, 48 tweets, 8 min read
My Authors
Read all threads
@bacahorror @InfoMemeTwit

#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit

A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 20)

Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
Haloo! Ketemu lagi di episode baru Thread Utamaku! Langsung aku mulai ya!
Lelah, lesu, dan letih. Itu yang aku rasakan sekarang, tak henti-hentinya aku mengeluh tentang jalur kehidupanku yang sungguh aneh. "Kenapa aku seperti ini?", keluhku. Permasalahan pelet dari Mbak Ningsih tak kunjung selesai.
Yah, memang sekarang aku Bersama pak Arfian tidak mendapat gangguan apapun selepas kami ritual di pura beberapa waktu yang lalu. Hati terasa tenang namun, entah mengapa kondisi fisikku semakin lemah , hari demi hari.
Aku khawatir dengan Murti yang tiap harinya selalu mengalami gangguan ghaib. Tak henti-hentinya aku mengirimkan chat kepadanya hanya sekedar menanyakan kabarnya.
"Gimana?", tanyaku dalam chat
"Aku sekarang lagi nagih pelakunya, barang-barang buat media peletnya.", jawab Murti.
"Sebenarnya siapa sih pelakunya?", tanyaku.
"Dia dosenku, syukurlah pelakunya satu kota jadi, enak nagih barangnya.", jawabnya
"Wah, dunia ternyata sempit ya.", jawabku lagi.
Murti mengatakan bahwa terjadi perdebatan yang alot antara dia dan pelaku pelet itu. Si pelaku tetap kukuh mengatakan bahwa dia tidak melakukan perbuatan keji itu kepada Mbak Ningsih, namun, ustadz dari Mbak Ningsih serta mentor dari Murti mengatakan bahwa dialah pelakunya.
Aku juga mendapatkan sebuah kabar dari teman Mbak Ningsih bahwa, sang pelaku sedang kesusahan bagaimana agar pelet itu tidak lepas dari Mbak Ningsih. Dia terus mengeluarkan dalam jumlah banyak untuk keperluan sesajen dan membayar dukun pelet itu agar tidak terlepas.
Teman dari Mbak Ningsih juga mengatakan bahwa, jin-jin itu tak kuasa melawan kekuatan dari para leluhur namun, mereka tetap berusaha untuk menyerang kami semua.
Ah, aku bosan dengan semua ini. Aku menginginkan sebuah hiburan untuk melepas segala penat. Tak lama kemudian ada notifikasi chat masuk dari Pak Arfian.
"Ke situs yuk.", ajaknya.
Tanpa berpikir Panjang aku segera bersiap-siap untuk pergi ke Situs Semen bersamanya.
Sesampainya disana, seperti biasa Mbah Yudi menyambut kami berdua dengan logatnya yang khas dan halus. Kami pun dipersilahkan duduk Bersama beliau, sekitar sepuluh menit kami diam dalam seribu Bahasa kemudian Mbah Yudi pun bertanya, "Gimana Mbak Putri, peletnya?"
"Ah, anu, Mbah. Sudah ada perkembangan tapi ya , masih diserang terus-terusan.", jawabku
Mbah Yudi pun tertawa mendengar ucapanku.
"Mbah, kalau saya gagal dalam urusan ini, apa benar saya akan mati?", tanyaku
"Mati...? Hahahahaha!! Oalah, yo nggak to, Mbak Putri... Mbak Putri... Piye to sampeyan iki (gimana sih kamu ini). ", Mbah Yudi tertawa keras.
"Dibantu Eyang Putri kok mati, yo nggak to, Mbak.", lanjut Mbah Yudi
"Kalau mati nggak, Mbak. Paling ya kehabisan energi, ya capek, ya ngantuk, ya lapar. Paling kalau parah ya pingsan saja, nggak sampai mati.", Mbah Yudi menambahkan
"Saya sempat takut , Mbah….", jawabku dengan suara lirih.
"Kalau urusan macam itu urusan sepele, Mbak di mata leluhur itu.", Mbah Yudi tersenyum.
"SEPELE?! Sampai diganggu tiap malam itu hal sepele , Mbah?!", tanyaku kaget
"Iya.", jawab Mbah Yudi singkat
"Wah…", responku speechless.
Tak lama kemudian Nampak seorang tamu berjalan mendekati gubuk tempat kami duduk. Seorang pria berbadan kurus dating menghampiri kami semua, bersalaman serasa menyapa , "Rahayu!"
"Walah, pak Bas. Rahayu! Rahayu!", jawab Mbah Yudi menyambut laki-laki itu.
Setelah percakapan basa-basi , lelaki yang bernama Pak Bas mulai bercerita, "Saya habis sowan (bertamu) ke Alas Purwo, Banyuwangi, Mbah. Sama sowan ke Mbak Farida."
