#bacahorror #horror #ceritahorror #Spirituality #pengalamanspiritual #memetwit
A THREAD : Pengalaman pribadi sebagai anak indigo dan pelaku spiritual (Episode 20)
Untuk episode-episode sebelumnya bisa dilihat di tab likes profil saya yaa :D
"Gimana?", tanyaku dalam chat
"Sebenarnya siapa sih pelakunya?", tanyaku.
"Dia dosenku, syukurlah pelakunya satu kota jadi, enak nagih barangnya.", jawabnya
"Wah, dunia ternyata sempit ya.", jawabku lagi.
"Ke situs yuk.", ajaknya.
Tanpa berpikir Panjang aku segera bersiap-siap untuk pergi ke Situs Semen bersamanya.
Mbah Yudi pun tertawa mendengar ucapanku.
"Mbah, kalau saya gagal dalam urusan ini, apa benar saya akan mati?", tanyaku
"Dibantu Eyang Putri kok mati, yo nggak to, Mbak.", lanjut Mbah Yudi
"Saya sempat takut , Mbah….", jawabku dengan suara lirih.
"SEPELE?! Sampai diganggu tiap malam itu hal sepele , Mbah?!", tanyaku kaget
"Iya.", jawab Mbah Yudi singkat
"Wah…", responku speechless.
"Walah, pak Bas. Rahayu! Rahayu!", jawab Mbah Yudi menyambut laki-laki itu.
"Walah iya.. hahaha, pripun? pripun? (Bagaimana)", tanya Mbah Yudi.
"Mbak Putri tahu Mbak Farida?", tanya Mbah Yudi
"Eh? Siapa?", tanyaku balik
"Siapa?", tanyaku kebingungan
"Mbak Farida dulu legenda yang sempat viral di Kediri, era tahun 90'an. Dia berasal dari Ngadiluwih sana.", jawab Pak Arfian menjelaskan.
Pak Bas mengangguk tanda setuju.
"Mbak Farida juga sering naik bus yang mengarah ke Kediri, biasanya kalau bus yang dinaiki Mbak Farida, bus itu akan mendapat keberuntungan berupa rezeki yang banyak seperti, bus nya akan laris manis.", Pak Bas ikut menambahkan.
"Si supir bus mendadak memberhentikan bus nya disuatu tempat, kemudian membuka pintu bus nya. Terus, bus itu akan mengarah menuju Kediri,
"Belum pernah ketemu Mbak Farida ya, Mbak Putri?", tanya Mbah Yudi.
"Saya saja baru dengar namanya sekarang , Mbah.", jawabku polos.
Dari percakapan itu lah aku mulai berandai-andai tentang bagaimana sosok Mbak Farida itu.
"Ack! Siapa?!", teriakku spontan.
Inginku memberinya sebuah tes untuk membuktikan apakah dia benar Mbak Farida atau hanya jin kloningan.
Mbak Farida tersenyum merespon ucapanku
"Ah, itu tidak bisa aku jelaskan, tapi aku memang ingin sekali menemuimu.", jawabnya sembari tersenyum
"Boleh.. Boleh…", jawab Mbak Farida
"Aku sudah tahu sedikit tentang njenengan, dari Mbah Yudi dan juga diinternet.", ucapku.
"Iya.", jawabnya
"Njenengan pernah kuliah di Jakarta ya?", tanyaku kembali
"Iya, aku pernah mencoba kuliah disana dan lulus. Aku ingin tahu rasanya berkuliah.", jawabnya
"Semester lima.", jawabku singkat
"Ohh, hahaha... terus ada lagi yang mau ditanyakan?", tanya Mbak Farida
"Oh, ya. Njenengan katanya pernah dilamar sama laki-laki ya?", tanyaku.
"Iya, aku pernah di lamar oleh seorang laki-laki, dan kuburan itu memang rumahku.", jawabnya.
"Ah iya, aku paham. Beda dunia.... Terus terus aku mau tanya lagi, maaf kalau pertanyaan ini membuat njenenang jengkel.", ucapku
"Njenengan suka membantu banyak orang di Ngadiluwih nih, bahkan supir bus saja njenengan bantu. Tapi, kenapa njenenangan sudah tidak membantu banyak orang lagi?", tanyaku
Aku mengangguk tanda setuju, kemudian kami berdua pun diam sejenak.
"Kamu bisa menganggapku sebagai kakakmu.", Mbak Farida tersenyum.
"Kakak? Njenengan usianya sudah sepuh dan aku masih muda, masa pantas disebut sebagai kakak? Bukannya itu tidak sopan?", tanyaku.
"Apakah lebih baik aku manggil njenengan "Eyang" saja sebagaimana aku memanggil Eyang Putri?", tanyaku
"Ah, tidak perlu, dik.", jawabnya sembari tersenyum
"Dik…", ucapku kaget
Aku menatapnya terdiam.
"Mainlah ke rumahku kalau kamu ada waktu, aku akan selalu menunggu kedatanganmu.", ucapnya
"Iya kah? Boleh??", tanyaku
"Boleh hahaha...", jawabnya terkekeh.
"Baiklah, selamat malam, Mbak." , responku
"Kalau kamu butuh teman curhat, panggil lah aku. Aku pasti akan datang mendengarkanmu.", lagi-lagi Mbak Farida tersenyum