerahkan bulu perindu itu kepada Mbah Yudi. Beliau pun menerima bulu perindu itu sambil tertawa terkekeh.
Aku pun terkulai lemas, antara lega dan kelelahan setelah ketegangan tadi. Mbah Yudi pun nampaknya menyimpan bulu perindu itu kemudian tertawa kecil, aku lihat Pak Arfian bernafas lega dan pria itu nampaknya sedikit kecewa.
"Mbah, saya mau ke toilet dulu ya.", ucapku meminta izin kepada Mbah Yudi untuk pergi ke toilet. "Nggih, mangga (ya, silahkan), Mbak Putri.", respon Mbah Yudi tersenyum.
Beberapa menit kemudian, aku kembali dari toilet dan nampaknya aku melihat pria gila itu pergi. Aku menghampiri Mbah Yudi dan Pak Arfian, "Kemana bapak-bapak itu?" , "Sudah pulang.", jawab Pak Arfian singkat.
Aku merespon respon dari pak Ardi dalam diam, kemudian duduk seraya memegang kepalaku yang mulai terasa pusing, aku juga merasa suhu badanku mulai menghangat. "Diselamatkan karo Gusti, Mbak.", ucap Mbah Yudi yang nampaknya paham dengan kondisiku.
"Iya, Mbah...", jawabku singkat . "Tadi orangnya sempat tanya namamu loh, waktu kamu ke toilet barusan.", ucap pak Arfian. "Terus? Sampeyan kasih tau nama asliku?", tanyaku, "Nggak lah, jelas-jelas dia mau ngasih pelet ke kamu. Jelas ga aku kasih tau!", jawab pak Arfian tegas.
"Kamu ini, ngapain juga nerima bulu perindu dari dia! Sudah aku kasih peringatan juga!", pak Arfian menegurku . "Iya.. aku penasaran, tapi ga nyangka aku dijebak.", responku polos.
"Tapi, senantiasa dilindungi leluhur,Mbak. Sampeyan dilindungi Eyang Putri.", ucap Mbah Yudi. "Jadi, tadi orangnya jahat ya, Mbah? Saya mau di pelet dia?", tanyaku . Mbah Yudi mengangguk setuju.
Aku terdiam lemas kemudian menunduk lemah. "Orangnya tadi suka sama kamu, tadi dia juga tanya namamu. Tapi, gak aku kasih tahu, karena dukun itu juga bisa mencelakai orang dari nama juga. Dia juga tanya wetonmu juga.", ucap Pak Arfian.
"Segitunya ya...", ucapku lemas, kepalaku terasa berat dan badanku mulai semakin panas mendengar ucapan dari Pak Arfian.
"Mbah, badan saya panas. Apa ini efek dari ilmunya dia?", tanyaku.
"Oalah, hahaha..! Bukan, Mbak! Sampeyan terlalu lelah saja, istirahatlah. Itu cuma demam biasa!", respon Mbah Yudi yang kemudian tertawa. Pak Arfian beranjak dari tempat duduk kemudian menghampiriku, "Ayo pulang.", aku menatap pak Arfian kemudian mengangguk lemas.
Aku pun dibantu berdiri oleh Pak Arfian , "Mbah, saya sama Mbak Putri pamit pulang dulu ya." . "Iya, Nak Arfian, Rahayu." , respon Mbah Yudi kemudian kami bertiga bersalam-salaman , dan pergi pulang ke rumah.
Aku hampir selamat dari malapetaka, sungguh aku tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta karena diselamatkan dari pria gila yang hendak melukaiku melalui ilmu hitam jenis pelet.
Yak, berikut akhir dari episode ini!Terima kasih telah membaca! Maaf nih tata bahasanya sedikit semrawut karena beban pikiran hehehe... Untuk episode selanjutnya akan update malam Jumat minggu depan, so, stay tuned ya!!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!