"Walah iya.. hahaha, pripun? pripun? (Bagaimana)", tanya Mbah Yudi.
"Mbak Farida itu ternyata bukan hantu, Mbah. Beliau itu leluhur, ternyata. Mbak Farida bisa kelihatan kalua beliau keluar Jawa Timur, Mbah. Kalau di Jawa Timur beliau jadi ghaib.", jawab Pak Bas
"Oalah, pantes ya , sempat ada rumor kalau Mbak Farida kuliah di Jakarta kemudian di lamar oleh laki-laki ya...", respon Mbah Yudi
"Mbak Putri tahu Mbak Farida?", tanya Mbah Yudi
"Eh? Siapa?", tanyaku balik
"Oalah, Mbak Farida!", ucap Pak Arfian spontan
"Siapa?", tanyaku kebingungan
"Mbak Farida dulu legenda yang sempat viral di Kediri, era tahun 90'an. Dia berasal dari Ngadiluwih sana.", jawab Pak Arfian menjelaskan.
Pak Bas mengangguk tanda setuju.
"Tiap ada orang Ngadiluwih yang nduwe gawe (punya hajatan), secara misterius akan dibantu Mbak Farida. Misal, ada orang yang mau bangun rumah, dalam waktu semalam tiba-tiba ada material bangunan di depan rumah orang itu, serta nota yang bertuliskan "Farida" ",
Mbah Yudi menambahkan.
"Mbak Farida juga sering naik bus yang mengarah ke Kediri, biasanya kalau bus yang dinaiki Mbak Farida, bus itu akan mendapat keberuntungan berupa rezeki yang banyak seperti, bus nya akan laris manis.", Pak Bas ikut menambahkan.
"Hoo.. Lha terus, gimana si supir tahu kalau dia sedang mengantar Mbak Farida?", tanyaku.
"Si supir bus mendadak memberhentikan bus nya disuatu tempat, kemudian membuka pintu bus nya. Terus, bus itu akan mengarah menuju Kediri,
dan bus itu tiba-tiba berhenti seakan sedang menurunkan penumpang.", Pak Bas menjawab
"Belum pernah ketemu Mbak Farida ya, Mbak Putri?", tanya Mbah Yudi.
"Saya saja baru dengar namanya sekarang , Mbah.", jawabku polos.
"Oalah, hahaha!! Mbak Farida itu baik sekali kok, Mbak Putri. Saya nggak nyangka kalau Mbak Farida itu juga leluhur.", ucap Mbah Yudi tersenyum.
Dari percakapan itu lah aku mulai berandai-andai tentang bagaimana sosok Mbak Farida itu.
Malam harinya, berbekal lampu tidur yang remang-remang aku bermain game di laptopku, dalam hitungan detik aku merasakan anomali energi serta bayangan hitam yang datang dengan secepat kilat.
"Ack! Siapa?!", teriakku spontan.
Tampak sosok bayangan hitam berwujud seperti wanita berdiri tepan di depan Kasur tempat aku bermain laptop. Aku menyalakan lampu kamar tidur dan nampaklah seorang wanita cantic memakai kemeja putih ala wanita era 90'an, serta rok hitam pendek sekitar se-lutut.
"Halo!", sapanya seraya tersenyum.
"Siapa? Kamu bukan jin pengganggu yang dari ilmu pelet itu kan?!", tanyaku bersiaga.
"Bukan… bukan…", jawabnya sedikit tertawa .
"Aku yang tadi dibicarakan di situs. Farida.", ucapnya.
Mataku terbelalak kaget, mulutku terbuka lebar melihat Mbak Farida yang berdiri tepan di depanku.
Inginku memberinya sebuah tes untuk membuktikan apakah dia benar Mbak Farida atau hanya jin kloningan.
"Njenengan benar Mbak Farida atau bukan akan aku serahkan ke Sang Pencipta. Jika njenengan hanyalah jin kloningan, njenengan akan menerima akibatnya.", ucapku
Mbak Farida tersenyum merespon ucapanku
"Jadi, kenapa njenengan menemui saya? Apakah saya orang yang berharga di mata njenengan, sehingga njenengan datang bertamu?", tanyaku.
"Ah, itu tidak bisa aku jelaskan, tapi aku memang ingin sekali menemuimu.", jawabnya sembari tersenyum
"Oh, oke. Mumpung njenengan disini aku punya banyak pertanyaan buat njenengan. Boleh ya saya bertanya ke njenengan?", tanyaku
"Boleh.. Boleh…", jawab Mbak Farida
"Aku sudah tahu sedikit tentang njenengan, dari Mbah Yudi dan juga diinternet.", ucapku.
"Njenengan lumayan terkenal ya di era 90'an?", tanyaku.
"Iya.", jawabnya
"Njenengan pernah kuliah di Jakarta ya?", tanyaku kembali
"Iya, aku pernah mencoba kuliah disana dan lulus. Aku ingin tahu rasanya berkuliah.", jawabnya
"Oh, ya kamu juga kuliah kan? Semester berapa?", tanya Mbak Farida
"Semester lima.", jawabku singkat
"Ohh, hahaha... terus ada lagi yang mau ditanyakan?", tanya Mbak Farida
"Oh, ya. Njenengan katanya pernah dilamar sama laki-laki ya?", tanyaku.
"Njenengan memberikan alamat yang ternyata alamat itu sebuah kuburan di Ngadiluwih ya , Mbak? Pas itu, apa njenengan menolak lamarannya?", tanyaku menambahkan
"Iya, aku pernah di lamar oleh seorang laki-laki, dan kuburan itu memang rumahku.", jawabnya.
"Kalau menolak lamarannya sih, gimana ya jawabnya… Kamu pasti paham lah alur cerita ini.", Mbak Farida menambahkan.
"Ah iya, aku paham. Beda dunia.... Terus terus aku mau tanya lagi, maaf kalau pertanyaan ini membuat njenenang jengkel.", ucapku
"Nggak, nggak sama sekali kok hahaha...", jawabnya sembari tertawa kecil
"Njenengan suka membantu banyak orang di Ngadiluwih nih, bahkan supir bus saja njenengan bantu. Tapi, kenapa njenenangan sudah tidak membantu banyak orang lagi?", tanyaku
"Ah, itu… Aku nggak mau terjadi fitnah, kamu tahu lah watak manusia. Niatku murni ingin membantu mereka namun, diantara dari mereka berpikir bahwa aku membantu manusia agar aku disembah oleh mereka, mereka berpikir akulah yang membuat mereka menyekutukan Tuhan.", ucapnya
"Padahal aku tidak bermaksud itu, aku tidak ingin disembah, dan baik aku maupun manusia kita semua sama-sama dan tetap menyembah kepada Tuhan yang Maha Esa. Aku ini juga makhluk Tuhan, dan aku pun juga menyembahNya, bukan aku mau disembah.", Mbak Farida menambahkan
"Ah, iya… Aku juga membaca di internet banyak dari penulis blog disana mengatakan bahwa sebaiknya untuk tidak mempercayai njenengan, agar tidak menyekutukan Tuhan, dan ada juga yang memberikan saran untuk tidak menyembah njenengan.", ucapku
"Oleh karena itu, aku tidak muncul secara frontal lagi seperti dahulu kala, agar tidak terjadi fitnah.", ucap Mbak Farida.
Aku mengangguk tanda setuju, kemudian kami berdua pun diam sejenak.
"Aku datang kesini sebagai pelipur laramu. Aku tahu kamu sekarang sedang menghadapi cobaan yang berat tapi, aku yakin kamu bisa melewatinya.", ucapan Mbak Farida tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
"Ah, iya…", ucapku singkat.
"Kamu bisa menganggapku sebagai kakakmu.", Mbak Farida tersenyum.
"Kakak? Njenengan usianya sudah sepuh dan aku masih muda, masa pantas disebut sebagai kakak? Bukannya itu tidak sopan?", tanyaku.
Mbak Farida pun tersenyum.
"Apakah lebih baik aku manggil njenengan "Eyang" saja sebagaimana aku memanggil Eyang Putri?", tanyaku
"Ah, tidak perlu, dik.", jawabnya sembari tersenyum
"Dik…", ucapku kaget
"Anggap aku ini, Mbak mu, dik.", ucapnya tersenyum
Aku menatapnya terdiam.
"Mainlah ke rumahku kalau kamu ada waktu, aku akan selalu menunggu kedatanganmu.", ucapnya
"Iya kah? Boleh??", tanyaku
"Boleh hahaha...", jawabnya terkekeh.
"Tidurlah, sekarang sudah larut malam. Aku akan menemanimu sampai kamu tertidur.", ucapnya
"Baiklah, selamat malam, Mbak." , responku
"Kalau kamu butuh teman curhat, panggil lah aku. Aku pasti akan datang mendengarkanmu.", lagi-lagi Mbak Farida tersenyum
Aku pun tersenyum membalas ucapan dari Mbak Farida , tak lama kemudian aku terlelap dalam tidurku. Sungguh, Mbak Farida merupakan sosok yang sangat baik hati. Sayang sekali, banyak manusia yang masih belum mengerti kebaikan dari beliau. Kapan aku bisa menemuinya lagi?
Oke! Berikut akhir dari episode ini! Terima kasih telah membaca! Episode selanjutnya Insha Allah akan update seperti biasa ya, pada malam Jumat. So stay tuned ya!!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Yanto S.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!